Home / Romansa / Gardenia / Awal Mula

Share

Awal Mula

Kereta kuda yang akan membawa Tuan Nelson ke Coilleach mulai berangkat dan disaksikan oleh seluruh anggota Keluarga Nelson. Nyonya Nelson kembali berdiri di samping putrinya, Loreen dan kembali menatap kereta kuda yang membawa Tuan Nelson. Kereta itu sudah berada di luar pagar kediaman Keluarga Nelson.

Wilfred menatap Gardenia yang masih memperhatikan kereta kuda yang membawa ayah mereka. Ia menepuk pelan pucuk kepala Gardenia hingga membuat gadis itu sedikit kaget dan menatapnya.

"Mau berlatih bersama?"

Gardenia berpikir sebentar, menimbang apakah ia akan menerima ajakan Wilfred atau mengajak kakaknya itu untuk melakukan hal lain. Setelah menentukan apa yang akan ia lakukan, Gardenia menatap Wilfred dan menganggukan kepalanya pelan.

Loreen yang melihat kejadian itu dengan perlahan mendekati mereka. "Apa … aku boleh ikut bergabung?" tanyanya pelan.

Loreen ingin sekali bisa dekat dengan mereka berdua, terutama Gardenia. Tetapi ia tahu itu akan sulit, terlebih bagaimana ia dan ibunya menjadi bagian dari Keluarga Nelson. Yang bisa ia lakukan hanya mencoba untuk berada di sekitar mereka tanpa membuat mereka merasa tidak nyaman.

Gardenia dan Wilfred menatap Loreen sebentar lalu saling menatap kembali. "Apa kau pernah menggunakan pedang?" tanya Wilfred.

"Jika Kak Loreen tidak pernah menggunakan pedang lebih baik tidak usah," ucap Gardenia lalu beranjak pergi. "Tetapi jika kakak tetap ingin ikut, aku tidak masalah, tetapi kau tau sendiri akan bagaimana," ucapnya kembali sebelum pergi meninggalkan Wilfred dan Loreen berdua.

Loreen yang mendengar ucapan Gardenia tersenyum senang. Sudah lama ia ingin belajar menggunakan pedang hanya saja ibunya selalu melarang dengan alasan wanita tidak boleh melakukannya. Mungkin ini salah satu kesempatan Loreen. Selain ia bisa mewujudkan keinginannya, ia juga bisa mendekati Gardenia.

Wilfred tersenyum kecil. Walau ia kurang menyukai anggota keluarga baru mereka seperti Gardenia, ia tetap berharap Loreen bisa menjadi teman Gardenia. "Karena Gardenia tidak keberatan, kau boleh ikut. Lebih baik kau mengganti gaunmu, karena itu akan membuatmu susah untuk bergerak. Kalau begitu aku pergi dulu. Kau bisa menemui kami di tempat latihan setelah mengganti pakaianmu."

Loreen menganggukkan kepalanya pelan sebelum kepergian Wilfred. Senyumnya semakin lebar. Ia ingin segera kembali ke kamar untuk mengganti pakaian jika saja ibunya tidak menggenggam tangannya.

"Kau ingin kemana, Loreen?"

.

.

.

Matahari sudah berada tepat di atas kepala, membuat suhu udara terasa semakin panas. Suhu panas dan teriknya matahari tidak membuat Gardenia menyerah, ia masih dengan semangat mengayunkan pedang kayunya ke arah Wilfred yang bisa dengan mudah menangkis dan menghindarinya.

"Apa hanya segini kemampuanmu, Gardenia? Aku rasa kau baru sebulan tidak berlatih pedang bersamaku," ucap Wilfred sambil mengayunkan pedang kayunya untuk menyerang Gardenia.

Gardenia menatap Wilfred kesal. Ia semakin mempercepat langkah dan memperkuat ayunan pedang kayunya. Apa yang dilakukan Gardenia membuat Wilfred tersenyum kecil.

"Jangan meremehkanku, Kak Wilfred. Tadi itu hanya permulaan."

Gerakan Gardenia semakin cepat dan kuat, tetapi itu masih tidak bisa untuk mengalahkan Wilfred. Senyum Wilfred semakin lebar, ia mulai ikut mempercepat serangan balik ke Gardenia hingga pedang kayu yang Gardenia gunakan terlempar hingga ujung tempat latihan. Gardenia menatap Wilfred yang tersenyum lebar dengan kesal. Nafasnya memburu cepat.

Wilfred menggerakkan tangannya memberikan isyarat agar mereka beristirahat terlebih dahulu. Gardenia mengangguk pelan lalu mengikuti Wilfred untuk duduk di bawah pohon. Ia mengambil botol air berwarna putih dan segera meminumnya. Wilfred tertawa pelan melihat apa yang Gardenia lakukan. Laki-laki itu meletakan terlebih dahulu pedang kayu yang masih ia genggam lalu meminum air dari botol air berwarna hitam.

"Aku merasa hidup kembali," ucap Gardenia setelah selesai meminum airnya.

Di lorong menuju rumah terlihat Loreen yang lari terburu-buru sambil membawa botol air berwarna merah muda. Ia berhenti sejenak untuk mengatur nafas dan mencari keberadaan Gardenia dan Wilfred. Saat penglihatannya menangkap dua sosok yang ia cari, Loreen segera berlari ke arah mereka.

"Maaf membuat kalian menunggu," ucap Loreen saat sudah berada di depan Gardenia dan Wilfred.

"Tidak apa. Aku yakin sangat sulit untuk meyakinkan ibumu itu, bukan?" tanya Wilfred. Tangannya mengisyaratkan agar Loreen duduk terlebih dahulu untuk mengatur nafasnya.

"Begitulah."

"Karena Loreen sudah datang, aku akan mengajarkan cara memegang pedang dengan benar dan cara mengayunkannya. Kau tidak keberatan bukan, Gardenia?"

.

.

.

Coilleach di malam hari terlihat sangat ramai saat kereta kuda yang Tuan Nelson gunakan memasuki desa tersebut. Tuan Nelson memandangi bangunan yang terbuat dari kayu dengan bentuk yang berbeda-beda melalui jendela kaca di pintu kereta kudanya.

Sampai di penginapan yang sudah ia pesan, Tuan Nelson yang dibantu oleh sang kusir untuk membawakan kopernya segera memasuki penginapan tersebut. Di dalam kamar Tuan Nelson terlebih dahulu menyiapkan berkas untuk keperluannya besok pagi sebelum merebahkan diri di atas kasur dan menuju alam mimpi.

Malam yang dingin telah berlalu, cahaya matahari mulai menampakan dirinya dari arah timur. Tuan Nelson yang sudah rapi melangkahkan kakinya untuk berjalan-jalan pagi melihat desa Coilleach. Bau roti panggang yang baru keluar dari oven serta coklat panas menguar dari salah satu toko roti yang ia lewati. Tuan Nelson dengan senang hati melangkahkan kakinya menuju toko roti tersebut untuk sarapan pagi.

Memasuki toko roti tersebut, Tuan Nelson dapat mencium wangi roti panggang dan coklat panas yang semakin pekat. Mendengar suara lonceng yang akan berbunyi saat seseorang memasuki toko roti itu, seorang pelayan segera menghampiri Tuan Nelson dan tersenyum ramah.

"Selamat pagi, Tuan. Selamat datang di Coilleach Pistrinum. Apakah ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

"Apakah aku bisa sarapan di sini?"

"Tentu saja, Tuan. Silakan duduk terlebih dahulu, saya akan mengambilkan buku menu untuk Anda."

Tuan Nelson segera mengambil tempat duduk yang berada dekat jendela besar yang menampilkan pemandangan jalan desa Coilleach. Pelayan yang sebelumnya menyapa Tuan Nelson kembali mendekatinya. Di tangan pelayan itu terdapat buku menu yang ia bawa. Kembali menyapa Tuan Nelson ramah, ia meletakan buku menu di atas meja.

Tuan Nelson membaca daftar menu yang untuk sarapan. Terdapat banyak jenis roti dan juga minuman hangat sebagai teman untuk menyantap roti. Merasa bingung, Tuan Nelson menatap pelayan yang masih tersenyum ramah berdiri di sampingnya.

"Apa kau punya menu rekomendasi?"

"Tentu, Tuan. Kami mempunyai beberapa menu rekomendasi, yaitu cheese bun with choco syrup, mixed berry tea dan hot choco hazelnut almond with marshmallow."

"Tolong satu porsi cheese bun with choco syrup dan mixed berry tea. Dan dua hot choco hazelnut almond with marshmallow untuk dibawa pulang."

"Baik, Tuan. Mohon untuk tunggu sebentar. Untuk hot choco hazelnut almond with marshmallow akan dibuatkan saat anda akan selesai sarapan."

Pelayan itu segera pergi untuk menyiapkan pesanan Tuan Nelson. Tuan Nelson memandang pemandangan di luar toko roti, terlihat mulai banyaknya orang yang berjalan-jalan untuk sarapan atau hanya menikmati sejuknya udara desa Coilleach di pagi hari. Roti panggang dan teh panas untuk sarapan sepertinya tidak buruk untuk dicoba.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status