Cahaya matahari mulai mengintip dari arah timur. Burung-burung mulai beterbangan di langit yang masih terlihat agak gelap. Terlihat seekor kelinci putih dengan sedikit warna cokelat pada telinga kirinya sedang memakan wortel di atas meja pada sebuah gazebo. Duke Forsythia yang sedang memberi makan kelinci itu tersenyum kecil.
Wilfred yang duduk di kursi sisi lain masih memperhatikan Duke Forsythia. Ia sering berkunjung ke mansion Duke Forsythia, jadi bukan hal aneh jika di pagi hari ia melihat Duke Forsythia memberi makan kelinci. Terlebih biasanya laki-laki itu juga akan menyiapkan beberapa jenis kacang atau buah untuk seekor tupai, tetapi
Gardenia masih menatap ke arah pintu gerbang yang terbuka. Ia menghela nafas pelan. Sepertinya hari ini akan menjadi awal hari yang benar-benar berbeda. "Halo, salam kenal. Aku Lillian Alcott. Aku dengar kau akan menjadi pengganti Bibi Isabella sebagai pelayan pribadi Duke Forsythia. Apakah itu benar?" ucap seorang pelayan perempuan yang berada di dekat Gardenia. Gardenia menatap sedikit bingung pelayan perempuan yang ada di depannya. Pelayan itu sepertinya seusia dia, rambutnya berwarna hitam dengan iris mata berwarna cokelat. "Ah, benar. Saya Gardenia Nelson, pelayan pribadi Duke Forsythia yang baru." Pelayan perempuan itu terlihat
Kereta kuda yang membawa pulang Tuan Nelson sudah memasuki halaman depan kediaman Keluarga Nelson. Nyonya Nelson dan Loreen terlihat sudah berdiri di depan pintu masuk. Tuan Nelson tersenyum kecil saat kakinya memijak teras depan rumahnya. Di belakangnya terlihat Wilfred dengan raut wajah yang datar turun dari kereta kuda."Selamat datang kembali, suamiku."Nyonya Nelson segera memeluk Tuan Nelson setelah ia menyambut kepulangan suaminya dengan hangat. Loreen tersenyum senang melihat ayah tirinya sudah pulang."Selamat datang, ayah," ucap Loreen dengan suara lembut.Wilfred yang melihat hal itu dari belakang Tuan Nelson menghela nafas pelan. Ia segera mengambil kopernya dan berjalan memasuki rumah. Loreen yang melihat kepergian Wilfred menggenggam tangan laki-laki itu, membuat langkah Wilfred terhenti.
Gardenia berjalan dengan riang menuju dapur. Ia menyapa dengan ramah setiap pelayan yang ia temui di lorong. Pekerjaannya menjadi pelayan pribadi ternyata tidak terlalu merepotkan seperti yang ia bayangkan. Duke bukan orang yang banyak protes, hanya saja jika sesuatu tidak berjalan sesuai penjelasan yang telah ia jabarkan, perkataan Duke akan sangat mengerikan, itu yang dikatakan oleh para pelayan. Gardenia masih belum melihat sisi mengerikan Duke seperti yang pelayan lain katakan walau ia sudah menjadi pelayan Duke selama seminggu. Bahkan saat ia menyajikan teh yang berbeda, Duke hanya menatapnya meminta penjelasan dan akan mengangguk pelan setelah ia menjelaskan mengapa teh yang disajikan berbeda. "Gardenia!" Gardenia menghentikan langkahnya saat ia mendengar suara seseorang memanggil namanya. Di ujung lorong menuju taman ia melihat Lillian yang berja
Laki-laki itu menghela nafas pelan, ia lalu memijat keningnya dengan pelan. Tumpukan kertas yang tidak ada habisnya membuat kepalanya terasa sedikit pusing. Melirik cangkir teh yang berada di pojok meja dan kembali menghela nafas."Sepertinya aku perlu beristirahat terlebih dahulu. Berjalan-jalan sebentar sepertinya bukan ide yang buruk."Laki-laki berambut merah sebahu itu segera merapikan tumpukan kertas di atas meja. Ia meletakan tumpukan kertas yang sudah ia baca ke atas meja lain agar tidak tercampur dan membuatnya mengulang pekerjaan membaca tumpukan kertas itu untuk kedua kalinya. Selain itu, ia juga meletakkan kertas bertuliskan 'sudah selesai' di atas tumpukan kertas itu.Merasa meja kerjanya sudah lumayan rapi, walau masih terdapat banyak tumpukan kertas, ia segera keluar dari ruang kerjanya. Di depan pintu seorang laki-laki yang mempunyai warn
Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini Lillian kembali mengajak Gardenia untuk melakukan sesuatu. Berkat bujukan Lillian dan izin yang diberikan oleh Bibi Isabella sekarang mereka berada di kebun belakang yang berada di dekat dapur. Gardenia tidak pernah menyangka di dalam mansion mewah Duke Forsythia terdapat kebun sayur dan buah yang cukup luas yang tersembunyi di balik taman belakang. Terdapat tanaman mawar yang tumbuh subur sebagai pemisah antara taman dan kebun."Ini kebun yang dibuat oleh kepala dapur atas izin Duke. Mereka bilang berkebun bisa mengurangi stress mereka."Gardenia menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Lillian. Ia kembali memperhatikan kebun itu, terdapat beberapa sayur yang sudah siap panen dan terlihat
Hujan deras yang turun sejak malam masih bertahan hingga saat ini. Gardenia menghela nafas pelan sambil menatap tetesan air yang membasahi halaman dari balik jendela. Dilihatnya jam saku yang ia pegang, pukul 9 lewat 15 menit pagi. Hari ini seharusnya ia pergi bersama Lillian untuk membeli keperluan dapur ke kota Coilleach dan sebenarnya mereka mempunyai rencana untuk membeli beberapa cokelat nantinya, tetapi karena hujan yang belum berhenti mereka terpaksa membatalkan janji tersebut.Kembali menghela nafas, Gardenia mengalihkan pandangannya pada tiga orang laki-laki yang sedang duduk di sofa yang berada di tengah ruangan. Duke Forsythia, Cain dan Wilfred terlihat sedang serius membahas sesuatu. Sejujurnya Gardenia merasa kurang nyaman sendirian berada di dekat ketiga orang itu. Biasanya ia akan bersama Lillian, tetapi gadis itu saat ini diminta untuk membant
Gardenia memperhatikan tetesan air yang masih setia membasahi halaman mansion Duke Forsythia dan wilayah sekitarnya. Ia ingin hujan segera berakhir agar ia bisa pergi ke Coilleach bersama Lillian lalu memberi beberapa batang cokelat, Gardenia jadi ingin makan cokelat. Gardenia sedikit terkejut saat merasakan seseorang menepuk pundaknya dengan pelan. Dengan segera ia mengalihkan pandangannya dari halaman ke arah seseorang yang tadi menepuk pundaknya. Ia melihat Duke yang berdiri di belakangnya dengan senyum kecil menghiasi wajah laki-laki itu."Maaf membuatmu terkejut," ucap Duke."Tidak apa, Duke Forsythia. Apa
Ia berjalan mendekati Lillian yang sedang sibuk menata kukis ke dalam stoples berukuran sedang. Gardenia hanya mengamati apa yang sedang Lillian lakukan, tidak ada niat untuk memulai percakapan hingga Lillian selesai menata kue di dalam stoples pertama. Lillian yang sedang fokus pada pekerjaannya tidak menyadari kehadiran Gardenia yang berada di belakang dirinya dan sedang memperhatikan apa yang ia lakukan. Selesai menata dengan rapi dan terlihat cantik, Lillian bermaksud untuk meletakkan nampan yang ia gunakan untuk memanggang kue ke tempat pencucian. Saat membalikkan badan Lillian terkejut dengan keberadaan Gardenia yang sekarang berada di depannya."Astaga, sejak kapan kau ada di sini, Gardenia? Kau membuatku terkejut.""Tidak lama. Maaf membuatmu terkejut, Lillian. Aku hanya menunggumu selesai menata semua kukis.""Kau bisa menyapaku, kau tahu. Tungg
Lillian merasa bingung apa yang harus ia lakukan. Dua puluh satu tahun ia hidup, ia tidak pernah membayangkan bisa berada di satu tempat sempit yang sangat berdekatan dengan seorang bangsawan tingkat tinggi, terlebih bangsawan itu merupakan tuannya. Lillian hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia tidak tahu merasa takut atau gugup saat ini, bahkan kedua tangannya saling menggenggam erat.Gardenia yang duduk di samping Lillian ingin tertawa, tetapi ia juga merasa kasihan dengan gadis itu. Ia sedikit paham perasaan yang Lillian rasakan, walau ia tidak mengerti sepenuhnya karena ia sering bertemu bangsawan tingkat atas lainnya saat di pesta atau hanya kunjungan minum teh antar bangsawan. Dengan lembut ia menggenggam tangan Lillian, membuat gadis itu menatapnya bingung. Gardenia hanya tersenyum kecil tanpa mengatakan apapun.Wilfred yang berada di tempat yang sama hanya memperhatikan apa yang dilakukan ole
Tidak ada yang berbicara setelah semua selesai menyantap makan siang, bahkan setelah Gardenia selesai membersihkan peralatan makan yang telah selesai mereka digunakan. Wilfred dan Cain hanya saling pandang, tidak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan. Merasa tidak ada hal yang diperlukan ketiga laki-laki itu, Gardenia mendorong troli makanan menuju pintu keluar."Aku belum memberimu ijin untuk keluar, Gardenia."Langkah kaki Gardenia terhenti saat suara Duke memasuki indera pendengarannya. Ia menatap bingung Duke yang sekarang menatapnya. Laki-laki itu tidak mengatakan hal apapun dan hanya menatapnya saja."Maaf, saya hanya ingin mengembalikan peralatan makan yang sudah kotor in
Ia berjalan mendekati Lillian yang sedang sibuk menata kukis ke dalam stoples berukuran sedang. Gardenia hanya mengamati apa yang sedang Lillian lakukan, tidak ada niat untuk memulai percakapan hingga Lillian selesai menata kue di dalam stoples pertama. Lillian yang sedang fokus pada pekerjaannya tidak menyadari kehadiran Gardenia yang berada di belakang dirinya dan sedang memperhatikan apa yang ia lakukan. Selesai menata dengan rapi dan terlihat cantik, Lillian bermaksud untuk meletakkan nampan yang ia gunakan untuk memanggang kue ke tempat pencucian. Saat membalikkan badan Lillian terkejut dengan keberadaan Gardenia yang sekarang berada di depannya."Astaga, sejak kapan kau ada di sini, Gardenia? Kau membuatku terkejut.""Tidak lama. Maaf membuatmu terkejut, Lillian. Aku hanya menunggumu selesai menata semua kukis.""Kau bisa menyapaku, kau tahu. Tungg
Gardenia memperhatikan tetesan air yang masih setia membasahi halaman mansion Duke Forsythia dan wilayah sekitarnya. Ia ingin hujan segera berakhir agar ia bisa pergi ke Coilleach bersama Lillian lalu memberi beberapa batang cokelat, Gardenia jadi ingin makan cokelat. Gardenia sedikit terkejut saat merasakan seseorang menepuk pundaknya dengan pelan. Dengan segera ia mengalihkan pandangannya dari halaman ke arah seseorang yang tadi menepuk pundaknya. Ia melihat Duke yang berdiri di belakangnya dengan senyum kecil menghiasi wajah laki-laki itu."Maaf membuatmu terkejut," ucap Duke."Tidak apa, Duke Forsythia. Apa
Hujan deras yang turun sejak malam masih bertahan hingga saat ini. Gardenia menghela nafas pelan sambil menatap tetesan air yang membasahi halaman dari balik jendela. Dilihatnya jam saku yang ia pegang, pukul 9 lewat 15 menit pagi. Hari ini seharusnya ia pergi bersama Lillian untuk membeli keperluan dapur ke kota Coilleach dan sebenarnya mereka mempunyai rencana untuk membeli beberapa cokelat nantinya, tetapi karena hujan yang belum berhenti mereka terpaksa membatalkan janji tersebut.Kembali menghela nafas, Gardenia mengalihkan pandangannya pada tiga orang laki-laki yang sedang duduk di sofa yang berada di tengah ruangan. Duke Forsythia, Cain dan Wilfred terlihat sedang serius membahas sesuatu. Sejujurnya Gardenia merasa kurang nyaman sendirian berada di dekat ketiga orang itu. Biasanya ia akan bersama Lillian, tetapi gadis itu saat ini diminta untuk membant
Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini Lillian kembali mengajak Gardenia untuk melakukan sesuatu. Berkat bujukan Lillian dan izin yang diberikan oleh Bibi Isabella sekarang mereka berada di kebun belakang yang berada di dekat dapur. Gardenia tidak pernah menyangka di dalam mansion mewah Duke Forsythia terdapat kebun sayur dan buah yang cukup luas yang tersembunyi di balik taman belakang. Terdapat tanaman mawar yang tumbuh subur sebagai pemisah antara taman dan kebun."Ini kebun yang dibuat oleh kepala dapur atas izin Duke. Mereka bilang berkebun bisa mengurangi stress mereka."Gardenia menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Lillian. Ia kembali memperhatikan kebun itu, terdapat beberapa sayur yang sudah siap panen dan terlihat
Laki-laki itu menghela nafas pelan, ia lalu memijat keningnya dengan pelan. Tumpukan kertas yang tidak ada habisnya membuat kepalanya terasa sedikit pusing. Melirik cangkir teh yang berada di pojok meja dan kembali menghela nafas."Sepertinya aku perlu beristirahat terlebih dahulu. Berjalan-jalan sebentar sepertinya bukan ide yang buruk."Laki-laki berambut merah sebahu itu segera merapikan tumpukan kertas di atas meja. Ia meletakan tumpukan kertas yang sudah ia baca ke atas meja lain agar tidak tercampur dan membuatnya mengulang pekerjaan membaca tumpukan kertas itu untuk kedua kalinya. Selain itu, ia juga meletakkan kertas bertuliskan 'sudah selesai' di atas tumpukan kertas itu.Merasa meja kerjanya sudah lumayan rapi, walau masih terdapat banyak tumpukan kertas, ia segera keluar dari ruang kerjanya. Di depan pintu seorang laki-laki yang mempunyai warn
Gardenia berjalan dengan riang menuju dapur. Ia menyapa dengan ramah setiap pelayan yang ia temui di lorong. Pekerjaannya menjadi pelayan pribadi ternyata tidak terlalu merepotkan seperti yang ia bayangkan. Duke bukan orang yang banyak protes, hanya saja jika sesuatu tidak berjalan sesuai penjelasan yang telah ia jabarkan, perkataan Duke akan sangat mengerikan, itu yang dikatakan oleh para pelayan. Gardenia masih belum melihat sisi mengerikan Duke seperti yang pelayan lain katakan walau ia sudah menjadi pelayan Duke selama seminggu. Bahkan saat ia menyajikan teh yang berbeda, Duke hanya menatapnya meminta penjelasan dan akan mengangguk pelan setelah ia menjelaskan mengapa teh yang disajikan berbeda. "Gardenia!" Gardenia menghentikan langkahnya saat ia mendengar suara seseorang memanggil namanya. Di ujung lorong menuju taman ia melihat Lillian yang berja
Kereta kuda yang membawa pulang Tuan Nelson sudah memasuki halaman depan kediaman Keluarga Nelson. Nyonya Nelson dan Loreen terlihat sudah berdiri di depan pintu masuk. Tuan Nelson tersenyum kecil saat kakinya memijak teras depan rumahnya. Di belakangnya terlihat Wilfred dengan raut wajah yang datar turun dari kereta kuda."Selamat datang kembali, suamiku."Nyonya Nelson segera memeluk Tuan Nelson setelah ia menyambut kepulangan suaminya dengan hangat. Loreen tersenyum senang melihat ayah tirinya sudah pulang."Selamat datang, ayah," ucap Loreen dengan suara lembut.Wilfred yang melihat hal itu dari belakang Tuan Nelson menghela nafas pelan. Ia segera mengambil kopernya dan berjalan memasuki rumah. Loreen yang melihat kepergian Wilfred menggenggam tangan laki-laki itu, membuat langkah Wilfred terhenti.