Share

(78) Sampai kapan?

Author: SyasaRanni
last update Last Updated: 2024-11-15 23:46:14
[Kemarin]

"Kakak mau sampai kapan jadi budak cinta dari cowok sialan itu? Sebenarnya juga, sejak kapan kakak jadi enggak percaya sama aku? Kenapa enggak percaya lagi sama aku? Aku salah apa?" tanya Rana memandang sang kakak dengan kecewa, membiarkan kakaknya hanya tertunduk yang mungkin saja menggerutu, alih-alih berpikir dan menyadari kesalahan, "Kak ... kakak tahu enggak sih yang sudah kakak kasih tahu ke Tomi itu apa? Kakak sadar enggak?" kata Rana mencecar Jess dengan pertanyaan dan pertanyaan.

Terdiam dua wanita itu, napas menggebu Rana semakin memperjelas suasana yang canggung dan tidak tentram. Mata memerah dan hidung yang sesekali kembang-kempis, cukup menjelaskan suasana hati Rana kini yang menahan segalanya.

Sedih, marah, dan kecewa sudah tidak bisa lagi dibagi atau sekadar dijelaskan semuanya, hanya ada satu kata yang pantas menjelaskan. Sesak.

"Itu rencana aku, itu rencanaku untuk mencari tahu keterlibatan Tomi sama Fafa si pengirim paket, itu rencanaku buat cari ta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (79) Ajakan Teman

    [Hari ini]Diambilnya ponsel dan mencari nama Fauziah Aini Fafa di daftar kontak, pernah saling bertukar nomor saat berjumpa di kantor beberapa hari lalu, demi kepentingan apapun kelak. Ditekannya kolom tulisan yang bertujuan untuk menghubungi, melakukan panggilan suara dengan sengaja, "halo," sapa Rana dengan canggung dan kebingungannya.Begitu pula dengan Fafa di lokasi berbeda, yang terbangun dalam keadaan terkejut karena nada dering dari panggilan. Sapaan ringan itu pula yang cepat ditanggapi, "halo, Rana.""Aku enggak mau basa-basi biar enggak basi juga, aku mau bilang ayo kita jadi teman," kata Rana membuat Fafa sontak terduduk di ranjang dengan mata terbuka lebar."Apa kamu bilang?" tukas Fafa menjawab sambil menggelengkan kepala dan mengusap mata, "aku takut salah dengar, baru bangun tidur hehe," lanjutnya terkekeh ringan tidak beralasan, hanya mencegah adanya kesan canggung."Ayo jadi teman," tanggap Rana singkat dan kali ini semakin jelas terdengar di telinga Fafa, "mau?" ka

    Last Updated : 2024-11-17
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (80) Rencana Baru Tomi

    "Tomi ... Tom, eh suaminya Jessica. Bangun ih!" kata seorang wanita menggoyangkan kaki dan badan pria yang masih terlelap di sebelahnya, "bangun ayo bangun, bangun ayo bangun, bangun ayo bang ....""Apa?" potong pria itu sambil membuka mata, menunjukkan mata merahnya yang masih sayu dan suara yang serak khas orang bangun tidur, "apa? Dari tadi heboh banget," ketusnya melanjutkan ucapan."Bangun dulu sih, aku mau cerita," rengek wanita berambut hitam itu merengutkan bibir, menggenggam tangan pria yang masih terbaring malas dan menariknya perlahan."Mau cerita apa?" kata pria bernama Tomi Uraga itu sambil bangkit dari posisi berbaringnya, dari posisi nyaman yang mengundang kantuk dan lelah usai bertarung menjemput kepuasan dunia."Rana ajak aku berteman," jawab wanita bernama Fauziah Aini mengatup rapat bibirnya dan mengulum senyum konyol, "kamu suruh aku ke kantornya buat ungkap fakta, buat jujur sama semuanya. Aku kira ini salah satu langkah kamu buat jadi lebih baik, bakal jadi salah

    Last Updated : 2025-03-20
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (81) "Bentar"

    "Ya karena aku dan Kalil sudah sepakat buat fokus sama istri kami, otomatis pemasukan kamu bakal berkurang jauh. Apalagi aku dan Kalil masih menganggur, ditambah dalam upaya kami sekarang ada kemungkinan enggak bakal lagi kasih kamu nominal," tutur Tomi membuat Fafa merengut sedih, matanya mulai berkaca-kaca dan wajah itu mulai memerah, "karena aku tahu persis karakter Rana yang punya banyak rasa penasaran ke siapapun, dan aku tahu juga betapa payahnya kamu kalau akting. Langkah pertama, aku minta kamu ke kantornya Rana dan buat pengakuan, ketidaktahuan kamu itu bikin semuanya jadi asli, jadi murni dan enggak terdeteksi sama Rana."Mengernyit dahi Fafa melihat Tomi dengan bingung, "enggak paham?" kata pria berusia 29 tahun itu mendapat tanggapan berupa gelengan kepala.Terhela napasnya kala melihat Fafa menggeleng, walau sudah diduga tapi rasa lelah yang didapat tidak bisa dibohongi, "ah ... setelah aku tahu hasilnya yang tepat sasaran, kamu diajak berteman sama Rana, ya kam

    Last Updated : 2025-03-21
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (82) Salah Tingkah Mendadak

    "Siap-siap, aku sudah pesan meja di restoran," ucap seorang pria berjalan menuju kamar sambil bermain ponsel, melewatinya tanpa sedikitpun netra itu melirik."Bentar!" sentak Rana memegang pintu kamar yang hendak ditutup, "kamu mau bayar pakai kartu hitam hasil taruhan atau suruh aku bayar?""Kartu hitam," jawab Kalil singkat, kali ini mengangkat kepalanya, mengalihkan pandangan dari ponsel, dan membalas tatapan sang istri yang begitu tajam."Enggak bisa," tegas Rana memandang suaminya tanpa ekspresi apapun. Ia tahu bahwa sang suami tidak benar-benar tahu perihal sumber nominal kartu hitam, tapi apapun alasannya, Kalil harus tahu dan cepat mengembalikan kartu itu.Namun, kembali ke pertanyaan awal sejak satu persatu fakta terungkap, bisakah Kalil dipercaya?Pertanyaan tentang pengirim paket, sudah terjawab. Tentang alasan dikirimnya paket, sudah terjawab. Tentang alasan Kalil menikahinya, sudah terjawab. Dan secara tak disengaja, kini tentang bisnis keluarga yang

    Last Updated : 2025-03-22
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (83) Pegangan Tangan

    Tangan terkepal bebas memukul kasur berulang kali, wajah tersembunyi di bantal, kaki pun mengayun dan mendarat tak terkendali di atas kasur. Jerit dan teriakan pun terdengar samar dari bantal putih bersih itu, perasaan kacau seolah sudah mendekam di benak dan pikiran.Teringin hati dan pikiran menangis, teringin diri ini kabur dan menghilang dari takdir, teringin pula semua terulang dan lebih memilih untuk menghadapi amarah orang tua dari pada menikah. Sejak menikah semua jadi kacau, semua menjadi penuh kesialan, dan jalan hidup yang memaksanya untuk pasrah."Rana ...," panggil seorang pria mengetuk pintu, membuat wanita yang telungkup itu sontak menghentikan gerakan tangan dan kakinya, sontak terdiam dan hanya melihat bantalnya, "Kirana Zendaya."Ada perasaan aneh yang menyenangkan di dalam benak dan pikirannya, ada keinginan besar untuk segera melihat pria yang memanggil, dan ada kegelisahan tak kalah besar juga ingin melawan semua yang dirasa. Perbedaan yang akhirnya

    Last Updated : 2025-03-23
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (84) Asal kartu hitam

    Merengut dengan wajah memerah, mata yang sesekali melirik ke pria di hadapannya, saling berdiam diri sejak pelayan wanita pergi membawa menu tambahan yang dipesan. Mata yang teralih lagi dan lagi keluar ruangan, memandang air mancur dekat parkiran belakang restoran yang terlihat menarik dengan cahaya warna-warni. Ruang khusus dipesan dengan sengaja untuk mencairkan kecanggungan antar keduanya, justru kini membuat kecanggungan itu meningkat hanya karena ketidaksengajaan yang disadari. Memegang tangan suami depan umum, keinginan tetap bersama meski pandangan tidak lurus dan pikiran tidak fokus. Ketidaksengajaan yang menggelisahkan hati macam apa ini? Terhitung sejak menikah, enam bulan sudah menjalin hubungan dengan pria konyol di hadapannya, pria yang sedari tadi terus memandangnya tanpa alasan. Harus berkata apa? Harus bersikap bagaimana? Serba salah rasanya jika dilihat dan dipandangi begitu. Bukan risih, hanya bingung. Terhitung juga sejak pria menganggur, lima bulan sudah pria

    Last Updated : 2025-03-26
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (85) Keputusanku

    Terbuka lebar mata pria berusia 27 tahun itu, terkejut ia mendengar pernyataan wanita di hadapannya. Hadiah yang didapat dari menjalin pernikahan dengan puluhan kesepakatan resmi, ternyata bukanlah benar-benar hadiah. Kartu hitam tanpa batas penggunaan, kartu hitam yang dengan bangga diserahkan padanya sebagai hasil dari keberhasilan memenangkan taruhan, dan kartu hitam yang umumnya menjadi pernyataan tak bersuara akan derajat sosial, ternyata hanyalah kartu dari bisnis keluarga yang masih terikat laporan. Sekarang harus apa? Marah pada pemberi kartu? Tapi, apa gunanya marah? Apa marah dapat menyelesaikan masalah? Ataukah ini bukan masalah? "Sini," tukas wanita bernama Kirana Zendaya itu merebut sumpitnya dari tangan Kalil yang masih mematung, Rana tahu bahwa Kalil merasa dibohongi atau mungkin ditipu. Fakta dan kebenaran memang lebih sering menyakiti, kesakitan dan kekecewaan yang sebenarnya takkan pernah ada jika tidak diiringi harapan dan ekspektasi. Sayang seribu sayang, alih

    Last Updated : 2025-03-26
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (86) Taruhan Baru Lagi

    "Aku memutuskan untuk berteman sama Fafa." Enam kata terucap dari balik bibir tipis merona si wanita cantik, suara lembut yang menyenangkan untuk selalu didengar. Enam kata terucap yang tentu langsung mengejutkan dan membuat napas seolah terhenti sesaat, "Fafa tahu?" Mengangguk Rana menjawabnya, anggukan kepala yang sangat tidak diharapkan dan sangat tidak ingin dilihat. Terhela napas Kalil dengan desahan pasrah yang keluar bebas dari mulutnya, "kamu tahu enggak sih Fafa itu cewek kayak gimana? Apa alasan kamu ajak dia berteman? Kapan kamu ajaknya? Kenapa enggak bilang atau tanya dulu ke aku?" Menyipit mata Rana mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan Kalil, menatap tajam mata sang suami dengan ketegasan yang jelas terlihat dari raut wajah orientalnya, "kok atur aku? sejak kapan atur kehidupan jadi bagian hal yang diizinkan dari kesepakatan nikah kita? Memangnya pertemanan juga sampai ke tahap atur-atur gini?" cecar Rana mengembalikan pert

    Last Updated : 2025-03-27

Latest chapter

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (108) Rumah Kak Jess

    "Kandungan?" tukas Rana dan Kalil serempak, "Kak Jess hamil?" lanjut Rana masih terkejut."Iya, sudah empat bulan," jawab pria bernama Tomi Uraga itu, pria yang berstatus sebagai kakak ipar Rana tapi pria yang juga pernah menjadi penguntitnya.Terasa aneh, kadang menakutkan, seringkali juga membingungkan. Tapi bagi Rana, namanya bukan hidup jika tidak dipenuhi berbagai hal tidak terduga. Sederhananya, seorang Kirana Zendaya jadi menikah hanya karena selalu didesak dan diganggu orang tua?"Dan badannya sekarang jelek banget, mukanya kusam, susah makan, pemalas juga," lanjut Tomi melambatkan langkahnya agar berjalan di samping Rana, secara sadar memaksa Kalil untuk berjalan di belakang Rana, "dia juga emosian, kalau mau bicara atau dia bicara kasar, bentak saja, biasanya bakal nangis doang," ucapnya lagi lalu berjalan cepat meninggalkan Rana dan Kalil yang sontak berhenti melangkah.Menyipit perlahan mata Rana mendengar ucapan kakak iparnya, sangat ingin dirinya untuk bertanya ulang dan

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (107) kakak hamil

    Terdiam, merengut, melirik sinis, sesekali terhela napas, dan banyak diam seolah telinga telah tuli dan suara sudah tidak bisa lagi keluar. Puluhan pertanyaan sejak bertemu di parkiran tidak juga ditanggapi, keluar mobil dan menutup pintunya dengan kasar, dan melangkah masuk rumah dengan tergesa.Bersandar lelah Rana di atas sofa, membentangkan kedua tangan dan kaki, seolah memaksa suaminya yang baru masuk rumah untuk duduk di sofa lain. Entah diksi yang harus diucapkan, entah hal yang harus diceritakan, dan entah hal yang didengar nantinya. Haruskah mendengar lagi? Haruskah memakluminya lagi?"Rana, kamu ken ....""Kamu yang kenapa?" tukas Rana cepat memotong ucapan suaminya, "pas pergi sama Fafa kemarin, kamu isi survei enggak? Kamu pergi sama KDRFN juga?""Hah? Enggak," tanggap Kalil terlihat bingung tapi juga terkejut, "kenapa?" katanya bertanya lagi.Menggeleng pelan Rana sambil memegang pelipisnya, kali ini bersandar secara utuh ke sofa hingga kepala mendongak malas, terpejam er

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (106) Pencarian awal

    "Aku mau ke rumah kakakku dulu buat cari celah cara dekati Tomi," ujar Rana tiba-tiba, tidak menoleh atau melihat ke arah suaminya, hanya menoleh ke kiri dan melihat banyaknya pengendara motor melewati mobil.Suasana pagi yang tidak macet tapi juga tidak lancar, suasana pagi cukup membantu Rana yang sedang dikejar waktu demi pertemuan internal yang formal. Pertemuan yang sebenarnya sudah Rana tahu, bisa Rana tebak, bahkan bisa diperkirakan debat yang akan terjadi."Terus?" sambut Kalil atas ujaran Rana, tanpa banyak ucap pun Kalil tahu bahwa Rana menjawab pertanyaan saat di dapur tadi."Untuk langkah selanjutnya tergantung celah yang aku dapat nanti," jawab Rana menegakkan badannya, menghadap depan dan menghela napas singkat, "nanti sore antar aku ke rumah kakakku ya, jadi harus banget jemput aku dan enggak ada drama jalan sama mantan," lanjutnya dengan ketegasan yang terdengar kuat dan menyuratkan bahwa Rana tidak menerima alasan atau bantahan apapun."Iya," jawab Kalil singkat sambi

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   Canggung

    "Hm," deham seorang wanita memakai setelan formal, merapikan blazernya lalu duduk di meja makan, menunggu nasi uduk yang dibeli untuk disajikan.Berdeham pelan menunggu sekaligus sedikit menuntut cerita berpacaran dari pria berstatus sebagai suaminya, bersandar ia di kursi makan dengan mata terus tertuju pada pria yang sedang membuka bungkusan nasi uduk dan meletakkannya di piring. Tidak bisa dibilang lama, tapi juga tidak bisa dibilang sebentar jika mengingat hanya membuka bungkusan dan meletakkannya di piring."Sarapan," kata pria bernama Kalil Nayaka itu sambil menyajikan menu sarapan yang ia beli, menu sarapan yang jelas dibeli dengan uang dari sang istri, sangat minimal sampai dirinya mendapat pekerjaan tetap dan jelas."Gimana semalam?" tanya wanita karir itu seraya mengambil alat makan dari tempat sendok di pojok meja makan yang dekat dengan tembok, mengelap sendok itu dengan tisu, dan mulai menyuap makanan meski netra terus tertuju pada suaminya."Makan dulu saja," jawab Kalil

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (104) Mulai lagi

    "Bagianku selesai, selanjutnya apa?" tanya seorang wanita melaporkan progresnya ke seorang pria melalui telepon video, "aku buat seolah taruhan sama dia buat dekati Kalil," lanjutnya menegaskan hal yang dilaporkan."Bagian Kalil, pura-pura menolak respon dulu. Tipe kaya Fafa, kayaknya bakal jual cerita sedih dan sesekali menggoda juga, kuat iman saja kau kalau memang mau tetap dalam pernikahan sama Rana, kalau serius komitmen dalam pernikahan itu," jawab pria dari sambungan telepon video itu pada temannya, pria yang berada di samping sang istri."Oke, itu gampang, aku sudah tahu betapa enggak ada manfaatnya buat tetap dekat sama Fafa," tanggap suami dari wanita yang tadi melapor, tanggapan yang jelas membuat wanita di sampingnya spontan menoleh, "aku serius buat komitmenku," lanjutnya pada sang istri yang tersenyum kecut."Haha, Rana ... Rana. Kamu sudah percaya sama Kalil buat jadi teman satu tim tapi belum percaya buat jadi pasangan, ya?" komentar pria sambungan telepon video berna

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (103) Taruhan Fafa dan Rana

    "Terus gimana kamu kenal Tomi? Dia kenal kamu pas dekati kakakmu, kan?""Aku kenal Tomi pas awal masuk kuliah, sial banget bisa satu kampus sama dia. Terus dia bilang suka sama aku, tapi aku tolak, dan dia malah jadi penguntitku," jawab Rana terdengar menyayangi keadaannya yang tidak menyenangkan.Hidup sebagai anak konglomerat, hidup bergelimang harta, dan hidup dengan kepastian tahta, bagi Rana sama sekali tidak enak. Banyak orang mengatakannya munafik dan bodoh, tapi nyatanya Rana tetap merintis semua dari awal tanpa membawa latar belakang yang memuakkan."Terus gimana dia bisa jadi suami kakakmu?""Pas dia menguntitku, sering dilihat Kak Jess. Terus konyol banget itu cewek, menemui langsung si Tomi, mereka berteman bahkan jadi mak comblang tapi gagal karena aku tetap enggak mau." Rana tersenyum miring saat berhasil menjaga dirinya dari Tomi, "dan tiba-tiba, dia masuk ke rumah, dikenalkan Kak Jess sebagai pacar, dan Tomi bilang mau serius dan menikahi Kak Jess. Nikahlah mereka," la

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (102) Kisah Kirana

    Melaju santai kendaraan roda empat itu melintasi ramainya jalan kota di siang hari, terik panasnya matahari tidak membuat para pejuang nominal itu melunturkan semangatnya, "mau makan siang dimana?" tanya Kalil pada sang istri yang sedari tadi terdiam membisu, tidak banyak kata dan hanya sesekali melihat ke arahnya."Nasi goreng buatan kamu saja," jawab Rana singkat, bagi Rana tidak ada gunanya untuk memberi kode harapan pada siapapun, lebih baik langsung katakan dan urusan disukai atau tidak itu sudah hak masing-masing orang. Bagi Rana, yang terpenting tetap bisa bertahan hidup dan mempertahankan hidup, meski tanpa tujuan jelas untuk bertahan."Oke," kata Kalil sambil mengatur persneling mobil dan perlahan menambah injakannya pada pedal gas untuk mempercepat laju kendaraan.Kedekatan memang harus terjalin lebih dulu sebelum kekompakan dipertemukan, rencana sudah terbentuk berlandas pada kepercayaan yang sebenarnya belum bisa dijamin oleh apapun. Tapi desakan dan desakan seolah menghim

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (101) Ide Den

    "Oke, aku ada ide."Empat kata yang sontak membuat Rana membuka mata lebar, dan Kalil yang menatap temannya tidak percaya. Bagi Kalil, ini serius? Seorang Denandra Jamali bisa berpikir cepat? Hal yang biasa terjadi di kumpulan hanyalah, Denandra mengikuti hasil kesepakatan tanpa benar-benar berpikir atau berpendapat, sampai membuat Kalil pernah berpikir bahwa Denandra bisa bertahan hidup karena dia cerdas secara teori."Cepat amat," komentar Kalil mendapat senyuman miring mengejek dari temannya yang akrab disapa Den, "gimana idemu?" lanjut Kalil bertanya."Semalam Rana telepon dan bilang buat kita dekati Fafa, buat dia mau diajak ke dokter dan tes DNA. Rana juga bilang, semua dimulai pekan depan karena mau konfirmasi tujuan dari kotak itu dulu, betul?" tutur Den mengingat sambungan telepon mereka semalam, hal yang sebenarnya tidak perlu diungkit lagi karena terjadi kurang dari dua puluh jam. Tapi, bagi Den semua hal harus jelas dan terarah.Mengangguk serentak antara Rana dan Kalil, m

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (100) Kisah semuanya

    "Terus karena aku risih ya, banyak kerjaan tapi harus menanggapi dua tua bangka bau tanah itu. Padahal ada anak kesayangan mereka yang sudah nikah, belum beranak pinak, tapi aku yang dikejar buat nikah dan cepat beranak, apa enggak gila?" oceh Rana yang sudah mulai terpancing emosinya, umpan kecil Den berhasil dimakan walau belum terkena kail, "akhirnya aku cari orang yang mau nikah tapi cuma untuk formalitas sampai kakakku hamil, jadi aku enggak akan berperan sebagai istri dan dia juga enggak akan berperan sebagai suami. Enggak ada istilah hak dan kewajiban suami istri, kita cuma seatap karena sudah satu kartu keluarga dan tercatat sebagai pasangan.""Terus dia mau?" kata Den menunjuk Kalil yang cukup peka untuk segera membuka matanya, menatap tajam Den yang hanya tersenyum mengejek."Saat itu aku dan Kalil baru menyelesaikan satu proyek konflik perusahaan, aku sebagai Kepala Humas butuh berkas lama dan proses pemberkasan baru, kebetulan juga Kalil punya posisi sebagai Kepala Arsip,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status