Home / Rumah Tangga / Garis Dua dari Rahim Si Mandul / Bab 2. Secarik Kertas Bernada Pahit

Share

Bab 2. Secarik Kertas Bernada Pahit

Author: Andara Blythe
last update Last Updated: 2023-08-27 20:21:58

Hari-hari sebelumnya ....

“Mas, udah bangun?” bisik Amy pada lelaki yang tidur di sampingnya.

Hamam menggeliat sebentar, bergumam lalu berbalik menghadap Amy. Tangan yang kekar melingkari pinggang istrinya dan mendekap wanita itu. Mencari kehangatan pada epidermis kulit yang halus dan lembut miliknya.

Amy mengelus wajah tampan dengan rupa putih bersih yang mulai dihiasi garis-garis halus. Hembusan nafas kekasih hati menggelitik puncak hidungnya, sesuatu yang sangat ia sukai dari Hamam. Ia ingin berlama-lama dalam dekapan laki-laki itu.

Ah, betapa aku menyayanginya.

Batinnya sambil mengecup pipi laki-laki itu lalu melepaskan dekapan suaminya dan beranjak bangun dari ranjang. Hari menjelang subuh, suara-suara orang mengaji terdengar mengalun dari speaker masjid yang terletak tak begitu jauh dari rumah mereka.

Dengan letih, akibat pergumulan semalam, usaha untuk mengais ladang pahala buat suami. Amy bergegas ke kamar mandi dan membasuh tubuhnya dengan mengikuti rukun. Setelah usai, ia berpakaian dan keluar dari kamar menuju dapur. Segera mempersiapkan makan pagi untuk suaminya.

Ia menjerang air untuk membuat kopi hitam, memasukkan dua potong roti tawar ke dalam toaster lalu memutar tombolnya ke angka lima.

Mas Hamam suka yang garing. Batinnya sendiri.

Jemarinya yang lentik membuka lemari dapur dan mengambil oats yang berjajar di nakas. Ia lalu menyeduh oats di satu mangkuk sementara kopi hitam di cangkir favorite Hamam. Semua ia lakukan dengan cekatan. Seolah-olah rutinitas bertahun-tahun itu telah hapal di luar kepala dan tubuhnya bergerak dengan sendirinya.

Ketika ia mengoleskan selai srikaya ke roti yang telah garing sempurna, adzan Subuh berkumandang. Segera ia tuntaskan tugasnya menata meja makan. Lalu bergegas menuju kamar. Membangunkan Hamam dari tidurnya.

“Mas..., Mas..., bangun. Solat Subuh dulu,” panggilnya sambil menyentuh pundak Hamam lembut. Laki-laki itu mengerang sebentar, menggeliat lalu tidur lagi.

“Mas, ayo solat berjamaah. Kita tuntaskan ikhtiar kita dengan doa,” bisiknya di telinga Hamam sambil mengguncang tubuh paripurna itu dengan lembut.

“Kau duluan saja, Dek. Aku nyusul ntar,” jawab Hamam setengah sadar. Lalu kembali mendengkur halus. Amy terdiam. Ada segumpal kecewa merasuk ke dalam hatinya. Mengapa Hamam kini seperti kehilangan semangat saja?

Wanita dengan usia telah genap 30 tahun itu lalu berdiri. Lama memandangi Hamam yang kembali pulas tertidur. Tubuh laki-laki itu hanya dibalut dengan  celana boxer saja. Memperlihatkan dada bidang dan otot perut yang masih sempurna. Sambil menghembuskan nafas berat, Amy menyelimuti dan meninggalkannya.  Mengambil wudhu lalu membentangkan sajadah menunaikan solat Subuh.

Ia menyesali diri kenapa tidak segera bangun dan solat tahajud di sepertiga malam yang penting. Hendak memohon kebaikan Allah untuk menganugerahkan mereka seorang anak.

Satu saja, Ya Allah. Aku hanya minta satu. Enam tahun merupakan waktu yang terlalu lama untuk Kau berikan ujian kepada kami.

Lirih ia bisikkan keluhan yang sama di  tiap hari. Air mata menganak sungai di pipi, jatuh menimpa mukena putih yang dikenakannya. Bahunya berguncang hebat setiap ia menyuarakan beban berat yang dipikulnya.

Jangan berikan aku ujian melebihi batas kemampuan, Ya Rabb. Bungkamlah mulut orang-orang kejam yang mengatai aku mandul, dengan memberikan kami keturunan, ya Maha Sebaik-baik Pemberi.

Isakannya  makin kuat. Hingga pecah berubah menjadi tangisan pilu yang menggetarkan. Tiba-tiba tubuhnya tersentak saat sentuhan lembut menyapa bahunya. Amy menoleh dan mendapati wajah Hamam yang terluka dirundung nestapa. Wanita itu kemudian luluh dalam dekapan suaminya. Lalu menangis sejadi-jadinya. Hamam memeluk istrinya erat. Berusaha tegar walau hatinya tercabik-cabik setiap ia mendapati wanita ini menangis di hamparan sajadah.

“Ayo. Mari kita lakukan,” ucapnya lirih kemudian.

Amy menengadah menatap suaminya. Linangan air mata membentuk alur di pipinya yang halus. Ia memandang laki-laki itu dengan pandangan heran.

“Lakukan apa, Mas?”

Hamam diam sebentar. Lalu dengan berat ia menghembuskan nafas dan berujar,

“Ayo kita lakukan tes kesuburan, seperti yang kau minta dulu,” ucapnya susah payah. Amy bergeming. Melihat duka dalam bola mata coklat hazel di hadapannya. Mengetahui betapa harga diri lelaki itu terluka ketika mengucapkan perkataan tadi.

Mata Amy mengerjap-ngerjap. Berusaha mempercayai perkataan Hamam. Bertahun-tahun telah berusaha, tak sekalipun suaminya mau mengikuti tes kesuburan pasangan yang ingin memiliki keturunan. Di sebuah klinik milik dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi terkemuka di kotanya.

Amy biasa memeriksakan diri ke sana seorang diri. Namun percuma bila pasangannya tidak mau diajak berobat. Dokter kandungan selalu mengatakan hal itu padanya. Bertahun-tahun ia berusaha membujuk Hamam, tapi nihil. Laki-laki itu terlalu menjaga harga dirinya.

Dan sekarang, tanpa diminta, ia mengiyakan permohonan Amy tanpa bertanya ini dan itu.

***

Dua bulan berlalu sudah. Hasil yang ditunggu dengan debaran yang tak kunjung usai pun sampailah. Hari ini, secarik kertas tersebut sudah bisa diambil. Entah bagaimana hasilnya. Akankah baik atau buruk hingga bisa mematahkan hati salah satu pasangan yang dirundung gundah.

Hamam duduk dengan gelisah di dalam mobil.  Berulangkali ia mencoba menghubungi istrinya. Tetapi hanya nada nonaktif yang terdengar di ujung sana. Setelah berkali-kali berusaha menghubungi Amy, ia menyerah. Merutuki kebiasaan istrinya yang pelupa dan sering men-silent handphone-nya.

Ia keluar dari mobil dan memandang pintu klinik bercat putih di hadapannya. Satu dua poster tentang terapi kandungan menempel di sana. Lalu dengan segenap rasa ingin tahu yang melebihi egonya, ia melangkah dan membuka daun pintu. Seketika aroma khas medis menerpa cuping hidung menyusutkan keberaniannya untuk bertemu dokter Obgyn yang ramah itu.

“Pak Hamam,” sapa asisten dokter ramah, “Bapak sudah menunggu Anda dari tadi,” sambungnya.

Perempuan paruh baya itu kemudian tersenyum dan menyilakan Hamam masuk ke ruangan dokter. Di dalam, dokter Pandu telah duduk menanti. Ia mendongak dan segera berdiri menyambut laki-laki yang tengah ragu di depannya.

“Pak Hamam. Mari, silakan duduk,” sapanya ramah.

Wajah khas milik dokter itu bersinar ramah. Mencoba menenangkan setiap pasien laki-lakinya, yang selalu tampak hendak melarikan diri dari hadapannya. Hamam mengangguk. Dengan kaku ia melangkah dan duduk di kursi yang ada di hadapan dokter. Ahli Obgyn itu memandang dari balik kacamata minus yang melorot di hidung besarnya. Tatapan mata serius membuat jantung Hamam melorot hingga ke dengkul.

“Istri Anda tidak ikut, Pak?” tanyanya yang seolah-olah menyalahkan.

Hamam mengatupkan rahang, berusaha mengatur debar jantung dan menenangkan dirinya. Ia mencoba tersenyum, tetapi malah tampak seperti lengkung tipis yang dipaksakan.

“Amy berhalangan hadir, Dok,” jawabnya masgyul.

Sang dokter menatapnya mahfum. Berusaha mengurai resah yang terlihat nyata di hadapan. Semakin lama maka akan semakin menyiksa pasiennya. Maka ia berkata : “Saya langsung saja, Pak Hamam,” ucap dokter itu sambil mengambil selembar kertas dari dalam map berwarna biru.

Di atasnya terpampang gambar dan grafik dengan bahasa medis yang tidak akan dimengerti oleh orang awam. Hamam bergerak-gerak gelisah. Tubuhnya dibanjiri keringat dingin. Kerongkongannya tiba-tiba kering hingga menyebabkan ia merasa tercekik. Tanpa sadar, laki-laki itu menarik kerah leher bajunya. Seolah-olah hal tersebut bisa membantu meringankan derita.

“Menilik dari hasil tes beberapa bulan lalu, saya bisa menyimpulkan bahwa ....”

Penjelasan yang diberikan oleh dokter tersebut seketika meluluhlantakkan dunianya.

Bersambung ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zufzit Ufd
lanjut pensran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 3. Keset Kaki dan Tamu di Malam Hari

    Sudah pukul sepuluh malam.Bahkan Amy belum juga pulang. Keberadaan wanita itu sungguh sangat ditunggu olehnya. Kepala laki-laki itu berdetam, sakit. Seolah-olah ratusan jarum sedang menancap di kulit kepalanya. Hamam berbaring di ranjang dalam kamarnya dengan gelisah. Bagaimanapun ia mencoba, tetap saja dalam posisi apapun tidak bisa meredam gundahnya.Ingatannya melayang pada selembar hasil tes kesuburan siang tadi. Yang ia dapatkan dari klinik tempat mereka berkonsultasi. Di atas kertas itu disebutkan, jika kondisi rahim Amy sehat-sehat saja. Indung telurnya bagus dan siap dibuahi. Saluran tuba faloppi-nya juga tidak ada masalah.Berbeda dengan kondisi Hamam.Ia mengalami kelainan Azoospermia. Yang mana dalam air mani atau cairan semen tidak ditemukan adanya sel sperma sama sekali. Hingga tidak ada sperma yang dikeluarkan untuk membuahi sel telur milik Amy.“Tapi hal ini bisa kita tanggulangi melalui operasi pada organ kelamin anda. Selain itu, bayi tabung bisa menjadi alternatif l

    Last Updated : 2023-08-27
  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 4. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

    Bugh! Hamam melayangkan tinjunya tepat ke pipi kiri laki-laki itu. Tak siap dengan serangan yang tiba-tiba, tubuh jangkung dan ramping segara melayang menghantam pot bunga besar yang ada di sisi kiri Hamam. Benda itu langsung hancur berkeping-keping ditimpa tubuh itu. Ibu menjerit panik menyaksikan kemarahan Hamam. Dengan segera suami yang sedang disulut api amarah itu bergerak menghampiri tamu yang tak diundang dan bertubi-tubi melayangkan pukulan dan tendangan tanpa ampun. Laki-laki dengan tubuh kusut masai itu melawan dan menangkis semua serangan Hamam yang membabi-buta. Ketika pukulan terakhir Hamam hampir mengenai pelipisnya, ia menangkis dan mencengkram tangan suami yang sedaang murka tersebut. Serta-merta, menarik tubuh Hamam jatuh dan duduk di atas perutnya. Hamam memicingkan mata, berusaha menjaga pandangan dari derasnya hujan yang mendera. Laki-laki yang menduduki tubuhnya menyeringai lebar lalu mendekatkan wajah dan berujar : “Bibirnya..., sama manis dengan senyumnya,” k

    Last Updated : 2023-08-27
  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 5. Interogasi Berat Sebelah

    "Hamam? Ada apa, Nak?" tanya ibunya terkejut setelah mendengar bunyi grbrakan meja tadi. Perempuan tua itu muncul dari dalam dan segera menuju kursi makan. Dia duduk perlahan menemani anak laki-laki kebanggaannya.“Dari siapa, Hamam?” tanya ibunya heran setelah melihat tangan laki-laki itu sibuk bergerilya di layar gawai.Hamam menghapus isi chat itu dan melempar gawainya. Membuang muka. Takut jika ibunya turut membaca sms itu dan mengetahui rahasia kelamnya.Pandangannya tertumbuk ke sosok tubuh kecil yang muncul dari kamar. Melangkah takut-takut ke arah mereka dan berhenti di depan keduanya. Di ujung meja makan. Berdiri di hadapan mereka layaknya seorang pesakitan di dalam ruang pengadilan. Ibunya memandang Amy tajam. Jelas tak suka dengan menantunya itu. Walaupun wajah istri anaknya itu mulai membengkak dan penuh lebam. “Mas...,” panggil Amy sepelan desiran angin. Hamam memandangnya lekat. Ada rasa sesal menyaksikan keadaan Amy. Bagaimanapun, istrinya berhak memberikan penjelasan

    Last Updated : 2023-09-25
  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 6. Pelakor yang Direstui

    Sudah tiga hari Hamam tak pulang. Amy hanya bisa mereguk kecewa saat bayangan suaminya tak menyapa netra. Mbok Napsiah memberitahu dirinya, Hamam pulang keesokan hari, setelah kejadian yang menyedihkan itu. "Tuan ngambil pakaian sama tas dan laptop kerjanya aja, Nya. Waktu Nyonya Amy masih tidur. Terus langsung pergi pake mobil Tuan. Kayaknya mau ke kantor." Mata tua itu menatap sedih Amy. "Mungkin nginap di rumah Ndoro Besar, Nya," usulnya.Amy dirundung kekecewaan yang dalam. Bahkan suaminya tak memberikan kesempatan sama sekali untuk membela diri. Hamam lebih memilih mendengarkan ibunya ketimbang istri yang selalu dipukuli setiap ia merasa kesal ini."Nya, makan dulu. Biar cepat sehat," bujuk Mbok Napsiah. Ia masuk ke dalam kamar menghampiri Amy yang sedang berbaring sambil menatap langit-langit. Kosong. Tangan tuanya mengangsurkan semangkuk bubur ayam pada wanita itu. "Bagaimana mau makan, Mbok. Mulutku bengkak begini. Susah buat ngunyah. Sakit semua...," ucap Amy lirih. Ada be

    Last Updated : 2023-09-25
  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 7. Jatuhnya Talak

    Pernahkah kau begitu mencintai seseorang hingga kau tak lagi memperdulikan dirimu? Mengikuti segala ingin hingga dirimu melebur tak bersisa padanya? Lupa jati diri, menyelingkuhi harkat martabat sendiri? Lalu, saat dirimu sudah seutuhnya menjadi milik seseorang, ia meninggalkanmu begitu rupa. Mencabikmu hingga tak bersisa. Sampai akal tak lagi bisa menolerirmu dalam hina. ===***=== Angelique berlalu pergi dari rumah, membawa satu buah tas koper besar berisi pakaian Hamam. Melenggang pergi dengan penuh kemenangan, setelah sebelumnya mendecih pada Amy. Menertawakan kelemahan dan kebodohan wanita yang terduduk lemah di sudut kamar. Ketika bayangan pelakor itu hilang dari pandangan. Dan derum mobil milyaran rupiahnya membelah pekarangan rumah, dengan gemetar Amy mengambil gawai yang tergeletak di atas nakas. Pucat pasi ia kembali menghubungi Hamam. Setelah mencoba yang ke sepuluh kalinya, handphone laki-lak

    Last Updated : 2023-09-25
  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 8. Saatnya Memulai Pembalasan

    "Jikalau kau katakan, bila darah lebih kental daripada air. Maka, tak semua hubungan sedarah itu, bisa mengalahkan tali ikatan tanpa darah yang sama sekalipun." ===***=== Adalah Mbok Napsiah. Seorang wanita yang telah berumur jauh lebih matang. Yang telah menjalani seluruh hari tuanya bersama Amy. Bersumpah akan selalu setia dimanapun wanita malang itu berada. Mengemas semua yang bisa ia bawa melalui tangan tuanya. Memohon maaf dan berpamitan pada Hamam. Mengucapkan beribu terimakasih untuk semua kebaikan hati tuannya selama ini. Hamam tak ambil peduli. Toh, baginya, Mbok Napsiah hanyalah seorang wanita renta, jongos miskin yang bekerja hanya untuk mendapatkan uang. Ia tak penting, hanya aksesoris tambahan yang bisa segera ia carikan penggantinya. Tanpa berkata-kata lagi, laki-laki tampan dan gagah itu pergi ke luar. Meninggalkan tubuh Amy yang tak sadarkan diri di pojok teras rumah. Seperti biasa, Mbok Napsiah dan tukang kebunnya yang akan membereskan segalanya. Ia berlalu bersama

    Last Updated : 2023-09-25
  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 9. Begitu Perih Begitu Sakit

    Dokter tua itu akhirnya mengembuskan napas berat. Penampakan wajah Amy yang babak belur membuatnya semakin sulit untuk memberitahukan kebenaran itu. Sang Asisten beberapa kali melirik ke arahnya dan Amy. “Begini, Ibu …, tepatnya akhir pekan lalu suami ibu datang mengambil hasil tesnya. Sudah saya jelaskan beberapa kemungkinan-kemungkinan yang bisa ditempuh untuk mengatasi kekurangan yang di derita suami ibu …,” dokter berhenti sebentar lalu memberikan kode kepada asistennya untuk mengambilkan copy hasil pemeriksaan sebelumnya. Sang asisten tampak bingung tetapi akhirnya berjalan ke luar ruangan meninggalkan Amy dan dokter itu berdua di dalam ruangan. “Mak …, maksud dokter? Kekurangan suami saya?” bisik Amy tercekat. Dengan susah-payah dia berusaha kembali bicara. Pelipisnya terasa berdenyut seiring dengan gerak bibirnya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dengan keterkejutan yang luar biasa. Kekurangan Mas Hamam? Jadi, selama ini …. Selama ini siapa yang ternyata mandul? Tib

    Last Updated : 2023-09-26
  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 10. PERNIKAHAN DI ATAS LUKA

    Jika kita tidak berada dalam satu gelombang lagi, lalu, untuk apa kita terus melayang sendiri di sana. ***Amy terduduk di bawah papan reklame yang melindunginya dari pandangan orang-orang itu. Mereka yang berwajah rupawan tetapi berhati melebihi serigala. Angin malam berembus membelai kulit halusnya yang penuh dengan lebam. Dadanya naik turun menahan sebah di hatinya yang membuatnya seketika sesak. Keringat dingin membanjiri epidermis kulitnya mengalir di sela-sela cekungan punggungnya yang ringkih. Cahaya temaram dari lampu taman cafe menerpa wajah bengkaknya. Suram cahaya menulari raut wajahnya memantul kembali di bola mata yang sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air mata.[Aku mencintaimu, Amy ....]Bukankah itu kata-kata yang sering kau bisikkan di telingaku setiap kau habis menyesap sari tubuhku dengan meninggalkan lebam di sana, Mas? Pandangan Amy tak lepas dari wajah Hamam yang masih saja tampak bersungut-sungut dari kejauhan. Perempuan itu tidak ingin mengalihkan matanya d

    Last Updated : 2023-09-27

Latest chapter

  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 61. Berita Tragis

    “Jadi?” tanya Lily Fazo sambil duduk bersandar di kursi belakang rumah. Tangannya menyanggah kepalanya di satu sisi dan matanya memandang ke arah semak-semak pohon mawar liar yang bergerombol di pagar halaman. Amy memandang ke arah wanita itu dengan pandangan bertanya. “Jadi, bagaimana?” tanya Amy heran. Ia duduk menyandar lalu tersenyum. Cahaya matahari sore memantul dari kaca jendela dan mengenai rambutnya. Ia tampak begitu cantik dan bahagia. Lily Fazo memandanginya lama. Merasa ikut bahagia bersama ibu hamil itu. “Aku bersyukur kau lepas dari Hamam. Sebuah pernikahan yang tidak sehat, hanya akan membawa luka bagi semua. Terutama anak-anak. Mereka tidak akan mudah untuk memaafkan orang-orang yang telah menyakitinya, seperti halnya Bella,” ucap Lily Fazo dalam. Matanya yang cokelat gelap memandang Amy dengan sayang. “Namun, kau harus memaafkan, Amy. Saat itu akan datang. Dan kau akan berhadapan dengan itu semua.” Lily Fazo memandang Amy lembut. Sesuatu berdesir di dalam hati wani

  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 61. Ali Cemburu

    Reinaldi pulang dengan membawa sejuta perasaan. Campur aduk di dalam dirinya. Dan saat melihat Amy duduk di bangku kayu di samping rumah, ia merasakan ketenangan dan kedamaian seketika menyelimutinya. Wanita itu tampak sedang merenung. Gurat kesedihan menghiasi wajah cantiknya. Reinaldi duduk di samping istrinya, merengkuh pundak Amy hingga perempuan itu tersadar dari lamunannya. “Assalammualaikum,” ucap suami dari Amy tersebut. Amy segera menoleh. Matanya yang sendu menatap Reinaldi dengan penuh kerinduan. Betapa tidak, tepat seminggu mereka tidak bertemu. “Ada apa, Kekasihku?” tanya Reinaldi lembut. Tangannya mengelus perut besar istrinya. Amy menghembuskan nafas. Sebenarnya, dia sangat ingin menceritakan ihwal pertemuan dan perkelahiannya dengan Angelique beberapa hari lalu. Namun, pengertiannya akan sifat Reinaldi membuatnya berusaha menahan lidahnya.Reinaldi tentu akan langsung terbang kembali dan menemui Angelique. Amy bisa memastikan permasalahan ini akan lebih panjang jik

  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 60. Kemarahan Poppy

    “J*laaang!! Apa yang kau lakukan pada adikku!!” Teriakan menggelegar terdengar dari arah belakang, diiringi dengan sentakan pada rambut Agelique yang ditarik dengan kuat. Sementara lengannya dicekal dan dipiting ke belakang. Tubuh perempuan itu seketika jatuh dengan punggung menghantam lantai duluan. Angelique meringis lalu membuka mata dan seketika terkejut ketika melihat tubuh besar Poppy telah berdiri di hadapannya. Berkacak pinggang dengan wajah memerah murka. Sebelah tangan perempuan itu sudah memegang sesuatu. Sebuah bantal yang besar sekali sedangkan sebelahnya lagi sibuk menggenggam payung kecil yang kembali dipukulkannya pada tubuh Angelique yang sebagian sangat terbuka sehingga membuat beberapa pengunjung lelaki yang lewat mengambil kesempatan untuk menyaksikan pertarungan tak imbang itu sambil melotot.Sementara, Mbok Napsiah, pembantu yang setia itu segera saja cepat-cepat menangkap tubuh Amy yang limbung dan menariknya menjauh dari tiang selasar. Hatinya berdegup kencan

  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 59. Mantan Istri VS Pelakor

    Perempuan cantik bergaun merah itu sedang menunggu saudari sepupunya, di depan pintu sebuah butik terkenal, yang menjual perlengkapan bayi. Amy berdiri dalam balutan gaun hamil midi buatan perancang Indonesia yang terkenal. Rambutnya yang hitam bergelombang di ikat dengan model putri Perancis, menambah kesan wanita cantik nan elegan. Bibirnya terus-menerus menyunggingkan senyum penuh kebahagiaan dan keharuan, mensyukuri segala nikmat dan bahagia yang telah diraihnya sekarang. Gawainya berdering. Ia menatap layar dan tertawa kecil. Belum sampai sepuluh menit yang lalu, Ali, suaminya yang luar biasa tampan itu meneleponnya.“Assalamuaikum, Cinta. Belum genap sepuluh menit yang lalu, engkau menekan tombol end,” sapa Amy geli. Suara tawa renyah yang dalam dan berat menyambutnya di sana.“Tidak. Aku hanya ingin memastikan, apakah kau baik-baik saja di sana, Kekasihku,” jawab suara bariton itu lembut.“Aku dan anak kita, baik-baik saja, Cinta. Tenang-tenanglah di kantor sana. Aku tak mau m

  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 58. Tak Mau Bercerai

    “Mamih, bantulah aku, Mamih. Aku tak mau berpisah dengan Hamam. Aku hanya mau Hamam dalam hidupku,” ujar Angelique terus menghiba pada ibu mertuanya. “Kami telah mengenal sedari kecil. Kami selalu bersama, Mamih. Semenjak dulu. Bahkan, aku rela melepas keperawananku dulu hanya untuk Hamam, Mamih. Pada malam pesta perpisahan sekolah SMU dulu, Mamih, kami ...,”“Cukup, Angelique. Cukup. Tak perlu kau jabarkan perihal masa lalu kalian yang sudah sama-sama rusak itu,” tukas Bu Sonia risih. Angelique terdiam. Berusaha menahan kegelisahan hati yang tak bisa disembunyikannya. Ibu mertuanya memandang risau. Mempertanyakan semua kesalahan yang telah dilakukannya.“Aku mencintainya, Mamih ...,” gugunya. Sesenggukan menangis di sudut sofa ruang keluarga Bu Sonia. Ia datang tanpa memperdulikan larangan ayahnya. Keluarga besarnya menentang keras keinginannya untuk rujuk dengan Hamam. Setelah peristiwa KDRT itu. Ah, cinta memang seaneh ini.“Tetapi, mengapa kau menyia-nyiakan semua kesempatan yang

  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 57. Rahasia Pelakor dan Pebinor

    Tanpa diminta, Angelique duduk di hadapan lelaki itu."Halo, Reinaldi," sapa perempuan itu ramah. Senyumnya yang paling manis terkembang begitu saja.Laki-laki itu tampak kurang senang ketika harus berhadapan dengan Angelique."Kursi itu sudah ada yang punya," ujarnya masam. "Aku tidak pernah mengundangmu untuk duduk di situ."Kebiasaan lelaki ini yang apa adanya membuat Angelique tertawa renyah. Deretan giginya tampak berkilau ditimpa cahaya sore musim dingin kota Vienna."Oww, belum ada yang punya," ejek perempuan itu sambil menyentuh jemari manis Reinaldi yang masih kosong.Lelaki itu secara spontan menarik tangannya menjauhi Angelique."Apa maumu, Angel?" desis Reinaldi waspada. Angel tapi kelakuan melebihi devil.Angelique kembali tertawa. Dia mengedarkan pandang ke sekeliling kafe, dan melihat beberapa pria memandang balik ke arahnya. Dia memang semenarik itu dengan blouse sutera sepadan dengan pantalon rajut yang semakin menampakkan keindahan tubuhnya yang jenjang. Seuntai ka

  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 56. Angelique

    "Sayang ..., tidak apa-apa mami tinggal?"Panggilan lembut Bu Sonia ditanggapi dengan dingin oleh Angelique. Perempuan itu hanya membuang muka sambil meringis menahan sakit akibat bengkak di wajahnya. Pukulan Hamam benar-benar meluluhlantakkan tubuhnya.'Bagaimana mungkin Amy tahan hidup bersama Hamam setelah dipukuli seperti ini berulangkali? Terbuat dari apa tubuh wanita itu? Apakah ot*aknya terbuat dari baja atau bubur kertas sehingga mau menerima penyiksaan begini selama bertahun-tahun?' batin Angelique sambil memperhatikan dedaunan pohon mangga yang rimbun di ujung halaman rumah sakit.Setelah mendapat keker*san dari Hamam, keluarganya secepat kilat mengangkut Angelique ke rumah sakit. Ruangan VVIP segera disiapkan dengan kawalan ketat dari bodyguard keluarga Noto.Mereka sedapat mungkin meredam hal-hal yang bisa menjadi santapan para paparazi untuk konsumsi tabloid-tabloid murahan maupun acara-acara gosip tentang keadaan Angelique. Bukan main kemarahan yang ditunjukkan Tuan No

  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bab 55. Mantan Mertua Minta Anak

    Hari telah menjelang sore, ketika pintu rumah Amy diketuk oleh seseorang. Dengan susah payah, ia bangkit dari sofa dan bergerak perlahan menuju pintu. Usia kandungannya telah mencapai delapan bulan, sehingga membuatnya sedikit sulit bergerak. Anaknya kemungkinan kembar. Hal yang patut ia syukuri dengan baik.“Ibu?” ucapnya terkejut. Saat sosok Bu Sonia berdiri di hadapannya dengan wajah masgyul. Tubuh perempuan tua itu tampak lebih kurus dari waktu terakhir mereka bertemu. Tanpa diduga, mantan mertuanya itu segera menubruk Amy dan mulai menangis tersedu-sedu. “Ib ..., ibu ...? Apa-apaan ini?” seru Amy sambil berusaha menjauhkan diri dari ibu Hamam. Tetapi, Bu Sonia semakin bergeming, lalu memegang sebelah tangan perempuan hamil itu sambil terisak-isak.“Amy ..., menantuku ..., anakku ..., mohon ..., mohon maafkan ibumu ini,” ucapnya sambil tersedu-sedu. Amy mengibaskan tangannya, berusaha melepaskan tangan wanita itu dengan takut. Bayangan wajah bengis mantan mertuanya dulu masih te

  • Garis Dua dari Rahim Si Mandul   Bba 54. Balas Dendam Bukanlah yang Terbaik

    Reinaldi berdiri di depan jendela. Berusaha menyesap udara dan bernafas dengan normal. Ada sesak yang hendak menyeruak keluar dari rongga dadanya. Betapa belasan tahun lalu ia menginginkan momen tadi. Sebuah sentuhan halus menyapa punggungnya. Bertahan di sana dalam waktu yang lama. Menepuk-nepuk pelan otot-otot yang tegang lalu merangkul bahunya dengan hangat."Kau puas, Ali?" tanya Ari tanpa memandang wajah Reinaldi. Wajah tampan kakak iparnya itu menatap keluar jendela. Ke arah gedung-gedung pencakar langit di bawah sana. Reinaldi memandangnya. Merasakan kehangatan yang menenangkan dari rangkulan lengan kokoh Ari. Belasan tahun lalu, laki-laki inilah yang menguatkannya melewati semua cobaan terberat Ali. Saat-saat terburuknya. Lelaki yang kasih sayangnya melebihi saudara kandung.Air matanya merebak, hingga sosok itu bagai bayangan di hadapannya. Ari menoleh dan tersenyum. Menepuk-nepuk pundak dengan hangat, lalu mengeratkan rangkulan di bahu lebarnya, membiarkan Reinaldi menunduk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status