Eugene dan Ni El terdiam kompak menatap kedatangan Eun Kyung yang tiba - tiba pagi itu. Mereka saling melirik kecil sejenak saling menanyakan maksud kedatangan wanita itu, namun tidak ada satupun dari mereka yang mengetahuinya. Ni El pull berdeham kecil lalu menatap Eun Kyung lurus
"kenapa kau kemari?" Tanyanya tenang.
Eun Kyung pun menarik kursi kosong di samping Eugene lalu duduk angun dengan kaki terpangku sebelah, ia meletakkan amplop coklat yang di bawanya ke atas meja lalu mendorongnya ke arah Ni El. Kening Ni El dan Eugene berkerut semakin dalam melihat amplop itu, Keduanya saling melirik kecil sejenak sebelum Ni El mengulurkan tangannya meraih amplop itu cepat. Ni El membuka amplop itu mengeluarkan lembaran misterius di dalamnya, ia membaca isi lembaran itu dengan seksama lalu mengangkat pandangannya lurus menatap Eun Kyung
"apa kau bercanda?" Tanyanya kesal.
Eugene yang penasaran dengan isi lembaran itu pun, bangkit dari kursinya menuju ke sampin
Ni El duduk diam melipat tangannya di depan bibirnya, suasana Ruang Kerjanya sangat hening dan tegang. Matanya melirik kecil ponselnya yang menyala tergeletak di atas meja, menunjukkan pesannya pada Eun Kyung yang menyatakan ia setuju atas permintaan Eun Kyung. Permintaan untuk menerima Eun Kyung bekerja di DeRoz mengurus proye kolaborasi mereka, sebagai perwakilan Luxxe.Eugene menyerobot masuk begitu saja dengan wajah kesal dan penuh kekecewaan setelah mengetahui keputusan Ni El. Ia menunduk menopang telapak tangannya di ujung meja Ni El"berikan penjelasanmu!" Mintanya tegas.Ni El pun menurunkan tangannya perlahan, lalu memutar matanya menatap Eugene lurus. Ia mengembuskan nafas kecil lalu memalingkan wajahnya cepat"maaf..." ucapnya singkat.Eugene menunduk dalam dengan mata terpejam erat berusaha menahan rasa kesalnya, ia pun membalikkan badannya cepat hendak meninggalkan Ruang Kerja Ni El, namun langkahnya terhenti. Eugene kembali membalikka
Ni El langsung berdiri dengan mata melebar kaget mendengar kabar kedatangan Eun Kyung yang tiba - tiba dari pihak keamanan Kantor. Ia langsung membanting gagang telfon di tangannya cepat lalu berlari keluar dari Ruang Kerjanya, langkahnya terhenti melihat Eugene yang keluar dari Ruangannya dengan ekspresi yang sama. Eugene terdiam menatap Ni El lurus lalu berpaling cepat meninggalkan Ni El yang terdiam di tempatnya. Langkahnya terhenti melihatku dan Eun Kyung yang telah berdiri berhadapan, Eugene pun langsung menghampiri kami cepat. Ia langsung berdiri di tengah - tengah kami, menyembunyikanku di balik punggungnya yang lebar, matanya menatap Eun Kyung tajam seakan siap memakannya jika ia berbuat kerusuhan. Eun Kyung yang melihat sikap itu langsung menghembuskan nafas kecil tidak percaya apa yang di lihatnya barusan, ia berpaling pelan dengan langkah percaya diri meninggalkan kami masuk semakin dalam ke arahlift. Eugene berbalik cepat menatapku lurus "k
Aku menjelaskan konsep baru yang telah kami rancang dalam waktu semalam saja. Eugene tampak membolak - balik dokumen penjelasan di tangannya, Eun Kyung tampak sibuk memainkan kukunya, sementara Ni El menunduk dengan kening berkerut menahan rasa kesalnya. Suasana rapat pagi itu sangat tegang dan canggung, kehadiran Eun Kyung untuk pertama kalinya di Ruang Rapat tidak membawa sukcaita dan sambutan hangat dari semua orang. Ni El pun melempar dokumen di tangannya kesal lalu mengangkat tangannya menghentikan presentasi"Nona So Hee," panggilnya dingin.Eugene langsung menatap Ni El lurus, menunggu respon apa yang akan ia berikan kali ini. Aku pun menelan air liurku berusaha menahan rasa takutku, sambil melipat tanganku di depan pinggang diam menunggu Ni El mengatakan sesuatu. Ni El melirik ke arah Eun Kyung yang sibuk memainkan kukunya tidak peduli dengan rapat yang sedang berlangsung, ia menopangkan dagunya di atas telapak tangan dengan alis terangkat curiga"hey!"
Laboratorium menjadi hening mendengar suara pecahan kaca yang terdegar membekukan suasana. Mata kami tertuju pada serpihan botol kaca yang berserakan di lantai, serta cairan kekuningan yang meluber membasahi lantai. Tanpa ku sadari tanganku langsung mengepal kuat, emosi yang meledak mengambil alih diriku membuatku buta dalam hitungan detik. Aku pun menatap Eun Kyung tajam dan membuka mulutku lebar "HHHEEEEYYYYYY!!!!!!" Teriakku termakan emosi. Aku langsung melempar tumpukkan dokumen di tanganku cepat, melangkahkan kakiku lebar menuju ke arah wanita yang menatapku dengan senyum puas. Tanganku langsung terulur meraih rambut panjangnya dan menarik keras rambut gelombang itu meluapkan kemarahanku. Eun Kyung pun ikut mengangkat tangannya meraih rambutku dan menariknya kuat membuat keadaan semakin runyam, anggota timku yang melihat kejadian itu pun langsung bertindak melerai kami meskipun usaha mereka sia - sia. 000 Ni El dan Eugene langsung berlari meninggalkan Ruang Rapat mendengar kab
Aku berdiri denga tangan terlipat di depan pinggangku menunduk kecil, menunggu Ni El yang sedang membaca surat permintaan maafku atas kejadian kemarin. Ni El menghembuskan nafas kecil lalu menjuthkan lembar permintaan maaf di tanggannya pelan, ia mengangkat pandangannya cepat menatap lurus ke arahku"baiklah, aku anggap masalah ini selesai," putusnya cepat.Aku pun menghembuskan nafas kecil lalu membungkukkan badanku cepat hendak meninggalkan Ruangan Ni El, namun suara Ni El kembali terdengar menahan langkahku"aku tahu ini tidak adil bagimu, tapi bertahanlah karena situasi ini hanya sementara saja," sahutnya.Aku hanya menatapnya dengan senyum kecil sambil mengangguk pelan berusaha memahami situasi dan mengalah pada keadaan. Ni El menurunkan pandangannya, menatap tanganku yang terbalut perban rapi "berhati - hatilah saat kerja, jangan memaksakan diri, dan jangan sampaik lukamu terkena air! Obati dengan ba-" sahutnya terhenti.Aku membuka mulutku c
Eugene membuka pintu Ruangan Ni El santai sambil bersiul pelan, langkahnya terhenti melihat meja kerja Ni El yang kosong dan tidak ada tanda kehadirannya pagi itu. Ia mengangkat tangannya melihat jam yang melingkar di lengannya cepat, keningnya semakin berkerut dalam melihat waktu yang sudah menunjukkan pukul 11. Keanehan yang tidak biasa ini membuat hati Eugene tidak tenang "apa dia sakit?" Tanyanya cemas, Eugene pun mengeluarkan ponselnya cepat lalu menempelkannya di telinga setelah mengetuk simbol telfon di layarnya yang menunjukkan kontak Ni El. 000 Dering ponsel Ni El yang terdengar keras membuatnya mengalihkan pandangannya cepat menatap ponselnya yang tergeletak di atas meja, ia langsung meraih ponselnya lalu menjawab panggilan Eugene cepat "ada apa?" Tanyanya singkat. Rasa curiga Eugene semakin membesar mendengar nada tegang Ni El yang tidak biasa, ia pun membuka mulutnya cepat "kau belum sampai di Kantor, apa kau sakit?" Tanyanya hati - hati. Ni El pun memutar matanya menat
Aku mengetuk pintu Ruangan Ni El pelan menunggu jawaban darinya sejenak, keningku berkerut kecil karena suaranya tak kunjung terdengar "apa dia tidak mendengarnya?" Bisikku sendiri. Aku pun kembali mengangkat tanganku, mengetuk pintu di hadapanku kali ini lebih keras dari sebelumnya. Jawaban yang tak kunjung terdengar juga membuat rasa penasaranku semakin membukit, aku pun menempelkan telingaku ke depan pintu perlahan berusaha mendengar sesuatu. Langkah Ni El terhenti di ujung koridor melihat sosok yang dikenalinya menempelkan telinganya di depan pintu Ruang Kerjanya, senyumnya mengembang perlahan dan ia menggeleng kecil heran melihat tingkahku. Sekertarisnya melangkah mendekatinya, namun Ni El langsung mengangkat tangannya cepat. Ia menempelkan telunjuknya di depan bibir cepat lalu kembali melangkahkan kakinya pelan mendekat ke arahku. Aku yang belum menyadari kedatangan Ni El masih fokus berusaha mendengar sesuatu di dalam. Ni El berdiri tegap dengan tangan terlipat ke bel
Setelah menegak beberapa gelas, suasana antara kami terasa lebih tenang dan santai. Aku pun meletakkan gelasku pelan lalu membuka mulut memulai pembicaraan"apa Daepyonim (CEO) belum pernah mencoba ini sebelumnya?" Tanyaku ingin tahu.Ni El menggeleng kecil sambil memutar pelan gelasnya "Eugene pernah mengajakku, tapi aku tidak ingin mencobanya..." jawabnya sambil tertawa kecil. Ia mengangkat gelasnya "aku tidak menyangka rasanya tidak seburuk itu," lanjutnya. Aku mengangguk kecil sambil melepaskan tawa singkat, aku tidak mengatakan apapun membuat suasana hening di antara kami. Aku melirik kecil ke arah Ni El canggung, membuat perasaan aneh menyerang hatiku, Ni El yang tampak menyadari lirikanku pun membuka mulutnya"katakan saja! Aku tahu kau penasaran," sahutnya mengakapku.Aku pun melepaskan tawa kecilku sambil mengusap leherku canggung "apa sangat terlihat?" Tanyaku malu.Ni El mengangguk kecil "hmm, sangat!" Tekannya santai. Aku pun m