Home / Romansa / Gairah yang Terlarang / Terjerat Dalam Jaringnya

Share

Terjerat Dalam Jaringnya

Author: OhmyTwizz
last update Last Updated: 2025-01-06 02:48:04

Sienna Laurent terjaga di tengah malam, matanya terbuka lebar, jantungnya berdegup kencang. Keheningan yang menyelimuti apartemennya terasa berat, seolah-olah dunia luar menghilang, meninggalkan dirinya dengan pikiran yang berputar-putar. Malam sebelumnya, setelah pertemuan dengan Adrian di bar, dia pulang dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Rasa bingung, ketertarikan, dan ketakutan bercampur aduk menjadi satu, membentuk sesuatu yang tidak bisa dia kendalikan.

Adrian Voss bukan sekadar klien biasa. Setiap pertemuan dengannya membawa Sienna semakin dalam ke dalam dunia yang penuh dengan intrik dan ketegangan. Adrian bukan hanya seorang miliarder sukses; dia adalah sosok yang menguasai setiap ruang yang dia masuki. Dengan karisma yang hampir tak terbantahkan, dia memancarkan aura kekuatan yang menarik, memikat, dan menggoda. Dan meskipun Sienna berusaha untuk tidak terjebak dalam daya tariknya, hatinya seakan terbawa oleh setiap kata yang diucapkan Adrian. Ia tahu bahwa dia sedang berada di tepi jurang, dan semakin dalam dia melangkah, semakin sulit untuk mundur.

Sienna bangkit dari tempat tidur, mengusap wajahnya dengan tangan. Dia memeriksa jam di meja samping tempat tidur, yang menunjukkan pukul 3 pagi. Tidak ada yang aneh dengan tidur malamnya, selain rasa cemas yang terus menghantuinya. Sesuatu tentang Adrian—cara dia berbicara, cara dia menatap—terus terngiang di benaknya. Adrian tahu bagaimana membuatnya merasa tidak nyaman, namun juga membuatnya merasa lebih hidup daripada yang pernah ia rasakan.

Ia memutuskan untuk beranjak ke dapur, mencari secangkir teh hangat untuk menenangkan dirinya. Ketika air mendidih, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan baru masuk. Sienna melihat layar ponselnya dan melihat nama yang sudah sangat familiar: Adrian Voss. Dia merasa sedikit terkejut, karena mereka baru saja bertemu kemarin malam, namun tidak ada alasan bagi Adrian untuk menghubunginya begitu cepat. Mungkin hanya pesan terkait pekerjaan, pikirnya.

Dengan tangan sedikit gemetar, Sienna membuka pesan tersebut. Hanya ada satu kalimat singkat yang ditulis Adrian:

"Saya ingin bertemu dengan Anda lagi, Sienna. Besok pagi, pukul 9 di kantor saya. Kita perlu bicara lebih lanjut."

Hati Sienna berdegup lebih cepat. Ada sesuatu yang aneh tentang cara Adrian menghubunginya. Mengapa dia ingin bertemu pagi-pagi sekali? Dan kenapa sekarang, setelah pertemuan yang sudah cukup intens? Sienna tidak tahu apa yang diinginkan Adrian darinya, tetapi dia merasa tak bisa menolak ajakan itu. Apakah ini hanya tentang pekerjaan? Ataukah ada sesuatu yang lebih, yang mengarah pada arah yang lebih pribadi, lebih intim?

Malam itu, Sienna memutuskan untuk beristirahat dan tidur, meskipun tidur yang datang terasa gelisah. Pikirannya tak bisa lepas dari Adrian dan apa yang mungkin dia inginkan. Namun, esok hari, dia tahu bahwa dia akan bertemu dengan pria itu lagi—dan kali ini, dia merasa bahwa pertemuan itu akan mengungkap lebih banyak dari yang dia harapkan.

---

Pagi berikutnya, Sienna tiba di gedung pencakar langit tempat kantor Adrian Voss berada. Suasana di luar sangat berbeda dengan kemarin malam. Gedung itu tampak dingin, hampir seperti simbol kekuasaan dan kemegahan yang dibangun dengan cara yang tidak selalu transparan. Semua orang yang ada di sekitar Sienna seakan tergesa-gesa, sibuk dengan urusan mereka sendiri, sementara dirinya justru merasa seperti orang luar yang terjebak dalam dunia yang jauh lebih besar darinya.

Saat Sienna melangkah masuk ke dalam gedung, suasana menjadi semakin formal dan teratur. Dia melewati lobi yang luas, dengan lampu kristal yang menggantung anggun dari langit-langit tinggi. Staf-staf yang bekerja di sekitar sana memberikan salam singkat, namun tidak ada yang benar-benar menyapanya. Semua tampak sangat sibuk, sibuk dengan dunia yang hanya dimengerti oleh mereka yang berada di dalamnya.

Sienna akhirnya sampai di kantor Adrian, dan pintu besar yang kokoh terbuka begitu saja setelah dia mengetuk. Di dalam, Adrian sedang berdiri di balik meja kerjanya, mengenakan setelan jas gelap yang selalu pas dengan tubuh tegapnya. Wajahnya tampak serius, tetapi ada sesuatu yang berbeda—sebuah ketegangan yang menggantung di udara.

“Ms. Laurent,” kata Adrian, suaranya dalam dan penuh perintah. “Ayo masuk. Kita harus bicara.”

Sienna melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. Mata Adrian yang tajam langsung tertuju padanya. Ada sesuatu yang tidak bisa dia hindari—sesuatu yang membuat udara terasa semakin berat. Sienna mencoba untuk tetap tenang, tetapi dia tahu bahwa Adrian tidak hanya mengundangnya untuk membicarakan pekerjaan. Dia bisa merasakan itu dalam setiap gerakan Adrian, dalam setiap kata yang ia ucapkan.

Adrian menyandarkan tubuhnya ke meja, menatap Sienna dengan senyum tipis di wajahnya. “Saya ingin Anda tahu, Sienna,” katanya pelan. “Saya tidak hanya membutuhkan pengacara. Saya membutuhkan seseorang yang bisa melihat lebih jauh dari sekadar permukaan. Saya membutuhkan seseorang yang bisa memahami... keinginan saya.”

Sienna merasa jantungnya berdegup semakin kencang. “Keinginan Anda?” tanya Sienna, mencoba untuk menjaga suaranya tetap tenang.

“Ya,” jawab Adrian, perlahan mendekatinya. “Keinginan saya untuk melihat sejauh mana Anda bersedia pergi untuk menangani kasus ini. Dan, lebih dari itu... sejauh mana Anda bersedia untuk memahami saya.”

Sienna merasa sedikit terkejut dengan kedekatan itu. “Tuan Voss, kita hanya membicarakan pekerjaan. Saya di sini untuk membantu Anda menyelesaikan kasus ini,” jawabnya dengan suara yang sedikit lebih tegas.

Adrian tidak menjawab, melainkan hanya mengamati Sienna dengan intens. Setiap detik yang berlalu, tatapan Adrian semakin menembus jauh ke dalam dirinya, seolah mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya ada di balik dinding yang Sienna bangun di sekeliling dirinya.

“Kadang-kadang, pekerjaan bisa lebih dari sekadar tugas, Sienna,” kata Adrian akhirnya, suaranya penuh dengan kehangatan yang membuat Sienna merasa tidak nyaman. “Dan saya rasa kita berdua tahu itu.”

Setiap kata Adrian terasa seperti tantangan, sebuah permainan yang tidak bisa dia hindari. Sienna tahu bahwa apa pun yang terjadi selanjutnya, dia tidak akan bisa kembali ke dunia yang sama. Terlalu banyak hal yang sudah berubah sejak pertama kali dia bertemu dengan Adrian Voss.

Apa yang sebenarnya dia inginkan? Apa yang Adrian coba sampaikan dengan kata-katanya yang penuh makna? Sienna merasa terjebak, tidak tahu harus berbuat apa.

Namun satu hal yang pasti—dia sudah terjerat dalam jaring yang Adrian buat, dan tidak ada jalan mundur.

Related chapters

  • Gairah yang Terlarang   Mencari Titik Balik

    Keesokan harinya, Sienna berjalan kembali ke kantor dengan pikiran yang penuh. Setiap langkahnya di trotoar terasa lebih berat dari biasanya. Meski wajahnya terlihat tenang dan ekspresi wajahnya profesional, dalam hatinya, dia terus memikirkan pertemuan dengan Adrian Voss yang terjadi kemarin. Tatapan Adrian yang tajam, kata-katanya yang penuh makna, semuanya terasa lebih dari sekadar percakapan biasa. Ada sesuatu yang tersirat—sesuatu yang lebih gelap, lebih menggoda, dan, lebih dari itu, lebih berbahaya dari yang dia bisa bayangkan.Namun, meskipun begitu banyak keraguan yang melanda pikirannya, ada bagian dari dirinya yang merasa tertarik, yang merasa seolah-olah ini adalah jalan yang seharusnya ia pilih. Tidak ada yang bisa menantang otaknya seperti Adrian. Setiap pertemuan dengannya membawa ketegangan yang sulit untuk diabaikan. Seolah dunia di sekitarnya menghilang, hanya ada dia dan Adrian, berada dalam jalinan percakapan yang penuh dengan dorongan yang tak terucapkan.Setelah

    Last Updated : 2025-01-06
  • Gairah yang Terlarang   Dalam Bayang-Bayang Keinginan

    Hari-hari berlalu, namun rasa cemas yang menggelayuti Sienna tidak juga hilang. Semakin dalam dia terlibat dengan Adrian Voss, semakin berat langkahnya. Pekerjaan yang awalnya ia anggap sebagai tantangan profesional kini mulai terasa seperti beban emosional yang mengikatnya. Meskipun dirinya mencoba menenangkan pikirannya, setiap pertemuan dengan Adrian semakin membuat garis antara profesionalisme dan perasaan pribadi semakin kabur.Pada suatu pagi yang cerah, Sienna menerima panggilan tak terduga. Adrian mengundangnya untuk makan siang, sesuatu yang jarang dia lakukan. Biasanya, pertemuan mereka selalu berkaitan dengan pekerjaan atau perkara hukum yang mendesak, namun kali ini terasa berbeda. Hatinya berdebar, dan meskipun dia mencoba untuk tidak terbawa suasana, ada bagian dari dirinya yang merasa senang. Makan siang dengan Adrian—mungkin ini kesempatan untuk mengetahui lebih banyak tentang dirinya.Sienna memutuskan untuk mengenakan pakaian yang sederhana namun elegan, memilih gaun

    Last Updated : 2025-01-06
  • Gairah yang Terlarang   Keterikatan yang Tak Terelakkan

    Sienna melangkah keluar dari restoran, perasaan yang campur aduk menggelayuti setiap langkahnya. Matahari tengah condong ke barat, menyinari kota dengan warna oranye yang hangat, namun hatinya justru dipenuhi oleh kabut keraguan. Setiap kata yang diucapkan Adrian terus berputar-putar di kepalanya, mengusik rasa tenang yang selama ini ia banggakan. Ada sesuatu yang menarik, dan sekaligus menakutkan, dalam cara Adrian berbicara—seolah dia sedang merancang sesuatu yang lebih besar dari sekadar pertemuan bisnis.Adrian sudah berhasil menanamkan benih kebingungannya lebih dalam. Meskipun Sienna berusaha mengabaikan sensasi yang menggoda di dalam dirinya, semakin sering mereka bertemu, semakin sulit rasanya untuk menarik diri. Adrian bukanlah sosok yang mudah dihindari. Dia terlalu memikat, terlalu berkuasa. Sienna tahu, di luar kecerdasan dan kekuatan pengaruh yang dimiliki pria itu, ada sisi gelap yang bahkan dirinya belum bisa sepenuhnya pahami.Ketika mobilnya melaju di jalanan kota, Si

    Last Updated : 2025-01-06
  • Gairah yang Terlarang   Mengungkap Tabir Rahasia

    Malam itu terasa lebih panjang dari biasanya. Sienna duduk di sofa mewah Adrian, mencoba mengumpulkan pikirannya yang berkecamuk. Pemandangan kota yang terhampar di balik jendela besar seharusnya menenangkan, tetapi malah membuatnya merasa terperangkap. Adrian berdiri di dekat meja bar, menuangkan segelas anggur untuk mereka berdua, sementara atmosfer di antara mereka kian memanas, penuh dengan ketegangan yang belum terurai."Ada sesuatu yang perlu Anda ketahui, Sienna," kata Adrian sambil menyerahkan gelasnya. "Sesuatu yang tidak pernah saya ceritakan pada siapa pun, tetapi saya merasa Anda berhak tahu."Sienna menerima gelas itu dengan tangan yang sedikit gemetar. "Apa yang sebenarnya terjadi, Adrian? Apa yang membuat Anda merasa harus melibatkan saya dalam dunia ini?"Adrian menyesap anggurnya perlahan sebelum menjawab. "Apa yang saya miliki sekarang—kekayaan, kekuasaan, semua ini—bukan datang tanpa harga. Ada masa lalu yang gelap, yang terus membayangi saya. Saya telah membuat ban

    Last Updated : 2025-01-07
  • Gairah yang Terlarang   Benturan

    Pagi itu, cahaya matahari yang menembus tirai tidak membawa ketenangan yang diharapkan. Sienna terbangun dengan pikiran penuh kekhawatiran. Kata-kata Adrian masih terngiang di telinganya. Marcus, musuh lama Adrian, bukan hanya ancaman bisnis biasa; dia adalah bahaya yang nyata.Sienna menatap Adrian yang masih tertidur di sampingnya. Wajahnya yang tenang seolah menyembunyikan semua kekhawatiran yang ia ceritakan semalam. Dia tahu bahwa hari ini akan menjadi awal dari sesuatu yang besar, dan mungkin berbahaya.Saat sarapan, Adrian tampak lebih tenang, tetapi Sienna bisa merasakan ketegangan yang tersembunyi di balik sikapnya. "Hari ini, kita harus mulai bergerak," kata Adrian sambil menyeruput kopinya. "Saya punya rencana, tapi kita harus berhati-hati."Sienna mengangguk. "Apa langkah pertama kita?""Kita harus mencari tahu apa yang Marcus rencanakan. Saya sudah mengatur pertemuan dengan seseorang yang bisa memberi kita informasi."---Beberapa jam kemudian, mereka berada di sebuah kaf

    Last Updated : 2025-01-07
  • Gairah yang Terlarang   Gairah di Tengah Badai

    Malam itu terasa lebih sunyi setelah hiruk-pikuk di gudang. Sienna duduk di tepi tempat tidur Adrian, mencoba memproses segala hal yang baru saja terjadi. Bahaya yang mereka hadapi nyata, dan semakin mendekat. Namun, di tengah kekacauan itu, ada perasaan yang terus tumbuh di dalam dirinya, sesuatu yang tidak bisa dia abaikan.Adrian masuk ke kamar, matanya memancarkan kelelahan namun tetap penuh dengan tekad. Dia berjalan mendekat, duduk di samping Sienna, dan menggenggam tangannya dengan erat. "Anda baik-baik saja?" tanyanya lembut.Sienna mengangguk perlahan. "Saya baik. Tapi Adrian, semua ini... begitu banyak yang harus saya cerna."Adrian menghela napas panjang. "Saya tahu. Saya tidak pernah bermaksud melibatkan Anda sejauh ini. Tapi sekarang, saya tidak bisa membayangkan menjalani semua ini tanpa Anda di sisi saya."Mereka duduk dalam keheningan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya. Sienna merasa ada sesuatu yang menghangat di dalam hatinya. Meskipun dia takut, ada bagian da

    Last Updated : 2025-01-07
  • Gairah yang Terlarang   Di Bawah Bayang-Bayang

    Hari itu terasa seperti berjalan di atas tali tipis. Sienna dan Adrian melanjutkan langkah mereka dengan hati-hati, berusaha tetap berada selangkah di depan Marcus dan rencana jahatnya. Di balik dinding kaca gedung pencakar langit tempat mereka bekerja, dunia seakan berputar lebih cepat, dengan ancaman yang terus membayangi.Sienna duduk di ruang kantornya, mempelajari dokumen-dokumen penting yang diberikan Adrian pagi itu. Ada bukti kuat yang menghubungkan Marcus dengan sejumlah kegiatan ilegal yang berpotensi menghancurkan reputasi dan imperium bisnisnya. Tapi membuktikan itu di pengadilan adalah cerita lain.Pintu kantor terbuka, dan Adrian masuk, wajahnya tegang. "Kita perlu bicara," katanya tanpa banyak basa-basi. "Marcus telah bergerak lebih cepat dari yang kita perkirakan."Sienna mengangkat alis, menaruh dokumen di mejanya. "Apa yang dia lakukan?""Dia telah menyuap salah satu hakim yang terlibat dalam kasus ini. Jika kita tidak bertindak cepat, semua bukti yang kita miliki bi

    Last Updated : 2025-01-07
  • Gairah yang Terlarang   Jejak di kegelapan

    Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya, seolah-olah kota menyimpan rahasia kelam yang siap meledak kapan saja. Sienna bangun lebih awal dari biasanya, pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran tentang langkah mereka berikutnya. Di sampingnya, Adrian masih terlelap, wajahnya terlihat lebih tenang dibandingkan malam sebelumnya. Namun, Sienna tahu ketenangan itu hanya sementara. Dunia mereka telah berubah, dan mereka tidak bisa lagi mengabaikan bahaya yang mengintai.Sienna melangkah ke dapur, menyiapkan secangkir kopi untuk membangkitkan semangatnya. Pikirannya terus berputar, mencoba mencari celah untuk mengalahkan Marcus sebelum dia dapat melancarkan serangan berikutnya. Ketika dia menatap keluar jendela, dia bisa merasakan pandangan yang terus mengawasi mereka, bayang-bayang yang menunggu saat yang tepat untuk menyerang.Adrian bergabung dengannya beberapa menit kemudian, matanya yang masih mengantuk menyiratkan kelelahan yang dirasakannya. "Selamat pagi," katanya sambil men

    Last Updated : 2025-01-07

Latest chapter

  • Gairah yang Terlarang   Persidangan Terakhir

    Sienna terbangun lebih awal dari biasanya. Matahari baru saja muncul di ufuk timur, memancarkan cahaya keemasan yang menyinari kota. Dia menoleh ke samping dan melihat Adrian masih terlelap. Wajahnya tampak lelah, namun tetap menunjukkan ketegasan yang sama seperti biasa.Persidangan hari ini akan menjadi titik balik bagi mereka berdua. Jika Adrian terbukti bersalah, dia bisa kehilangan segalanya—bisnisnya, kebebasannya, bahkan mungkin hubungannya dengan Sienna. Tetapi jika dia menang, ini akan menjadi awal baru yang telah lama mereka impikan.Sienna menghela napas panjang sebelum bangkit dari tempat tidur dan menuju dapur. Saat dia sedang menyiapkan kopi, Adrian muncul dari belakang dan melingkarkan lengannya di pinggangnya."Kau sudah bangun?" suaranya serak, masih terbawa sisa kantuk.Sienna mengangguk. "Aku tidak bisa tidur nyenyak. Aku terlalu banyak berpikir."Adrian mengecup puncak kepalanya. "Apa kau siap?"Sienna menatapnya, mencoba mencari keteguhan dalam sorot matanya. "Aku

  • Gairah yang Terlarang   Manuver Berbahaya

    Sienna terbangun dengan perasaan gelisah. Matanya menatap layar ponselnya yang masih menunjukkan pesan terakhir yang ia terima tadi malam:“Adrian baru saja bertemu dengan Kiera di The Royale Club.”Dia menggigit bibirnya, mencoba menenangkan pikirannya. Ini bukan pertama kalinya dia menghadapi situasi di mana Adrian berhubungan dengan wanita dari masa lalunya, tapi kali ini berbeda. Kiera bukan hanya ancaman bagi hubungan mereka, tetapi juga musuh yang mencoba menjatuhkan Adrian dengan cara apa pun.Sienna menghela napas, mengumpulkan keberanian sebelum akhirnya bangkit dan bersiap untuk menghadapi hari.Saat dia keluar dari kamar, suara langkah kaki Adrian terdengar dari dapur. Pria itu tampak tenang seperti biasanya, seolah tidak ada yang terjadi.“Kau tidur nyenyak?” tanya Adrian sambil menyeduh kopi.Sienna menatapnya, mencari tanda-tanda kebohongan di wajahnya. “Aku mendengar kau bertemu dengan Kiera tadi malam.”Adrian mengangkat alisnya, kemudian meletakkan cangkirnya di meja.

  • Gairah yang Terlarang   Jeratan Musuh dan Godaan yang Mengancam

    Sienna membuka matanya perlahan, merasakan kehangatan tubuh Adrian yang masih tertidur di sampingnya. Semalaman mereka berbicara panjang tentang ancaman Marcus dan pengkhianatan dalam sistem hukum yang berusaha menjatuhkan Adrian. Namun, meskipun masalah itu terus menghantui mereka, malam sebelumnya menjadi tempat pelarian di mana mereka hanya memiliki satu sama lain.Sienna menggerakkan jemarinya di atas dada Adrian, merasakan detak jantungnya yang stabil. Namun, saat ia hendak beranjak dari tempat tidur, lengan Adrian melingkar di pinggangnya, menahannya."Jangan pergi dulu," suara berat Adrian terdengar serak karena baru bangun.Sienna tersenyum kecil. "Aku harus ke kantor. Kita masih harus mencari tahu siapa pengkhianat di dalam sistem hukum."Adrian membuka matanya dan menatapnya dengan penuh ketenangan. "Aku tahu. Tapi sebelum itu, aku ingin menikmati pagiku denganmu sebentar lagi."Sienna tertawa kecil sebelum akhirnya menyerah dan membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan Adr

  • Gairah yang Terlarang   Ancaman dari Bayanh - Bayang

    Pagi itu, Sienna bangun dengan perasaan berat di dadanya. Pikirannya masih dipenuhi oleh dokumen yang Ethan berikan kemarin. Kasus Adrian semakin rumit, dan meskipun dia mempercayai Adrian, Sienna tidak bisa mengabaikan fakta bahwa seseorang dengan kekuatan besar berusaha menghancurkannya.Di sebelahnya, Adrian masih tertidur, napasnya teratur. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri terlihat lebih tenang saat tidur. Sienna ingin membangunkannya, ingin membahas rencana mereka selanjutnya, tapi dia tahu Adrian butuh istirahat.Sienna bangkit perlahan, berjalan menuju dapur untuk membuat kopi. Namun, saat dia membuka ponselnya, sebuah pesan masuk membuat jantungnya berdebar kencang.“Kau pikir kau bisa menyelamatkannya? Dia akan jatuh, dan kau juga.”Sienna langsung menunjukkan pesan itu kepada Adrian setelah dia bangun.“Ini semakin gila,” kata Sienna dengan nada frustrasi.Adrian mengambil ponselnya, membaca pesan itu, lalu mengerutkan dahi. “Ini bukan hanya ancaman biasa.”“Menurut

  • Gairah yang Terlarang   Bayangan yang Tak Pergi

    Pagi itu, Sienna membuka matanya dan menemukan dirinya sendirian di tempat tidur. Adrian sudah tidak ada di sampingnya. Dia meraih ponselnya dan melihat pesan dari Adrian:"Aku ada urusan sebentar. Jangan khawatir. Aku akan kembali sebelum makan siang."Sienna menghela napas panjang. Setelah kejadian kemarin dengan Kiera, dia masih merasakan kegelisahan di hatinya. Dia percaya pada Adrian, tapi bayangan dari masa lalunya terus menghantui mereka.Setelah bersiap, Sienna memutuskan untuk pergi ke kantornya lebih awal. Setibanya di sana, asistennya, Leah, sudah menunggunya di luar ruangan dengan ekspresi khawatir.“Ada yang harus kau lihat,” kata Leah sambil menyerahkan sebuah amplop cokelat.Sienna mengambilnya dengan hati-hati dan membuka isinya. Di dalamnya, ada beberapa foto Adrian bersama Kiera di sebuah bar mewah. Dari sudut pengambilan gambar, terlihat seolah-olah mereka sedang berbicara serius, dan ada satu foto di mana Kiera menyentuh tangan Adrian.Darah Sienna mendidih. Dia ta

  • Gairah yang Terlarang   Bayangan di Antara Kita

    Pagi itu, Sienna terbangun lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari menyusup melalui tirai kamar penthouse Adrian, menciptakan kilauan lembut di atas seprai putih. Dia menoleh ke samping, melihat Adrian yang masih tertidur lelap di sampingnya. Wajahnya tampak lebih damai dari biasanya, seolah-olah beban yang selama ini menghantuinya sedikit mereda.Namun, kedamaian itu tak bertahan lama. Suara notifikasi dari ponsel Sienna mengusik pagi mereka. Dia meraih perangkat itu dan melihat sebuah pesan dari nomor tak dikenal:"Apakah kau benar-benar percaya Adrian hanya milikmu? Kau bukan satu-satunya wanita dalam hidupnya."Jantung Sienna berdegup lebih cepat. Dia menelan ludah, mencoba mengabaikan kecemasan yang tiba-tiba menyelimutinya. Pesan anonim itu jelas berniat memecah belah mereka. Tapi siapa? Dan yang lebih penting—apakah ada kebenaran di baliknya?Adrian bergerak di tempat tidur, tangannya secara refleks mencari Sienna. Saat dia menyadari Sienna duduk tegak dengan ponsel di tangan

  • Gairah yang Terlarang   Bayangan di Antara Kita

    Pagi pertama setelah pertunangan mereka terasa berbeda. Matahari baru saja menyelinap masuk melalui tirai kamar, menyoroti siluet Adrian yang masih terlelap di sampingnya. Sienna tersenyum, menyentuh pipi pria itu dengan lembut. Ia masih belum sepenuhnya percaya bahwa mereka akhirnya bisa hidup tanpa bayang-bayang ancaman. Sienna bangkit dari tempat tidur, mengenakan kemeja Adrian yang kebesaran, lalu berjalan ke dapur untuk membuat kopi. Saat ia tengah menuangkan susu ke dalam cangkir, sepasang tangan kuat melingkari pinggangnya dari belakang. "Bangun lebih dulu tanpa membangunkanku? Itu tidak adil," gumam Adrian dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Sienna tertawa kecil. "Kau butuh istirahat. Setelah semua yang terjadi, kau pantas tidur lebih lama." Adrian mengambil cangkir kopi dari tangan Sienna, menyesapnya perlahan. "Aku lebih suka bangun denganmu di sisiku." Sienna menatapnya penuh kasih. Ia tahu Adrian bukan tipe pria yang suka mengungkapkan perasaanny

  • Gairah yang Terlarang   Babak Baru dalam Kehidupan

    Pagi di rumah Adrian terasa berbeda. Tidak ada lagi ancaman dari bayang-bayang masa lalu, tidak ada lagi ketakutan akan serangan mendadak atau pengkhianatan. Untuk pertama kalinya, Adrian dan Sienna benar-benar bisa bernapas lega.Adrian berdiri di balkon, menyesap kopinya sambil menatap hamparan kota di bawahnya. Udara pagi terasa segar, seakan menyambut kehidupannya yang baru. Di belakangnya, Sienna melangkah mendekat, masih mengenakan kemeja putih Adrian yang kebesaran di tubuhnya."Kau terlihat tenang," gumam Sienna, melingkarkan lengannya di pinggang Adrian."Aku merasa seperti akhirnya bisa benar-benar bebas," jawab Adrian, membalas pelukan Sienna. "Tidak ada lagi urusan kotor, tidak ada lagi ancaman. Aku hanya ingin menjalani hidup denganmu, tanpa gangguan."Sienna tersenyum dan mengangguk. "Dan aku akan ada di sisimu."Mereka berdiri di sana beberapa saat, menikmati kebersamaan mereka sebelum akhirnya Sienna menarik diri. "Aku harus ke kantor. Masih ada beberapa hal yang perlu

  • Gairah yang Terlarang   Awal Baru yang Tak Terduga

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai kamar mereka, membelai wajah Sienna yang masih terlelap di pelukan Adrian. Udara di kamar terasa hangat, bukan hanya karena suhu pagi yang bersahabat, tapi juga karena ketenangan yang kini menyelimuti kehidupan mereka. Adrian perlahan membuka matanya, menatap wajah Sienna dengan penuh kasih. Senyuman kecil terukir di sudut bibirnya, menyadari bahwa untuk pertama kalinya setelah sekian lama, hidupnya benar-benar bebas dari ancaman masa lalu.Namun, kedamaian itu tidak bertahan lama. Suara dering ponsel Sienna yang nyaring memecah keheningan pagi. Dengan malas, Sienna menggapai ponselnya di meja samping tempat tidur. Namanya Rachel, sahabat sekaligus rekan kerjanya di firma hukum, terpampang di layar."Rachel?" Suara Sienna serak karena baru bangun."Sienna! Kau harus ke kantor sekarang juga. Ada sesuatu yang besar terjadi," suara Rachel terdengar tegang, membuat Sienna langsung duduk tegak."Apa yang terjadi?" tanya Sienna dengan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status