Jessie jalan beriringan dengan sang mama, mengikuti langkah seseorang di depannya. Entah siapa. Jessie tidak kenal. Yang ia tau, pasti hal ini berhubungan dengan ulahnya karena telah nekat menjebak Revel meski atas suruhan papanya! Dan dugaannya semakin menguat saat menyadari dimana dirinya berada sekarang. Kantor om Levin!
Astaga, hukuman apa yang akan dirinya terima karena telah berani menjebak Revel? Apa Jessie bisa menghadapinya?“Kenapa kita berada disini, Jess? Apa Papa kamu membuat masalah lagi dengan Mr. Levin?” tanya Mrs. Aileen cemas.“Aku nggak tau, Ma. Mungkin saja om Levin udah tau kalau aku sengaja jebak Revel saat di Melbourne kemarin.”“Tapi kamu terpaksa melakukan itu karena Papa kamu!”Jessie diam, tidak bisa menjawab apapun dan hanya bisa menanti apa yang akan terjadi pada mereka sebentar lagi. Semoga bukan hal buruk, meski rasanya tidak mungkin mengingat apa yang telah Jessie lakukan sebelumnya.“Halo, Mrs. Aileen! Hi, Jess!” sapa ClaireWajah Mr. Bobby semakin pias. Bercerai. Itu berarti dirinya tidak akan mendapatkan apapun dari usahanya selama ini, padahal yang turut membesarkan perusahaan selama belasan tahun ini adalah dirinya! Perusahaan ini adalah hasil jerih payahnya! Dan kesialan ini semua terjadi karena dirinya yang termakan bujukan Alvaro! Harusnya dulu ia tidak menyetujui usul Alvaro dan jangan pernah mencari masalah dengan pengusaha besar macam Levin! Sekarang malah inilah akibat yang harus dirinya tanggung dan hadapi. Kehilangan perusahaan sama saja dengan kehilangan seluruh dunianya! Dirinya salah mencari sekutu! Salah mencari lawan! “Aku tidak mau bercerai!”“Aku tidak bertanya mengenai kemauanmu! Aku tetap akan memilih jalan perceraian. Aku lebih baik hidup berdua dengan putriku daripada hidup dengan pria licik seperti kamu!” balas Mrs. Aileen berani, sekarang semuanya sudah jelas. Tidak ada lagi yang bisa dipertahankan dari pernikahannya.Jika tau begini, dirinya akan lebih memil
Gwen menghembuskan nafas dengan kesal. Lagi, untuk kesekian kalinya teleponnya diabaikan! Tidak taukah Jill kalau dirinya khawatir setengah mati? Kenapa sahabatnya itu senang sekali melarikan diri jika ada masalah sih? Gwen paham kalau Jill perlu ketenangan, tapi setidaknya kasih kabar kek meski hanya melalui pesan teks! ‘Mending gue langsung kasih tau Revel aja deh! Daripada kena semprot lagi kayak waktu itu! Lagian gue yakin banget kalau Jill pasti lagi hamil!’ putus Gwen dalam hati, tidak ingin kembali diomeli oleh Revel. Apalagi kali ini masalahnya lebih gawat.Gwen mengetuk-ngetuk jarinya dengan gelisah, menunggu Revel menjawab panggilan teleponnya. Detik terasa berlalu begitu lambat.“Lo kemana aja sih? Lama banget angkat teleponnya!” sungut Gwen saat Revel baru mengucapkan kata ‘halo’.“Sorry, gue lagi sedikit sibuk. Ada apa, Gwen?”“Apa lo udah bisa telepon Jill?”“Belum. Telepon gue direject terus dan hari ini gue belum coba telepon lagi sih.”“
Sementara itu puluhan kilometer dari rumah Levin, tampak Jill sedang berdiri dengan bimbang di salah satu klinik yang tampak lusuh. Lebih tepatnya klinik yang juga beroperasi sebagai tempat aborsi ilegal. Perasaan Jill berkecamuk. Bimbang. Jill menatap perutnya yang masih tampak begitu rata, tidak terlihat kalau dirinya sedang berbadan dua.Ya, saking gelisahnya, Jill tidak bisa tidur nyenyak. Otaknya terus berpikir. Hatinya terus merasa cemas. Bayangan akan hal yang mungkin terjadi membuat ketakutan Jill kian meningkat. Jika berita kehamilannya bocor, pasti akan menjadi masalah besar! Sedangkan saat ini Jill tidak ingin lagi menimbulkan skandal! Skandal tentang perselingkuhannya saja belum sepenuhnya mereda meski intensitasnya sudah mulai berkurang, tidak mungkin Jill nekat membuat skandal baru kan? ‘Maafkan Mama karena harus berbuat seperti ini, Nak. Bukan karena Mama tidak menyayangi kamu, tapi Mama belum siap untuk melahirkan kamu,’ batin Jill dengan mata berkaca-k
Revel meremas setir mobilnya dengan erat. Jantungnya berdetak begitu kencang hingga terasa akan keluar dari rongga dadanya sendiri. Rasa takutnya kian menjadi-jadi setelah melihat titik koordinat dari teman papanya. Entah siapa. Lokasi terpencil. Klinik. Aborsi. Ya Tuhan, semoga saja pikirannya salah. Semoga saja Jill tidak bertindak segila itu. Jika itu sampai benar terjadi, Revel pasti tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah gagal melindungi buah hati mereka. Apalagi jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Jill! Bukankah aborsi ilegal memiliki resiko tinggi? Infeksi rahim sampai kematian! Astaga!‘Jill, tolong jangan bertindak gila!’ harap Revel dengan hati kacau balau.Revel memarkir mobilnya dengan sembarangan dan masuk ke dalam klinik tersebut dengan tergesa, disusul oleh Levin beberapa detik kemudian.“Apa tadi ada seorang wanita muda, berambut cokelat panjang, dan cantik datang kesini untuk melakukan aborsi?” tanya Revel dengan nafas tersen
Revel menghampiri dokter yang menangani Jill dan bertanya khawatir,“Bagaimana kondisi Jill, Dok?” “Sepertinya nona Jill sedang begitu stress membuat keadaan umumnya tidak begitu bagus, jadi lebih baik biarkan nona Jill istirahat total selama beberapa hari ke depan.”“Apa sekarang Jill sudah sadar?”“Sudah. Dan pasien akan segera dipindahkan ke ruang perawatan.”“Baiklah. Terima kasih, Dokter.”Revel menghela nafas, setidaknya sekarang Jill sudah sadarkan diri, itu membuat hatinya sedikit lega meski amarahnya tetap menggantung di dada. “Kenapa kamu tidak memastikan kepada dokter mengenai kondisi bayi kalian? Siapa tau Jill tidak menggugurkannya.”“Tidak mungkin, Pa! Aku yakin kalau Jill sudah menyingkirkan bayi kami. Dan juga andaikan bayi itu masih berada di dalam rahim Jill, pasti dokter akan bilang! Tapi tadi Papa dengar dan lihat sendiri kalau dokter tidak mengatakan apapun mengenai bayi kami!” jawab Revel antara marah dan sedih.Levin terdi
Perdebatan mereka berdua terhenti saat terdengar satu suara yang dikenalnya. Jessie, gadis itu muncul dengan raut wajah bersalah. Apalagi tadi dirinya sempat mendengar perdebatan antara Jill dengan Revel yang melibatkan namanya!“Ngapain lo disini? Mau ketemu sama selingkuhan lo?” tanya Jill ketus.Jessie menggigit bibir melihat keketusan Jill, meski sudah menduga tidak akan disambut dengan baik, tapi tetap saja hatinya ngeri melihat Jill yang tampak seperti singa terluka.“Gue mau minta maaf. Gue tau apa yang gue lakuin itu salah, tapi jujur gue terpaksa melakukan itu. Maafin gue!” pinta Jessie mengiba.“Enak banget lo minta maaf gitu aja! Gara-gara ulah lo, Jill jadi nggak percaya sama gue dan bayi kami yang jadi korban!”“Apa maksud lo barusan, Revel? Gue nggak ngerti!”“Jill gugurin kandungannya karena nggak percaya sama gue dan itu semua karena ulah lo!” tuduh Revel emosi.Tanpa dapat dicegah, kenangan masa kecil Jessie saat harus kehilangan adik kec
Jill memutar bola matanya dengan malas. Muak mendengar nama pria brengsek itu. “Gue berharap Alvaro hancur karena ulahnya sendiri,” doa Jill yang diamini oleh Jessie dengan sepenuh hati. Bagaimana tidak? Bukankah papanya termakan bujuk rayu pria brengsek itu hingga membuat Jessie harus menjebak temannya sendiri?Untung sekarang masalah itu sudah beres! Mereka masih sibuk dengan pikiran masing-masing saat pintu ruang rawat Jill terbuka dan muncullah Gwen disana. “Astaga, Jill!” Gwen menubruk Jill yang tidak siap, hampir membuat wanita itu terjengkang! Untung Revel dengan sigap menahan punggung Jill!“Lo tuh bener-bener deh! Bisa nggak sih lain kali jangan main kabur-kaburan begitu lagi? Gue cemas banget sumpah!” omel Gwen membuat Jill nyengir.“Iya sorry deh, tadi gue emosi banget soalnya.”“Kebiasaan!”Gwen menoleh ke arah Revel dan Jessie, matanya menyipit curiga. Wajar, karena dirinya belum mengetahui perkembangan terakhir! “Semua udah clear
Alvaro menatap geram pada headline news di ponselnya. Hamil? Jill hamil? Keterlaluan! Bagaimana bisa mereka berbuat nekat seperti itu di belakangnya? Sekarang mau taruh dimana mukanya? Para kolega bisnisnya pasti juga sudah mengetahui berita ini! Apa kata orang diluar sana saat tau kalau Jill hamil anak dari pria lain? Bukankah mereka akan mengolok-olok dirinya yang tidak becus menjadi suami? Bisa saja mereka berkata macam-macam atau yang lebih parah lagi, mereka bisa berasumsi kalau dirinya sebagai suami tidak becus memuaskan istrinya! Sialan! Bagaimana bisa Jill melakukan hal memalukan seperti ini?!Masalah yang satu saja belum selesai dan sekarang sudah muncul masalah lain. Disebabkan oleh orang yang sama pula! Revel! Pria itu benar-benar brengsek dan senang sekali menyulitkan hidupnya! “Argh! Sial!” teriak Alvaro penuh amarah.Alvaro mengepalkan tangannya dengan erat saat pintu ruangannya menjeblak terbuka dan muncul wajah marah papanya. “Apa ber