Beranda / Rumah Tangga / Gairah di Balik Tirai Kehidupan / Bab 39: Pengungkapan yang Menggetarkan

Share

Bab 39: Pengungkapan yang Menggetarkan

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-09 23:18:01

Malam itu, kantor terasa lebih sunyi daripada biasanya. Lampu-lampu neon yang biasa menyinari ruangan kini seolah menciptakan atmosfer yang lebih intim, dengan hanya suara ketikan keyboard dan gelegar layar komputer yang terdengar. Alena dan Adrian duduk berhadapan di ruang kerja, menyelesaikan laporan terakhir yang harus diserahkan ke klien esok pagi. Mereka telah bekerja hampir sepanjang hari, dan meskipun kelelahan mulai menghampiri, mereka tetap fokus pada tugas-tugas yang ada.

Namun, di tengah keheningan yang semakin mendalam, Adrian menutup laptopnya lebih cepat dari yang Alena perkirakan. Ia berdiri dan menyentuh bahu Alena, memberi isyarat agar ia mengikuti.

"Yuk, kita istirahat sebentar," ujar Adrian dengan nada yang lebih santai dari biasanya, meskipun masih ada sedikit beban di wajahnya.

Alena memandang Adrian sejenak. Ini terasa aneh—karena biasanya ia jarang melihat Adrian mengajak orang lain untuk beristirahat di luar pekerjaan. Tapi dengan sedikit ragu, Alena mengikuti
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 40: Kejutan Kecil yang Menyentuh

    Hari itu dimulai seperti biasa, dengan rapat yang padat dan tenggat waktu yang menunggu untuk diselesaikan. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam suasana kantor. Meskipun hari masih pagi, ada rasa tenang yang melingkupi Alena. Ia merasa lebih ringan, meskipun pekerjaannya masih menumpuk di meja.Alena sedang duduk di mejanya, menatap layar komputer yang penuh dengan email dan laporan yang harus segera diselesaikan. Tiba-tiba, seorang asisten datang dengan secangkir kopi yang masih mengepul. Alena menatapnya, bingung.“Ini untuk Anda, dari Pak Adrian,” ujar asisten itu sambil meletakkan kopi di meja Alena. “Ada catatan juga.”Alena mengambil secangkir kopi tersebut dan membaca catatan singkat yang terlipat di atasnya. Dengan tulisan tangan yang rapi, catatan itu bertuliskan:"Jangan terlalu memaksakan diri."Alena merasa terkejut. Ini bukan sekadar catatan biasa—ada sesuatu yang lembut dan perhatian dalam kata-kata itu. Meskipun sederhana, pesan tersebut terasa begitu pribadi. Adrian,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 41: Alena Mulai Mempertanyakan Niat Adrian dan Perasaannya Sendiri

    Hari-hari berlalu dengan Alena merasa terjebak dalam pusaran perasaan yang semakin rumit. Setiap kali ia berinteraksi dengan Adrian, ia merasa ada ketegangan yang tidak bisa dihindari. Adrian yang dulunya selalu terlihat begitu tegas dan profesional, kini menunjukkan sisi lain yang lebih lembut dan perhatian—sisi yang membuat Alena bingung dan meragukan niatnya.Alena sering kali merenung tentang perubahan ini. Apakah perhatian Adrian yang semakin jelas adalah tanda bahwa ia mulai melihatnya sebagai lebih dari sekadar bawahan? Apakah semua itu hanya strategi untuk mempertahankan produktivitasnya, ataukah ada sesuatu yang lebih pribadi di baliknya? Setiap senyuman kecil, setiap pertanyaan yang lebih dalam tentang kehidupannya, semakin membuat Alena merasa cemas.Di sisi lain, ia merasa terperangkap dalam dua dunia yang saling bertentangan. Di rumah, Reno semakin memperhatikan jarangnya Alena berada di rumah, dan kecemburuannya semakin jelas terlihat. Alena tahu bahwa meskipun ia mencob

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 42: Perhatian yang Semakin Terbuka

    Beberapa minggu setelah makan malam yang penuh ketegangan, Adrian semakin terbuka dalam menunjukkan perhatian kepada Alena. Tidak hanya di ruang rapat atau saat ada proyek besar yang harus diselesaikan, tetapi juga dalam momen-momen kecil yang selama ini tak pernah ada di antara mereka. Setiap kali mereka bertemu di kantor, ada sesuatu yang berbeda dalam cara Adrian berbicara kepadanya—lebih hangat, lebih pribadi, seolah-olah mereka sudah melewati batas profesionalisme yang sebelumnya begitu jelas.Di acara-acara bisnis, di mana mereka biasanya bersikap sangat formal, kini Alena merasa bahwa Adrian lebih memperhatikannya. Ia selalu berada di sampingnya, berbicara dengannya lebih sering dibandingkan dengan rekan lainnya. Hal ini membuat banyak orang di sekitar mereka mulai memperhatikan perubahan yang mencolok.Vanessa, rekan kerja yang sejak awal tidak pernah suka pada Alena, mulai memperhatikan setiap gerakan mereka. Dari cara Adrian memperhatikan Alena saat berbicara, hingga seberap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 43: Posisi yang Berubah

    Acara perusahaan itu berlangsung megah, dengan tamu-tamu penting yang memenuhi ruang ballroom yang luas. Lampu-lampu gantung berkilauan, sementara suara musik lembut mengalun di latar belakang, menciptakan suasana yang elegan. Semua orang mengenakan pakaian formal, dengan topik pembicaraan yang mengelilingi proyek terbaru dan pencapaian perusahaan. Namun, di tengah keramaian itu, ada satu kejadian yang mengguncang suasana—sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.Ketika Alena tiba di acara itu, ia segera disambut oleh beberapa rekan kerja yang sudah lebih dulu hadir. Namun, ia merasa sedikit canggung karena kesadarannya bahwa gosip tentang kedekatannya dengan Adrian semakin meluas. Alena berusaha mengabaikannya, berpikir bahwa jika ia tetap profesional, gosip itu akan mereda dengan sendirinya.Namun, segalanya berubah saat Adrian muncul dan melihat Alena di kerumunan. Tanpa ragu, ia melangkah menuju Alena dan berkata, “Lena, mari duduk di sini,” seraya menunjuk kursi yang terletak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 44: Perubahan yang Tak Terelakkan

    Seiring berjalannya waktu, hubungan antara Alena dan Reno semakin terasa renggang. Meskipun Alena berusaha menjaga keseimbangan antara pekerjaannya dan kehidupan pribadinya, ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa semakin banyak waktu yang ia habiskan di kantor. Setiap kali ia pulang, Reno menunggu dengan tatapan yang penuh pertanyaan, namun Alena selalu menganggapnya sebagai bagian dari rutinitas pekerjaan yang harus dijalani.Namun, kali ini ada yang berbeda. Reno semakin sering melihat Alena melamun, matanya yang biasanya cerah kini tampak kosong. Pembicaraan mereka pun menjadi semakin jarang dan datar. Alena, yang biasanya ceria saat berada di rumah, kini lebih sering terfokus pada ponselnya, memeriksa email atau pesan dari rekan-rekannya di kantor.Suatu malam, setelah Alena pulang lebih larut dari biasanya, Reno menunggunya di ruang tamu, matanya penuh kekhawatiran. Alena meletakkan tas kerjanya dan melangkah lelah menuju ruang makan, berharap bisa menikmati waktu bersama Reno

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 45: Sikap Protektif yang Tak Terduga

    Pada suatu acara perusahaan yang diadakan di sebuah hotel mewah, suasana penuh dengan percakapan ringan dan gelak tawa. Para eksekutif dan kolega berkumpul untuk merayakan pencapaian perusahaan. Alena, yang merasa sedikit canggung di tengah keramaian itu, berusaha menyesuaikan diri. Ia mengenakan gaun hitam elegan, rambutnya disisir rapi, tetapi matanya tetap mengamati sekitar dengan waspada.Seperti biasa, Adrian terlihat sangat profesional, berdiri di tengah-tengah kerumunan, berbicara dengan para tamu dan kolega. Alena merasa sedikit terasing di antara mereka, meskipun ia tahu banyak orang di acara itu. Tiba-tiba, seorang kolega pria yang cukup akrab dengan Alena, Arman, mendekatinya dengan senyum lebar."Alena, kamu terlihat luar biasa malam ini!" Arman memuji dengan nada ringan, mengarahkan percakapan ke arah pribadi. “Aku dengar kamu mulai menangani beberapa proyek besar. Sangat mengesankan.”Alena tersenyum, merasa sedikit tersanjung dengan pujian itu, meski ia tidak terlalu ny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 46: Makan Malam dengan Reno

    Suasana di restoran yang tenang itu terasa semakin berat bagi Alena. Ia menatap piring makanannya, namun pikiran dan hatinya berlarian ke tempat lain. Reno duduk di seberangnya, tampak serius, dan matanya tak lepas dari wajah Alena. Mereka jarang berbicara serius seperti ini, dan Alena bisa merasakan ada ketegangan yang terpendam di antara mereka.“Alena,” Reno memulai, suara beratnya membuat Alena sedikit terkejut. "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan."Alena mengangkat wajahnya dan menatapnya dengan waspada. "Tentu, Reno. Apa yang terjadi?" Ia berusaha tetap tenang meskipun perasaan cemas mulai merayap di dadanya.Reno menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku merasa ada yang berubah denganmu akhir-akhir ini. Kamu lebih sibuk, lebih sering lembur, dan… kadang aku merasa kamu lebih banyak berbicara tentang pekerjaan daripada sebelumnya. Ada yang membuatmu berubah?"Alena menghela napas panjang, mencoba mengatur kata-katanya dengan hati-hati. “Tidak ada yang berubah, Reno.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 47: Pembelaan yang Tidak Terduga

    Hari itu, suasana di ruang rapat terasa tegang. Proyek besar yang sedang dikerjakan perusahaan memasuki tahap kritis, dan diskusi tentang strategi pemasaran menjadi semakin panas. Beberapa tim mulai saling berdebat, dan tidak ada yang bisa setuju tentang langkah terbaik yang harus diambil. Semua mata tertuju pada Adrian, yang duduk di ujung meja dengan ekspresi serius.Alena, yang duduk di sisi lain meja, merasa tidak nyaman. Meskipun ia terlibat dalam diskusi, ia bisa merasakan perhatian yang terarah padanya. Rekan-rekan kerjanya mulai memperhatikan setiap gerak-geriknya, seolah-olah ada sesuatu yang berbeda. Ia mencoba untuk fokus pada argumen yang sedang dibahas, tetapi perasaan cemas yang ia rasakan semakin membesar.Tiba-tiba, sebuah pertanyaan tajam dilemparkan kepada Alena oleh Vanessa, yang sejak awal sudah tidak menyukai kehadirannya dalam tim. "Alena, menurutmu apa yang membuat proposal kita berbeda dari yang sudah ada di pasar? Bukankah ini terlalu berisiko untuk diterima k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12

Bab terbaru

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 157: Tekanan dari Berbagai Arah

    Ruang rapat di lantai 30 gedung pencakar langit itu terasa mencekam. Sinar mentari pagi yang menerobos masuk dari jendela-jendela besar seakan tak mampu mencerahkan suasana yang berat. Adrian duduk di ujung meja oval besar, menghadapi delapan wajah pemegang saham senior yang tampak tidak senang. Sekilas, tampak senyum tipis di sudut bibir Sophia, yang duduk di sisi kanan meja, meskipun ekspresi wajahnya dibuat serius.Bernard Hawkins, pemegang saham tertua dan paling konservatif, berdeham keras. "Kurasa kita semua sudah membaca berita-berita yang beredar minggu ini," ia membuka pembicaraan, tatapannya tajam menusuk Adrian. "Meskipun upaya klarifikasi telah dilakukan, citra perusahaan kita tetap terguncang.""Laporan tim PR menunjukkan bahwa sebenarnya dampak medianya sudah berkurang signifikan," Adrian berusaha menjawab dengan tenang, menunjukkan grafik yang telah disiapkannya. "Lihat di sini, pemberitaan negatif turun 60% dalam tiga hari terakhir."Margaret Lowe, wanita paruh baya ya

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 156: Mengendalikan Badai

    Adrian duduk di ruang konferensi dengan lima anggota tim hubungan masyarakat terbaiknya. Semalaman ia nyaris tidak tidur, merangkai strategi untuk menangani krisis yang mengancam tidak hanya reputasi perusahaan, tetapi juga karier seorang karyawan berbakat. Wajahnya menunjukkan ketegasan yang jarang terlihat, bahkan oleh mereka yang telah lama bekerja dengannya."Kita perlu mengendalikan narasi ini sekarang," ucapnya dengan nada tenang namun penuh otoritas. "Setiap menit yang berlalu tanpa tanggapan kita adalah satu menit terlalu lama."Diana Farrell, kepala departemen PR, mengangguk sambil mengetikkan sesuatu di laptopnya. "Kami sudah mengidentifikasi dua belas outlet media utama yang memuat artikel dengan tone paling provokatif. Lima di antaranya bersedia untuk segera berbicara dengan kita.""Bagus," Adrian mengetuk meja dengan jarinya. "Aku ingin berbicara langsung dengan editor mereka, bukan hanya mengirimkan pernyataan tertulis. Dan untuk media yang menolak? Kita akan mengirimkan

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 155: Gosip yang Menggilas

    Alena menggeser layar ponselnya dengan jari-jari gemetar. Setiap artikel yang muncul membuat jantungnya seolah jatuh semakin dalam ke dasar perutnya. Bagaimana bisa kehidupannya berubah drastis dalam hitungan jam?"CEO Muda Tertangkap Dekat dengan Karyawan Wanita, Hubungan Profesional atau Skandal?" "Cinta Terlarang di Ruang Rapat: Kisah Roman CEO dan Bawahannya" "Skandal Kantor: Bukti Foto Kemesraan Bos dan Karyawan"Mata Alena terasa panas. Beberapa foto yang menyertai artikel-artikel tersebut memang autentik—dirinya dan Reyhan sedang berjalan keluar dari kafe, sesekali tertawa dalam percakapan. Tapi konteksnya telah sepenuhnya diputarbalikkan. Semua pertemuan profesional mereka kini ditafsirkan dengan lensa gosip murahan.Ponselnya bergetar lagi. Kali ini sebuah pesan dari Sarah, rekan kerjanya: "Alena, kau sudah lihat artikel-artikel itu? Semua orang di kantor membicarakannya."Alena melempar ponselnya ke sofa. Apartemennya yang biasanya terasa seperti tempat perlindungan kini ter

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   BAB 154: PERMAINAN SOPHIA

    Aroma kopi mahal menguar di café eksklusif kawasan SCBD. Sophia menyesap americano-nya perlahan, matanya yang tajam mengawasi pria berpenampilan rapi di hadapannya yang sedang meneliti foto-foto di layar kamera."Ini tidak cukup meyakinkan," ujar Daniel Pratama, wartawan senior di tabloid Jakarta Insider. "Mereka hanya terlihat seperti dua rekan kerja yang sedang makan siang."Sophia tersenyum tipis. "Itu karena kamu belum melihat detailnya, Daniel." Ia mendekat, jari lentiknya dengan kuku merah menyala menunjuk pada detail di salah satu foto. "Lihat cara Adrian menatapnya. Lalu tangan mereka—hampir bersentuhan. Dan ini—" ia menunjuk foto lain, "—mereka di restoran mewah pada jam makan malam, jauh dari kantor. Bukan sekadar rekan kerja."Daniel menaikkan alisnya. "Tetap saja, ini belum cukup untuk artikel bombastis yang kamu inginkan. Tabloid kami memang suka gosip, tapi kami tetap butuh bukti yang lebih kuat."Sophia menghela napas panjang, kemudian menyesap kopinya lagi. Sudah tiga

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   BAB 153: SISI GELAP ADRIAN

    Langit Jakarta masih menyisakan semburat jingga ketika Alena membereskan mejanya. Suasana kantor sudah sepi, hanya tersisa beberapa karyawan yang masih menyelesaikan pekerjaan mereka. Alena sengaja mengulur waktu hingga Adrian meninggalkan gedung lebih dulu. Belakangan ini, pertemuannya dengan pria itu selalu membuatnya merasa tegang—seolah berjalan di atas medan ranjau.Ponselnya bergetar—pesan dari Adrian. "Sudah selesai meeting dengan tim desain? Bagaimana hasilnya?"Alena membaca pesan itu tanpa membalasnya. Ia butuh ruang, butuh waktu untuk menyusun ulang batasan-batasan yang semakin kabur. Ia memasukkan ponselnya ke dalam tas dan bergegas keluar dari kantor.Di perjalanan pulang, Alena merasakan ketenangan yang sudah lama tidak ia rasakan. Langit yang mulai gelap dan lampu-lampu jalan yang menyala satu per satu terasa menenangkan. Ia memutuskan untuk menghubungi Reno."Hei," suara Reno terdengar hangat seperti biasa. "Baru selesai kerja?""Ya," Alena tersenyum mendengar suaranya

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   BAB 152: TERJEBAK DI ANTARA DUA DUNIA

    Alena menatap keluar jendela kantornya, memperhatikan bagaimana awan berarak perlahan di langit Jakarta yang kelabu. Entah mengapa pemandangan itu terasa seperti cerminan hidupnya saat ini—terombang-ambing tanpa arah yang jelas. Ia menarik napas panjang dan memejamkan mata sejenak."Kamu tidak perlu lembur hari ini." Suara Adrian membuyarkan lamunannya. Pria itu berdiri di ambang pintu dengan senyum yang terlalu mudah dibaca. "Aku sudah menyuruh tim lain untuk menyelesaikan laporan kuartal yang seharusnya jadi tugasmu."Alena memaksakan senyum. "Terima kasih, tapi aku bisa menyelesaikannya sendiri.""Aku tahu kamu bisa." Adrian melangkah masuk dan duduk di tepi meja Alena. Terlalu dekat untuk sebuah percakapan profesional. "Tapi aku tidak mau kamu terlalu lelah. Ada masalah dengan proyek Meikarta yang perlu kita diskusikan... mungkin sambil makan malam?"Lagi-lagi, Alena merasakan perutnya seolah jatuh. Ini sudah kesekian kalinya Adrian menciptakan situasi yang membuatnya sulit menola

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 151: Cinta dan Kendali

    Musim hujan di Jakarta membawa perubahan yang signifikan, tidak hanya pada jalanan yang sering tergenang, tetapi juga pada dinamika hubungan Alena dan Adrian. Dua minggu telah berlalu sejak malam itu—malam ketika Adrian membuka diri dan menunjukkan sisi rapuhnya. Sejak saat itu, ada pergeseran yang nyata dalam interaksi mereka.Alena menatap tumpukan dokumen di mejanya dengan mata lelah. Jam di dinding kantornya menunjukkan pukul sembilan malam, dan ia masih terjebak dengan laporan keuangan yang harus diselesaikan. Ponselnya bergetar untuk kesepuluh kalinya dalam satu jam—semua pesan dari Adrian.Sudah selesai? Aku menunggumu di penthouse. Katakan pada Hendro untuk menggantikanmu jika masih lama.Alena menghela napas panjang. Dulu, perhatian Adrian membuatnya merasa istimewa. Sekarang, ia mulai merasa seperti terjerat dalam jaring emas yang indah namun mencekik."Belum pulang, Len?" Suara Dina, rekan kerjanya, mengejutkan Alena."Masih ada beberapa hal yang harus kuselesaikan," jawab

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 150: Di Balik Topeng Kesempurnaan

    Malam semakin larut. Di luar jendela besar penthouse, gemerlap Jakarta terlihat seperti hamparan permata yang berkilauan dalam kegelapan. Adrian duduk di sofa panjang, bersandar dengan posisi yang jarang Alena lihat—bahu sedikit lunglai dan tatapan menerawang. Gelas whisky masih tergenggam di tangannya, setengah kosong, sementara botolnya kini telah habis.Alena memperhatikan setiap detail perubahan pada pria yang biasanya tampil sempurna ini. Rambut hitam yang biasanya tersisir rapi kini jatuh berantakan menutupi sebagian dahinya. Garis-garis lelah di wajahnya yang biasanya tersembunyi di balik ekspresi tegas kini terekspos jelas di bawah cahaya lampu yang temaram."Kau tidak perlu tinggal kalau tidak ingin," ucap Adrian, memecah keheningan. "Aku baik-baik saja."Alena tersenyum tipis. "Kita berdua tahu itu tidak benar."Adrian menghela napas panjang, lalu meletakkan gelasnya di meja. "Maaf, aku tidak bermaksud mengacaukan malammu dengan drama pribadiku.""Tidak apa-apa," jawab Alena

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 149: Melihat Sisi Lain Adrian

    Alena menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Tiga jam berlalu sejak konfrontasinya dengan Reno, tetapi jantungnya masih berdebar kencang. Kata-kata pria itu terus terngiang di telinganya."Kau pikir Adrian benar-benar peduli padamu? Kau hanya mainan baginya, Alena. Seperti semua perempuan sebelummu."Alena memijat pelipisnya yang berdenyut. Ia sudah mencoba segalanya untuk mengalihkan pikirannya—membaca buku, menonton film, bahkan mencoba memasak meskipun dapur bukanlah wilayah keahliannya. Namun, tidak ada yang berhasil. Pikirannya selalu kembali pada Adrian, pada hubungan mereka yang rumit, dan pada semua keputusan yang telah ia ambil dalam beberapa bulan terakhir.Dulu, hidupnya sederhana namun teratur. Sebagai karyawan biasa di perusahaan multinasional, Alena menjalani rutinitas yang hampir sama setiap harinya. Bangun pagi, berangkat kerja, menyelesaikan tugas, pulang, dan sesekali bertemu teman. Tetapi semua berubah sejak Adrian Raditya masuk ke kehidupannya. CEO tam

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status