Bab 2
NIKMAT KOK ANEH, YA?
“Tante.” panggilan manja menyambut kedatangan wanita seksi itu.Senyum menawan nan memikat terlukis di bibir merah Rosa. Membuat lelaki berbadan tegap itu langsung menelan salivanya berulang.“Aku merindukanmu, Tante,” bisik Memet ke telinga Rosa. Membuat wanita itu mendesah pelan.
“Geli, Sayang.” Rosa menyandarkan kepalanya pada dada bidang Memet yang berbulu tipis.
Dadanya aja berbulu, apalagi bawahnya, pasti lebih menggoda. Batin Rosa nakal.“Benarkah?” tanya lelaki itu sambil meremas bokong semok wanita dalam dekapannya.
Asik, kali ini aku pasti berhasil. Batin Memet girang.“Memet ...!” Rosa mendesah pelan saat Memet menyusuri lekukan lehernya.
"Iya, Sayang."Ternyata benar petunjuk buku itu, buktinya Tante Rosa sekarang mendesah. Batin Memet lagi dengan senyum yang terlukis indah di sana.&ldq“Tidak ...!” Lelaki itu mendorong tubuh wanitanya hingga terjungkal ke belakang, membentur ubin kayu.“Aw ...!” teriak wanita itu sambil memegangi punggung dan kepalanya bergantian.Netranya memerah menahan sakit. Menit berikutnya wanita itu bangkit dan langsung memberondong banyak pertanyaan pada lelaki yang kini sibuk menutupi tubuhnya dengan kain sarung.“Apa kamu sudah gila, hah? Kalau aku cedera bagaimana? Apa kamu mau bertanggung jawab? Pikir!” bentak wanita itu sambil bangkit tanpa memedulikan tubuh polosnya yang menantang. “Kita hanya sebatas rekan kerja, bukan milikmu seutuhnya,” timpal wanita itu lagi dengan tatapan tajam ke arah lelaki yang sudah mendorongnya hingga terjatuh.Anehnya lagi, bukannya meminta maaf, lelaki itu malah pergi begitu saja sambil memakai kain sarungnya asal.“Memet ...!” teriak wanita itu lantang. Namun, lelaki yang dipanggilnya itu terus berl
Rosa terus berlari menyusuri jalan pedesaan, tidak perduli dengan tatapan para warga yang menaruh curiga terhadapnya. Rasa kecewa menguasai dirinya saat ini.Betapa tidak, pesonanya yang selama ini tidak terbantahkan ditolak mentah-mentah oleh lelaki yang baru saja dikenalnya."Ini sungguh memalukan, aku tidak terima," ucap Rosa lirih sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi. "Siapa dia, berani menolak kecantikanku yang paripurna ini," ucap Rosa lagi. Masih dengan isaknya yang kian menjadi."Tunggu dulu." Rosa tiba-tiba menghentikan larinya, mengusap pipinya kasar. Wanita itu mengingat kembali tentang Memet dan perjanjian kerjanya."Kalau aku pulang, itu berarti aku akan kehilangan tanah beserta ternaknya. Tapi kalau aku bertahan, mungkinkah aku sanggup meladeni lelaki ingusan itu. Hah ... ini sungguh membuatku pusing." Rosa merasa galau dengan yang ia alami saat ini."Non Rosa ... tun
Ya. Rosa (32 tahun)adalah wanita yang diminta untuk menemani Memet. Dan mengikatnya dalam perjanjian kerja yang rumit.Rosa. Dia memenuhi ajakan dari wanita berumur yang berdalih ingin mencarikan jodoh untuk anaknya.Dan, karena suatu hal yang sulit membuatnya menerima perjanjian yang tidak lazim."Memberi bimbingan dalam bercinta?" teriak Rosa. Wanita itu kaget dengan permintaan perempuan paruh baya yang bertamu di rumahnya siang bolong.Perempuan ayu bertubuh gempal di depannya mengangguk."Ada bonus menggiurkan jika Nona bisa menyelesaikan semuanya." Perempuan yang bernama Surti itu menjelaskan.Surti (51 tahun)adalah pengasuh Memet sejak kecil. Sudah 25 tahun lamanya wanita paruh baya itu mengabdikan hidupnya pada keluarga Tuan Ndoro, ayah Memet."Berapa bayaran yang aku terima?" tanya Rosa kemudian. Wanita itu memastikan sebelum menyetujui perjanjian kerja tersebut.
“Bik ... Bik Surti ...!” teriak seorang lelaki gagah dengan menyibak sebagian kain sarungnya ke atas. Sementara wajah tampannya tampak tegang. Sesaat kemudian, terdengar suara langkah kaki berat dari dalam kamar. “Ada apa sih, Den. Malam-malam begini teriak-teriak,” ucap seorang wanita paruh baya saat pintu kamar terbuka. Netranya mengerjap beberapa kali karena masih mengantuk.“Aku mau dia, Bik!” tegas lelaki gagah itu. Aumh ... Surti menguap. Membuat lelaki itu geram. “Surti ...!” Wanita itu langsung gelagapan mendengar teriakan tuannya. “I—iya Den Memet,” jawab Surti yang mendapati wajah lelaki di depannya kian memerah. Ya. Lelaki gagah berkumis tipis itu adalah Memet. Gigi putihnya yang berjajar rapi mengeluarkan suara gemerutuk yang membuat wanita paruh baya di depannya bergidik seketika. “Aku bilang, Aku butuh Dia!” Suara Memet kembali menggelegar, membuat wanita yang bernama Surti itu menutup telinganya. “T—tapi, Den. Ini kan sudah larut malam,” protes Surti pada Memet y
Ya. Rosa (32 tahun)adalah wanita yang diminta untuk menemani Memet. Dan mengikatnya dalam perjanjian kerja yang rumit.Rosa. Dia memenuhi ajakan dari wanita berumur yang berdalih ingin mencarikan jodoh untuk anaknya.Dan, karena suatu hal yang sulit membuatnya menerima perjanjian yang tidak lazim."Memberi bimbingan dalam bercinta?" teriak Rosa. Wanita itu kaget dengan permintaan perempuan paruh baya yang bertamu di rumahnya siang bolong.Perempuan ayu bertubuh gempal di depannya mengangguk."Ada bonus menggiurkan jika Nona bisa menyelesaikan semuanya." Perempuan yang bernama Surti itu menjelaskan.Surti (51 tahun)adalah pengasuh Memet sejak kecil. Sudah 25 tahun lamanya wanita paruh baya itu mengabdikan hidupnya pada keluarga Tuan Ndoro, ayah Memet."Berapa bayaran yang aku terima?" tanya Rosa kemudian. Wanita itu memastikan sebelum menyetujui perjanjian kerja tersebut.
Rosa terus berlari menyusuri jalan pedesaan, tidak perduli dengan tatapan para warga yang menaruh curiga terhadapnya. Rasa kecewa menguasai dirinya saat ini.Betapa tidak, pesonanya yang selama ini tidak terbantahkan ditolak mentah-mentah oleh lelaki yang baru saja dikenalnya."Ini sungguh memalukan, aku tidak terima," ucap Rosa lirih sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi. "Siapa dia, berani menolak kecantikanku yang paripurna ini," ucap Rosa lagi. Masih dengan isaknya yang kian menjadi."Tunggu dulu." Rosa tiba-tiba menghentikan larinya, mengusap pipinya kasar. Wanita itu mengingat kembali tentang Memet dan perjanjian kerjanya."Kalau aku pulang, itu berarti aku akan kehilangan tanah beserta ternaknya. Tapi kalau aku bertahan, mungkinkah aku sanggup meladeni lelaki ingusan itu. Hah ... ini sungguh membuatku pusing." Rosa merasa galau dengan yang ia alami saat ini."Non Rosa ... tun
“Tidak ...!” Lelaki itu mendorong tubuh wanitanya hingga terjungkal ke belakang, membentur ubin kayu.“Aw ...!” teriak wanita itu sambil memegangi punggung dan kepalanya bergantian.Netranya memerah menahan sakit. Menit berikutnya wanita itu bangkit dan langsung memberondong banyak pertanyaan pada lelaki yang kini sibuk menutupi tubuhnya dengan kain sarung.“Apa kamu sudah gila, hah? Kalau aku cedera bagaimana? Apa kamu mau bertanggung jawab? Pikir!” bentak wanita itu sambil bangkit tanpa memedulikan tubuh polosnya yang menantang. “Kita hanya sebatas rekan kerja, bukan milikmu seutuhnya,” timpal wanita itu lagi dengan tatapan tajam ke arah lelaki yang sudah mendorongnya hingga terjatuh.Anehnya lagi, bukannya meminta maaf, lelaki itu malah pergi begitu saja sambil memakai kain sarungnya asal.“Memet ...!” teriak wanita itu lantang. Namun, lelaki yang dipanggilnya itu terus berl
Bab 2NIKMAT KOK ANEH, YA?“Tante.” panggilan manja menyambut kedatangan wanita seksi itu.Senyum menawan nan memikat terlukis di bibir merah Rosa. Membuat lelaki berbadan tegap itu langsung menelan salivanya berulang.“Aku merindukanmu, Tante,” bisik Memet ke telinga Rosa. Membuat wanita itu mendesah pelan.“Geli, Sayang.” Rosa menyandarkan kepalanya pada dada bidang Memet yang berbulu tipis.Dadanya aja berbulu, apalagi bawahnya, pasti lebih menggoda. Batin Rosa nakal.“Benarkah?” tanya lelaki itu sambil meremas bokong semok wanita dalam dekapannya.Asik, kali ini aku pasti berhasil. Batin Memet girang.“Memet ...!” Rosa mendesah pelan saat Memet menyusuri lekukan lehernya."Iya, Sayang."Ternyata benar petunjuk buku itu, buktinya Tante Rosa sekarang mendesah. Batin Memet lagi dengan senyum yang terlukis indah di sana.&ldq
“Bik ... Bik Surti ...!” teriak seorang lelaki gagah dengan menyibak sebagian kain sarungnya ke atas. Sementara wajah tampannya tampak tegang. Sesaat kemudian, terdengar suara langkah kaki berat dari dalam kamar. “Ada apa sih, Den. Malam-malam begini teriak-teriak,” ucap seorang wanita paruh baya saat pintu kamar terbuka. Netranya mengerjap beberapa kali karena masih mengantuk.“Aku mau dia, Bik!” tegas lelaki gagah itu. Aumh ... Surti menguap. Membuat lelaki itu geram. “Surti ...!” Wanita itu langsung gelagapan mendengar teriakan tuannya. “I—iya Den Memet,” jawab Surti yang mendapati wajah lelaki di depannya kian memerah. Ya. Lelaki gagah berkumis tipis itu adalah Memet. Gigi putihnya yang berjajar rapi mengeluarkan suara gemerutuk yang membuat wanita paruh baya di depannya bergidik seketika. “Aku bilang, Aku butuh Dia!” Suara Memet kembali menggelegar, membuat wanita yang bernama Surti itu menutup telinganya. “T—tapi, Den. Ini kan sudah larut malam,” protes Surti pada Memet y