Jill menatap ponsel di tangannya yang sedang menampilkan pernyataan tante Claire. Merasa lega karena sedikit banyaknya pernyataan itu berpengaruh pada jumlah hujatan yang mampir ke akun media sosialnya.
Tapi tetap saja Jill masih merasa begitu marah dan kecewa pada Revel yang bisa dengan tega mengkhianati dirinya. Dengan Jessie pula! Gadis yang sudah dianggap sebagai teman olehnya! Kurang ajar!Bukankah dulu Revel menolak mentah-mentah saat ingin dijodohkan dengan Jessie? Tapi kenapa malah asyik bermesraan dengan gadis itu di belakang Jill? Apa benar ucapan Gwen beberapa hari lalu kalau pria memang paling sulit menjalani hubungan LDR dan selalu ingin wanitanya berada disamping mereka?Tapi bukannya Jessie berada di Amerika? Kenapa bisa bertemu dengan Revel di Melbourne? Apa mereka tinggal bersama? Sejak kapan? Perasaan Jill semakin kacau saat memikirkan kemungkinan itu.“Cowok brengsek!” maki Jill untuk yang kesekian kalinya.Dirinya sudah bosan mengucapkan kalJason, sang pengacara, menatap kesal pada ponselnya sambil menggeleng kecil. Seenaknya saja menyuruh orang seperti itu, dirinya adalah orang yang berpendidikan tinggi, kenapa harus diperlakukan dengan seenak perutnya oleh Yosua?Jason menoleh pada seseorang yang sedang duduk di hadapannya.“Yosua?”“Ya betul. Bagaimana anda bisa menduga seakurat itu?”“Gampang saja, pria bodoh seperti dia pasti akan mencari perlindungan dari orang cerdas seperti anda!”Jason tersenyum bangga dengan pujian yang dilontarkan oleh tamunya.“Jadi kembali ke pembicaraan awal, apa yang anda inginkan dari saya?”“Sepertinya saya tidak perlu lagi memberitahu anda. Orang cerdas seperti anda sudah pasti bisa menebaknya!”“Apa ini berhubungan dengan Yosua?”“Betul sekali!”“Anda tidak ingin saya mengambil kasusnya?”“Exactly! Dan saya ingin anda bergabung dengan perusahaan kami!”“Tapi kenapa?” “Karena saya butuh bantuan anda untuk mengurus hal lain.”“Ta
Gwen menggigit bibir untuk menahan pekik kekagetan yang hendak terlontar dari bibirnya. Tidak percaya kalau Revel akan bersikap seperti itu di belakang Jill.“Sekarang lo udah percaya kan?”“Tapi bisa aja itu cuma jebakan, apalagi video itu dari Alvaro!” bela Gwen, berusaha tetap membela Revel.Jill menatap sahabatnya dengan garang. Kesal karena Gwen masih membela Revel meski bukti nyatanya sudah tampak jelas di depan mata!“Mana ada jebakan kayak gitu? Apa lo nggak liat kalau Revel duluan yang cium bibir Jessie? Dan dalam keadaan sadar!” “Tapi….”“Jangan pernah belain dia lagi! Gue udah nggak percaya lagi sama cowok! Semua cowok sama aja. Sama-sama brengsek dan nggak ada yang bisa dipercaya!” sentak Jill kesal, nada suaranya sarat akan rasa kecewa dan sakit hati!Gwen hanya bisa memandang nelangsa pada sahabatnya, tidak menyangka kalau sahabatnya akan disakiti lagi oleh pria untuk yang kedua kalinya! Padahal apa yang kurang dari Jill? Sahabatnya itu can
Jessie jalan beriringan dengan sang mama, mengikuti langkah seseorang di depannya. Entah siapa. Jessie tidak kenal. Yang ia tau, pasti hal ini berhubungan dengan ulahnya karena telah nekat menjebak Revel meski atas suruhan papanya! Dan dugaannya semakin menguat saat menyadari dimana dirinya berada sekarang. Kantor om Levin!Astaga, hukuman apa yang akan dirinya terima karena telah berani menjebak Revel? Apa Jessie bisa menghadapinya?“Kenapa kita berada disini, Jess? Apa Papa kamu membuat masalah lagi dengan Mr. Levin?” tanya Mrs. Aileen cemas.“Aku nggak tau, Ma. Mungkin saja om Levin udah tau kalau aku sengaja jebak Revel saat di Melbourne kemarin.”“Tapi kamu terpaksa melakukan itu karena Papa kamu!” Jessie diam, tidak bisa menjawab apapun dan hanya bisa menanti apa yang akan terjadi pada mereka sebentar lagi. Semoga bukan hal buruk, meski rasanya tidak mungkin mengingat apa yang telah Jessie lakukan sebelumnya.“Halo, Mrs. Aileen! Hi, Jess!” sapa Claire
Wajah Mr. Bobby semakin pias. Bercerai. Itu berarti dirinya tidak akan mendapatkan apapun dari usahanya selama ini, padahal yang turut membesarkan perusahaan selama belasan tahun ini adalah dirinya! Perusahaan ini adalah hasil jerih payahnya! Dan kesialan ini semua terjadi karena dirinya yang termakan bujukan Alvaro! Harusnya dulu ia tidak menyetujui usul Alvaro dan jangan pernah mencari masalah dengan pengusaha besar macam Levin! Sekarang malah inilah akibat yang harus dirinya tanggung dan hadapi. Kehilangan perusahaan sama saja dengan kehilangan seluruh dunianya! Dirinya salah mencari sekutu! Salah mencari lawan! “Aku tidak mau bercerai!”“Aku tidak bertanya mengenai kemauanmu! Aku tetap akan memilih jalan perceraian. Aku lebih baik hidup berdua dengan putriku daripada hidup dengan pria licik seperti kamu!” balas Mrs. Aileen berani, sekarang semuanya sudah jelas. Tidak ada lagi yang bisa dipertahankan dari pernikahannya.Jika tau begini, dirinya akan lebih memil
Gwen menghembuskan nafas dengan kesal. Lagi, untuk kesekian kalinya teleponnya diabaikan! Tidak taukah Jill kalau dirinya khawatir setengah mati? Kenapa sahabatnya itu senang sekali melarikan diri jika ada masalah sih? Gwen paham kalau Jill perlu ketenangan, tapi setidaknya kasih kabar kek meski hanya melalui pesan teks! ‘Mending gue langsung kasih tau Revel aja deh! Daripada kena semprot lagi kayak waktu itu! Lagian gue yakin banget kalau Jill pasti lagi hamil!’ putus Gwen dalam hati, tidak ingin kembali diomeli oleh Revel. Apalagi kali ini masalahnya lebih gawat.Gwen mengetuk-ngetuk jarinya dengan gelisah, menunggu Revel menjawab panggilan teleponnya. Detik terasa berlalu begitu lambat.“Lo kemana aja sih? Lama banget angkat teleponnya!” sungut Gwen saat Revel baru mengucapkan kata ‘halo’.“Sorry, gue lagi sedikit sibuk. Ada apa, Gwen?”“Apa lo udah bisa telepon Jill?”“Belum. Telepon gue direject terus dan hari ini gue belum coba telepon lagi sih.”“
Sementara itu puluhan kilometer dari rumah Levin, tampak Jill sedang berdiri dengan bimbang di salah satu klinik yang tampak lusuh. Lebih tepatnya klinik yang juga beroperasi sebagai tempat aborsi ilegal. Perasaan Jill berkecamuk. Bimbang. Jill menatap perutnya yang masih tampak begitu rata, tidak terlihat kalau dirinya sedang berbadan dua.Ya, saking gelisahnya, Jill tidak bisa tidur nyenyak. Otaknya terus berpikir. Hatinya terus merasa cemas. Bayangan akan hal yang mungkin terjadi membuat ketakutan Jill kian meningkat. Jika berita kehamilannya bocor, pasti akan menjadi masalah besar! Sedangkan saat ini Jill tidak ingin lagi menimbulkan skandal! Skandal tentang perselingkuhannya saja belum sepenuhnya mereda meski intensitasnya sudah mulai berkurang, tidak mungkin Jill nekat membuat skandal baru kan? ‘Maafkan Mama karena harus berbuat seperti ini, Nak. Bukan karena Mama tidak menyayangi kamu, tapi Mama belum siap untuk melahirkan kamu,’ batin Jill dengan mata berkaca-k
Revel meremas setir mobilnya dengan erat. Jantungnya berdetak begitu kencang hingga terasa akan keluar dari rongga dadanya sendiri. Rasa takutnya kian menjadi-jadi setelah melihat titik koordinat dari teman papanya. Entah siapa. Lokasi terpencil. Klinik. Aborsi. Ya Tuhan, semoga saja pikirannya salah. Semoga saja Jill tidak bertindak segila itu. Jika itu sampai benar terjadi, Revel pasti tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah gagal melindungi buah hati mereka. Apalagi jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Jill! Bukankah aborsi ilegal memiliki resiko tinggi? Infeksi rahim sampai kematian! Astaga!‘Jill, tolong jangan bertindak gila!’ harap Revel dengan hati kacau balau.Revel memarkir mobilnya dengan sembarangan dan masuk ke dalam klinik tersebut dengan tergesa, disusul oleh Levin beberapa detik kemudian.“Apa tadi ada seorang wanita muda, berambut cokelat panjang, dan cantik datang kesini untuk melakukan aborsi?” tanya Revel dengan nafas tersen
Revel menghampiri dokter yang menangani Jill dan bertanya khawatir,“Bagaimana kondisi Jill, Dok?” “Sepertinya nona Jill sedang begitu stress membuat keadaan umumnya tidak begitu bagus, jadi lebih baik biarkan nona Jill istirahat total selama beberapa hari ke depan.”“Apa sekarang Jill sudah sadar?”“Sudah. Dan pasien akan segera dipindahkan ke ruang perawatan.”“Baiklah. Terima kasih, Dokter.”Revel menghela nafas, setidaknya sekarang Jill sudah sadarkan diri, itu membuat hatinya sedikit lega meski amarahnya tetap menggantung di dada. “Kenapa kamu tidak memastikan kepada dokter mengenai kondisi bayi kalian? Siapa tau Jill tidak menggugurkannya.”“Tidak mungkin, Pa! Aku yakin kalau Jill sudah menyingkirkan bayi kami. Dan juga andaikan bayi itu masih berada di dalam rahim Jill, pasti dokter akan bilang! Tapi tadi Papa dengar dan lihat sendiri kalau dokter tidak mengatakan apapun mengenai bayi kami!” jawab Revel antara marah dan sedih.Levin terdi