Pagi itu, Sienna terbangun dengan tubuh yang masih terasa lelah. Sinar matahari masuk melalui jendela kamar Adrian, menyinari kulitnya yang masih terasa hangat setelah malam yang panjang. Di sampingnya, Adrian masih terlelap, napasnya tenang, dan wajahnya tampak lebih damai daripada biasanya.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.Telepon Adrian bergetar di meja samping tempat tidur. Sienna melihat nama di layar—Ethan, kepala pengamanan Adrian. Dengan enggan, ia menyentuh bahu Adrian, membangunkannya.Adrian menggeram pelan, lalu membuka mata. Begitu melihat nama di layar, ekspresinya berubah. Ia meraih ponselnya dan menjawab panggilan itu."Ada apa?" suara Adrian terdengar tajam.Dari ekspresi wajahnya, Sienna bisa menebak jawabannya tidak akan menyenangkan."Kapan?" Adrian bertanya lagi, suaranya lebih serius. "Aku akan segera ke sana."Begitu panggilan berakhir, Adrian mengusap wajahnya, seolah mencoba mengumpulkan pikirannya."Ada apa?" Sienna bertanya, mencoba menahan kegelis
Pagi di New York selalu penuh hiruk-pikuk, namun di apartemen mewah Adrian, waktu seolah melambat. Sienna terbangun dengan cahaya matahari yang menyelinap melalui tirai besar, menyentuh kulitnya yang masih hangat dari malam sebelumnya. Di sampingnya, Adrian masih terlelap, wajahnya yang biasanya tegas kini tampak lebih damai. Sienna menatapnya sejenak, merasakan denyut jantungnya sendiri yang berpacu di dada.Namun, kenyataan segera menyusup ke pikirannya. Kasus Adrian masih jauh dari selesai. Ancaman dari Marcus terus membayangi, dan Sienna tahu bahwa setiap momen kebahagiaan mereka bisa saja terancam kapan saja.Sienna perlahan bangkit dari tempat tidur, mengenakan kemeja Adrian yang tergeletak di lantai. Aroma tubuh Adrian masih tertinggal di kain itu, membuatnya tersenyum kecil. Dia melangkah ke dapur, menyiapkan kopi sambil memikirkan langkah hukum berikutnya. Dokumen-dokumen yang harus ia telaah menumpuk di meja, namun pikirannya masih tertinggal di malam sebelumnya—sentuhan Adr
Pagi berikutnya di apartemen Adrian terasa lebih berat dari biasanya. Matahari yang biasanya membawa kehangatan kini hanya menyoroti kecemasan yang menggantung di udara. Sienna terbangun dengan kepala masih dipenuhi pikiran tentang pertemuannya dengan Marcus. Kata-katanya terus terngiang di benaknya, mencoba merusak keyakinannya pada Adrian.Adrian duduk di meja dapur, matanya terpaku pada secangkir kopi yang sudah dingin. Ketika Sienna masuk, dia menoleh dan tersenyum, tapi senyum itu tidak sampai ke matanya."Kau tidur nyenyak?" tanyanya, suaranya serak.Sienna hanya mengangguk, lalu duduk di seberangnya. Ada keheningan yang menggantung di antara mereka, berat oleh kata-kata yang belum terucap."Aku tahu Marcus mencoba membuatmu ragu," kata Adrian akhirnya, memecah keheningan. "Tapi apa pun yang dia katakan, itu hanya setengah dari kebenaran."Sienna menatap mata Adrian, mencari kebenaran di dalamnya. "Kalau begitu, ceritakan semuanya padaku, Adrian. Aku butuh tahu apa yang sebenarn
Pagi itu dimulai dengan ketegangan yang menggantung tebal di udara. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela besar apartemen Adrian terasa seperti sorotan lampu yang tidak diinginkan, menerangi sisa-sisa malam penuh kecemasan. Sienna terbangun di pelukan Adrian, namun pikirannya sudah jauh melayang, memikirkan langkah berikutnya dalam menghadapi Marcus.Adrian menggeliat pelan, tangannya masih melingkar di pinggang Sienna. "Apa yang kau pikirkan?" bisiknya dengan suara serak khas pagi hari.Sienna menoleh, menatap wajah Adrian yang masih setengah tertidur. "Kita harus bergerak cepat. Marcus tidak akan tinggal diam setelah kemarin."Adrian mengangguk, melepaskan pelukannya dan duduk di tepi ranjang. "Aku sudah menghubungi beberapa orang. Kita akan mendapatkan bukti lebih kuat tentang keterlibatan Marcus dalam pencucian uang dan penggelapan pajak."Sienna bangkit dari ranjang, mengenakan kemeja tipis Adrian yang tergeletak di lantai. Dia berjalan menuju dapur untuk membuat kopi, menco
Pagi itu, suasana di apartemen Adrian lebih sunyi dari biasanya. Sienna berdiri di depan jendela besar, memandangi langit yang perlahan berubah dari abu-abu menjadi biru cerah. Ini adalah hari yang menentukan. Setelah berminggu-minggu bekerja tanpa lelah, mereka akhirnya memiliki bukti yang cukup untuk membersihkan nama Adrian dan menjatuhkan Marcus.Adrian muncul dari kamar tidur dengan setelan rapi, wajahnya serius tapi matanya memancarkan ketenangan yang belum pernah Sienna lihat sebelumnya. "Kita siap?" tanyanya, suaranya dalam namun penuh keyakinan.Sienna mengangguk, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. "Kita sudah lebih dari siap."---Di kantor pengadilan, suasana tegang terasa sejak mereka melangkah masuk. Persidangan hari ini adalah momen puncak, di mana semua bukti akan dipresentasikan dan kebenaran akan terungkap. Sienna duduk di kursi pengacara dengan berkas-berkas tebal di depannya, sementara Adrian duduk di sampingnya, mencoba menjaga ketenangan meskipun
Meskipun kehidupan Adrian dan Sienna di tepi danau berjalan damai, bayang-bayang masa lalu tidak sepenuhnya menghilang. Adrian telah meninggalkan dunia bisnis gelapnya, tetapi tidak semua orang di lingkarannya menerima keputusan itu dengan baik. Beberapa mantan rekan bisnis merasa ditinggalkan, bahkan ada yang merasa dikhianati.Suatu pagi yang cerah, ketika Sienna sedang menikmati secangkir kopi di beranda, dia melihat Adrian berbicara di telepon dengan wajah tegang. Suaranya rendah, hampir seperti berbisik, tetapi nada seriusnya tidak bisa disembunyikan. Ketika Adrian selesai, Sienna mendekatinya dengan alis berkerut."Ada apa?" tanyanya pelan.Adrian menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Sienna dengan tatapan yang mencoba menenangkan. "Hanya urusan lama yang mencoba kembali," jawabnya singkat. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Tapi Sienna tahu lebih baik. Dia telah melihat cukup banyak untuk memahami bahwa urusan 'lama' Adrian jarang berakhir dengan tenang.---Hari-hari beri
Pagi itu, sinar matahari menembus jendela besar rumah tepi danau mereka, membelai wajah Sienna yang masih terlelap di pelukan Adrian. Udara musim semi yang segar membawa aroma bunga liar dari hutan sekitar, menciptakan suasana damai yang sempurna. Adrian membuka matanya perlahan, menatap wanita yang kini menjadi pusat hidupnya. Tidak ada lagi rahasia, tidak ada lagi bayang-bayang masa lalu yang membayangi mereka. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Adrian merasa benar-benar bebas.Sienna terbangun karena ciuman lembut di keningnya. "Pagi," bisik Adrian dengan senyum hangat.Sienna mengerjapkan matanya, lalu tersenyum balas. "Pagi." Dia meregangkan tubuhnya, lalu menarik Adrian lebih dekat. "Aku suka bangun seperti ini.""Aku bisa membiasakan diri dengan ini setiap hari," jawab Adrian sambil mengusap lembut punggung Sienna. Mereka berdua tertawa kecil, menikmati momen tenang di pagi hari yang damai.Namun, hidup mereka yang baru dimulai ini tidak hanya tentang menikmati ketena
Meskipun kehidupan baru Adrian dan Sienna tampak sempurna di permukaan, bayang-bayang masa lalu tidak sepenuhnya hilang. Beberapa pihak yang pernah terlibat dalam bisnis gelap Adrian mulai merasa terganggu dengan perubahan haluan pria itu. Mereka khawatir, jika Adrian benar-benar meninggalkan dunia lama, rahasia mereka bisa terancam terbongkar.Suatu pagi yang cerah, Sienna duduk di ruang kerja mereka, meninjau beberapa dokumen yayasan. Teleponnya tiba-tiba berdering. Nama yang muncul di layar membuatnya terdiam sejenak: Marcus Delano, salah satu mantan rekan bisnis Adrian yang terkenal kejam dan manipulatif. Dengan hati-hati, Sienna menjawab panggilan itu."Sienna Laurent," suaranya terdengar tenang, meskipun hatinya mulai berdebar."Ah, Nona Laurent," suara Marcus terdengar licin di ujung sana. "Kupikir kau mungkin ingin tahu, tidak semua orang senang dengan perubahan Adrian. Dunia kita... tidak mudah ditinggalkan begitu saja."Sienna mengepalkan tangan, mencoba menahan amarahnya. "
Sienna terbangun lebih awal dari biasanya. Matahari baru saja muncul di ufuk timur, memancarkan cahaya keemasan yang menyinari kota. Dia menoleh ke samping dan melihat Adrian masih terlelap. Wajahnya tampak lelah, namun tetap menunjukkan ketegasan yang sama seperti biasa.Persidangan hari ini akan menjadi titik balik bagi mereka berdua. Jika Adrian terbukti bersalah, dia bisa kehilangan segalanya—bisnisnya, kebebasannya, bahkan mungkin hubungannya dengan Sienna. Tetapi jika dia menang, ini akan menjadi awal baru yang telah lama mereka impikan.Sienna menghela napas panjang sebelum bangkit dari tempat tidur dan menuju dapur. Saat dia sedang menyiapkan kopi, Adrian muncul dari belakang dan melingkarkan lengannya di pinggangnya."Kau sudah bangun?" suaranya serak, masih terbawa sisa kantuk.Sienna mengangguk. "Aku tidak bisa tidur nyenyak. Aku terlalu banyak berpikir."Adrian mengecup puncak kepalanya. "Apa kau siap?"Sienna menatapnya, mencoba mencari keteguhan dalam sorot matanya. "Aku
Sienna terbangun dengan perasaan gelisah. Matanya menatap layar ponselnya yang masih menunjukkan pesan terakhir yang ia terima tadi malam:“Adrian baru saja bertemu dengan Kiera di The Royale Club.”Dia menggigit bibirnya, mencoba menenangkan pikirannya. Ini bukan pertama kalinya dia menghadapi situasi di mana Adrian berhubungan dengan wanita dari masa lalunya, tapi kali ini berbeda. Kiera bukan hanya ancaman bagi hubungan mereka, tetapi juga musuh yang mencoba menjatuhkan Adrian dengan cara apa pun.Sienna menghela napas, mengumpulkan keberanian sebelum akhirnya bangkit dan bersiap untuk menghadapi hari.Saat dia keluar dari kamar, suara langkah kaki Adrian terdengar dari dapur. Pria itu tampak tenang seperti biasanya, seolah tidak ada yang terjadi.“Kau tidur nyenyak?” tanya Adrian sambil menyeduh kopi.Sienna menatapnya, mencari tanda-tanda kebohongan di wajahnya. “Aku mendengar kau bertemu dengan Kiera tadi malam.”Adrian mengangkat alisnya, kemudian meletakkan cangkirnya di meja.
Sienna membuka matanya perlahan, merasakan kehangatan tubuh Adrian yang masih tertidur di sampingnya. Semalaman mereka berbicara panjang tentang ancaman Marcus dan pengkhianatan dalam sistem hukum yang berusaha menjatuhkan Adrian. Namun, meskipun masalah itu terus menghantui mereka, malam sebelumnya menjadi tempat pelarian di mana mereka hanya memiliki satu sama lain.Sienna menggerakkan jemarinya di atas dada Adrian, merasakan detak jantungnya yang stabil. Namun, saat ia hendak beranjak dari tempat tidur, lengan Adrian melingkar di pinggangnya, menahannya."Jangan pergi dulu," suara berat Adrian terdengar serak karena baru bangun.Sienna tersenyum kecil. "Aku harus ke kantor. Kita masih harus mencari tahu siapa pengkhianat di dalam sistem hukum."Adrian membuka matanya dan menatapnya dengan penuh ketenangan. "Aku tahu. Tapi sebelum itu, aku ingin menikmati pagiku denganmu sebentar lagi."Sienna tertawa kecil sebelum akhirnya menyerah dan membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan Adr
Pagi itu, Sienna bangun dengan perasaan berat di dadanya. Pikirannya masih dipenuhi oleh dokumen yang Ethan berikan kemarin. Kasus Adrian semakin rumit, dan meskipun dia mempercayai Adrian, Sienna tidak bisa mengabaikan fakta bahwa seseorang dengan kekuatan besar berusaha menghancurkannya.Di sebelahnya, Adrian masih tertidur, napasnya teratur. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri terlihat lebih tenang saat tidur. Sienna ingin membangunkannya, ingin membahas rencana mereka selanjutnya, tapi dia tahu Adrian butuh istirahat.Sienna bangkit perlahan, berjalan menuju dapur untuk membuat kopi. Namun, saat dia membuka ponselnya, sebuah pesan masuk membuat jantungnya berdebar kencang.“Kau pikir kau bisa menyelamatkannya? Dia akan jatuh, dan kau juga.”Sienna langsung menunjukkan pesan itu kepada Adrian setelah dia bangun.“Ini semakin gila,” kata Sienna dengan nada frustrasi.Adrian mengambil ponselnya, membaca pesan itu, lalu mengerutkan dahi. “Ini bukan hanya ancaman biasa.”“Menurut
Pagi itu, Sienna membuka matanya dan menemukan dirinya sendirian di tempat tidur. Adrian sudah tidak ada di sampingnya. Dia meraih ponselnya dan melihat pesan dari Adrian:"Aku ada urusan sebentar. Jangan khawatir. Aku akan kembali sebelum makan siang."Sienna menghela napas panjang. Setelah kejadian kemarin dengan Kiera, dia masih merasakan kegelisahan di hatinya. Dia percaya pada Adrian, tapi bayangan dari masa lalunya terus menghantui mereka.Setelah bersiap, Sienna memutuskan untuk pergi ke kantornya lebih awal. Setibanya di sana, asistennya, Leah, sudah menunggunya di luar ruangan dengan ekspresi khawatir.“Ada yang harus kau lihat,” kata Leah sambil menyerahkan sebuah amplop cokelat.Sienna mengambilnya dengan hati-hati dan membuka isinya. Di dalamnya, ada beberapa foto Adrian bersama Kiera di sebuah bar mewah. Dari sudut pengambilan gambar, terlihat seolah-olah mereka sedang berbicara serius, dan ada satu foto di mana Kiera menyentuh tangan Adrian.Darah Sienna mendidih. Dia ta
Pagi itu, Sienna terbangun lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari menyusup melalui tirai kamar penthouse Adrian, menciptakan kilauan lembut di atas seprai putih. Dia menoleh ke samping, melihat Adrian yang masih tertidur lelap di sampingnya. Wajahnya tampak lebih damai dari biasanya, seolah-olah beban yang selama ini menghantuinya sedikit mereda.Namun, kedamaian itu tak bertahan lama. Suara notifikasi dari ponsel Sienna mengusik pagi mereka. Dia meraih perangkat itu dan melihat sebuah pesan dari nomor tak dikenal:"Apakah kau benar-benar percaya Adrian hanya milikmu? Kau bukan satu-satunya wanita dalam hidupnya."Jantung Sienna berdegup lebih cepat. Dia menelan ludah, mencoba mengabaikan kecemasan yang tiba-tiba menyelimutinya. Pesan anonim itu jelas berniat memecah belah mereka. Tapi siapa? Dan yang lebih penting—apakah ada kebenaran di baliknya?Adrian bergerak di tempat tidur, tangannya secara refleks mencari Sienna. Saat dia menyadari Sienna duduk tegak dengan ponsel di tangan
Pagi pertama setelah pertunangan mereka terasa berbeda. Matahari baru saja menyelinap masuk melalui tirai kamar, menyoroti siluet Adrian yang masih terlelap di sampingnya. Sienna tersenyum, menyentuh pipi pria itu dengan lembut. Ia masih belum sepenuhnya percaya bahwa mereka akhirnya bisa hidup tanpa bayang-bayang ancaman. Sienna bangkit dari tempat tidur, mengenakan kemeja Adrian yang kebesaran, lalu berjalan ke dapur untuk membuat kopi. Saat ia tengah menuangkan susu ke dalam cangkir, sepasang tangan kuat melingkari pinggangnya dari belakang. "Bangun lebih dulu tanpa membangunkanku? Itu tidak adil," gumam Adrian dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Sienna tertawa kecil. "Kau butuh istirahat. Setelah semua yang terjadi, kau pantas tidur lebih lama." Adrian mengambil cangkir kopi dari tangan Sienna, menyesapnya perlahan. "Aku lebih suka bangun denganmu di sisiku." Sienna menatapnya penuh kasih. Ia tahu Adrian bukan tipe pria yang suka mengungkapkan perasaanny
Pagi di rumah Adrian terasa berbeda. Tidak ada lagi ancaman dari bayang-bayang masa lalu, tidak ada lagi ketakutan akan serangan mendadak atau pengkhianatan. Untuk pertama kalinya, Adrian dan Sienna benar-benar bisa bernapas lega.Adrian berdiri di balkon, menyesap kopinya sambil menatap hamparan kota di bawahnya. Udara pagi terasa segar, seakan menyambut kehidupannya yang baru. Di belakangnya, Sienna melangkah mendekat, masih mengenakan kemeja putih Adrian yang kebesaran di tubuhnya."Kau terlihat tenang," gumam Sienna, melingkarkan lengannya di pinggang Adrian."Aku merasa seperti akhirnya bisa benar-benar bebas," jawab Adrian, membalas pelukan Sienna. "Tidak ada lagi urusan kotor, tidak ada lagi ancaman. Aku hanya ingin menjalani hidup denganmu, tanpa gangguan."Sienna tersenyum dan mengangguk. "Dan aku akan ada di sisimu."Mereka berdiri di sana beberapa saat, menikmati kebersamaan mereka sebelum akhirnya Sienna menarik diri. "Aku harus ke kantor. Masih ada beberapa hal yang perlu
Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai kamar mereka, membelai wajah Sienna yang masih terlelap di pelukan Adrian. Udara di kamar terasa hangat, bukan hanya karena suhu pagi yang bersahabat, tapi juga karena ketenangan yang kini menyelimuti kehidupan mereka. Adrian perlahan membuka matanya, menatap wajah Sienna dengan penuh kasih. Senyuman kecil terukir di sudut bibirnya, menyadari bahwa untuk pertama kalinya setelah sekian lama, hidupnya benar-benar bebas dari ancaman masa lalu.Namun, kedamaian itu tidak bertahan lama. Suara dering ponsel Sienna yang nyaring memecah keheningan pagi. Dengan malas, Sienna menggapai ponselnya di meja samping tempat tidur. Namanya Rachel, sahabat sekaligus rekan kerjanya di firma hukum, terpampang di layar."Rachel?" Suara Sienna serak karena baru bangun."Sienna! Kau harus ke kantor sekarang juga. Ada sesuatu yang besar terjadi," suara Rachel terdengar tegang, membuat Sienna langsung duduk tegak."Apa yang terjadi?" tanya Sienna dengan