Revel menghampiri dokter yang menangani Jill dan bertanya khawatir,
“Bagaimana kondisi Jill, Dok?”“Sepertinya nona Jill sedang begitu stress membuat keadaan umumnya tidak begitu bagus, jadi lebih baik biarkan nona Jill istirahat total selama beberapa hari ke depan.”“Apa sekarang Jill sudah sadar?”“Sudah. Dan pasien akan segera dipindahkan ke ruang perawatan.”“Baiklah. Terima kasih, Dokter.”Revel menghela nafas, setidaknya sekarang Jill sudah sadarkan diri, itu membuat hatinya sedikit lega meski amarahnya tetap menggantung di dada.“Kenapa kamu tidak memastikan kepada dokter mengenai kondisi bayi kalian? Siapa tau Jill tidak menggugurkannya.”“Tidak mungkin, Pa! Aku yakin kalau Jill sudah menyingkirkan bayi kami. Dan juga andaikan bayi itu masih berada di dalam rahim Jill, pasti dokter akan bilang! Tapi tadi Papa dengar dan lihat sendiri kalau dokter tidak mengatakan apapun mengenai bayi kami!” jawab Revel antara marah dan sedih.Levin terdiPerdebatan mereka berdua terhenti saat terdengar satu suara yang dikenalnya. Jessie, gadis itu muncul dengan raut wajah bersalah. Apalagi tadi dirinya sempat mendengar perdebatan antara Jill dengan Revel yang melibatkan namanya!“Ngapain lo disini? Mau ketemu sama selingkuhan lo?” tanya Jill ketus.Jessie menggigit bibir melihat keketusan Jill, meski sudah menduga tidak akan disambut dengan baik, tapi tetap saja hatinya ngeri melihat Jill yang tampak seperti singa terluka.“Gue mau minta maaf. Gue tau apa yang gue lakuin itu salah, tapi jujur gue terpaksa melakukan itu. Maafin gue!” pinta Jessie mengiba.“Enak banget lo minta maaf gitu aja! Gara-gara ulah lo, Jill jadi nggak percaya sama gue dan bayi kami yang jadi korban!”“Apa maksud lo barusan, Revel? Gue nggak ngerti!”“Jill gugurin kandungannya karena nggak percaya sama gue dan itu semua karena ulah lo!” tuduh Revel emosi.Tanpa dapat dicegah, kenangan masa kecil Jessie saat harus kehilangan adik kec
Jill memutar bola matanya dengan malas. Muak mendengar nama pria brengsek itu. “Gue berharap Alvaro hancur karena ulahnya sendiri,” doa Jill yang diamini oleh Jessie dengan sepenuh hati. Bagaimana tidak? Bukankah papanya termakan bujuk rayu pria brengsek itu hingga membuat Jessie harus menjebak temannya sendiri?Untung sekarang masalah itu sudah beres! Mereka masih sibuk dengan pikiran masing-masing saat pintu ruang rawat Jill terbuka dan muncullah Gwen disana. “Astaga, Jill!” Gwen menubruk Jill yang tidak siap, hampir membuat wanita itu terjengkang! Untung Revel dengan sigap menahan punggung Jill!“Lo tuh bener-bener deh! Bisa nggak sih lain kali jangan main kabur-kaburan begitu lagi? Gue cemas banget sumpah!” omel Gwen membuat Jill nyengir.“Iya sorry deh, tadi gue emosi banget soalnya.”“Kebiasaan!”Gwen menoleh ke arah Revel dan Jessie, matanya menyipit curiga. Wajar, karena dirinya belum mengetahui perkembangan terakhir! “Semua udah clear
Alvaro menatap geram pada headline news di ponselnya. Hamil? Jill hamil? Keterlaluan! Bagaimana bisa mereka berbuat nekat seperti itu di belakangnya? Sekarang mau taruh dimana mukanya? Para kolega bisnisnya pasti juga sudah mengetahui berita ini! Apa kata orang diluar sana saat tau kalau Jill hamil anak dari pria lain? Bukankah mereka akan mengolok-olok dirinya yang tidak becus menjadi suami? Bisa saja mereka berkata macam-macam atau yang lebih parah lagi, mereka bisa berasumsi kalau dirinya sebagai suami tidak becus memuaskan istrinya! Sialan! Bagaimana bisa Jill melakukan hal memalukan seperti ini?!Masalah yang satu saja belum selesai dan sekarang sudah muncul masalah lain. Disebabkan oleh orang yang sama pula! Revel! Pria itu benar-benar brengsek dan senang sekali menyulitkan hidupnya! “Argh! Sial!” teriak Alvaro penuh amarah.Alvaro mengepalkan tangannya dengan erat saat pintu ruangannya menjeblak terbuka dan muncul wajah marah papanya. “Apa ber
“Sekarang kita harus bagaimana, Levin?” tanya Claire dengan wajah murung, mendadak merasa jauh lebih tua hanya dalam waktu beberapa hari terakhir karena stress! “Tenang, Claire. Semua pasti akan baik-baik saja.”“Aku harap begitu, tapi kamu tau sendiri kalau Revel kembali membuat masalah! Aku heran kenapa putra sulung kita bisa nekat begitu? Padahal waktu kecil Revel yang paling kalem!” keluh Claire, masih tidak habis pikir dengan kenekatan putranya.“Tidak masalah, Claire. Apa kamu lupa kalau kita masih memiliki informasi mengenai Alvaro dan juga Yosua yang belum dibeberkan kepada publik?” hibur Levin.Kening Claire berkerut bingung saat mendengar ucapan suaminya dan segera menyadari apa maksud dari ucapan tersebut. “Ya, aku tau, tapi tetap saja tidak mudah untuk mengubah opini publik yang sudah terlanjur berkembang akibat berita ini.”“Biarkan saja, kita tidak akan jatuh hanya karena hal ini,” balas Levin yakin sambil memeluk istrinya dengan sayang.C
Keterdiaman orangtuanya membuat Revel paham kalau mereka khawatir, namun Revel mencoba meyakinkan mereka. “Dan lagi sekarang baik Alvaro maupun om Yosua juga sedang menghadapi masalah. Aku yakin kalau perhatian publik sekarang sedang terpecah diantara dua kubu. Memang, pasti ada yang menyalahkanku, tapi bukan berarti tidak ada yang menyalahkan Alvaro, betul kan?” tanya Revel.“Ya, ucapan kamu memang benar, tapi tetap saja itu bukan jaminan. Kita tidak akan pernah tau pemikiran orang di luar sana kan? Jadi bagaimanapun kamu tetap harus bersiap untuk kemungkinan yang terburuk.”Revel termenung. Kemungkinan terburuk. Ya, dirinya sangat tau apa maksud dari ucapan papanya. Kemungkinan terburuk yang dimaksud pasti tentang cemoohan pedas mengenai tingkah lakunya. Bisa jadi mereka menyematkan julukan lain untuknya, seperti perebut istri orang lain. Pria tidak tau diri. Dan kalimat kejam lainnya. Entah apa.“Aku tau, tapi aku siap, Pa! Pria sejati tidak akan melarikan diri d
Sementara itu, Jason, dalang dari segala masalah yang sedang dialami oleh Yosua sedang asyik menonton siaran berita yang masih membahas mengenai skandal Yosua, mantan kliennya yang memang brengsek. Ya, sejak dulu Jason merasa muak dengan tingkah Yosua dan muak dengan cara pria itu memperlakukan dirinya. Padahal bukankah harusnya Yosua menghormatinya yang sering menyelamatkannya dari berbagai macam kasus? Maka jangan salahkan Jason kalau sekarang dirinya berkhianat dan berganti haluan kepada orang yang lebih dapat menghargainya seperti Mr. Levin dan juga Mrs. Claire! Apalagi keuntungan yang didapat juga jauh lebih besar!Selama ini dirinya hanya pernah mendengar nama besar mereka berdua, tapi entah angin apa yang membuat pasangan fenomenal itu muncul di kantornya dan menawarkan kerjasama yang tanpa pikir panjang langsung diterimanya! Bagai kesempatan emas! Dan Jason sama sekali tidak menyesal karena bekerja di perusahaan Mr. Levin jauh lebih menyenangkan daripada b
“Aku nggak nyangka kalau kamu sebrengsek itu sampai tega memanfaatkan Karina.”Jleb! Itu respon pertama Gwen yang membuat Matthew kehilangan kata-kata.“Aku tau kalau tindakanku itu salah, tapi saat itu aku sungguh tidak menyadarinya. Maaf,” aku Matthew penuh penyesalan.“Sudahlah, toh itu semua sudah jadi masa lalu,” balas Gwen berusaha cuek.“Jadi apa jawaban kamu?”“Jawaban apa?”“Tentu saja jawaban atas pengakuanku barusan.”“Kamu hanya membuat pengakuan. Tidak pernah bertanya, jadi apa yang harus aku jawab?” balas Gwen keras kepala, sengaja mempermainkan Matthew. Gwen ingin melihat seberapa serius pria itu pada dirinya.Matthew terdiam. Benar juga. Sedari tadi dia hanya menjelaskan keadaan yang sebenarnya, mengakui perasaannya namun tidak mengajukan pertanyaan atas perasaannya sama sekali. Matthew berdeham dan merapal doa dalam hati, berharap Gwen tidak lagi mempersulit dirinya.“Oke, sekarang aku akan tanya dan aku harap kamu langsung menjaw
Dua puluh menit kemudian…Levin, Claire dan Revel sudah duduk manis di kursi yang disediakan dengan puluhan atau bahkan ratusan wartawan yang berada di hadapan mereka.Wartawan yang tampak jelas begitu penasaran ingin mendengar informasi apa yang akan disampaikan oleh pengusaha besar itu. Apalagi ini pertama kalinya Revel muncul di depan publik sejak berita negative mengenai dirinya mencuat ke khalayak umum!“Saya yakin anda semua pasti merasa penasaran dan bertanya-tanya dengan apa yang akan saya sampaikan hari ini. Kalian semua juga pasti sudah tau kalau beberapa minggu terakhir banyak berita negative mengenai putra saya yang berkembang luas di luar sana. Berita yang menyebabkan putra saya dijuluki sebagai pria brengsek! Mungkin juga disebut sebagai pria yang mengganggu rumah tangga orang lain!” ucap Levin membuat para wartawan meringis saat mendengar ucapan sang pengusaha, seolah menyindir mereka.Bukankah pekerjaan wartawan memang begitu? Mengemas berita menjadi
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin