Jill hanya bisa menahan nafas saat dada bidang Revel menempel erat dengan dadanya sendiri. Tidak heran karena malam ini Jill mengenakan heels setinggi 8 cm hingga perbedaan tinggi badannya dengan Revel tidak terlalu jauh! Kenapa bisa kebetulan seperti ini sih? Tau begitu Jill pake flat shoes aja!
“Lo mau apa sih? Minggir!” ketus Jill menahan gejolak gairah yang semakin menggila. Sungguh, akal sehat Jill hampir raib akibat tindakan Revel yang seperti ini, disaat dadanya dihimpit oleh pria tampan di hadapannya.Pria yang selalu dapat memuaskannya berulang kali, belum lagi dengan tatapan Revel yang terlihat begitu menuntut. Dan terlihat sangat menggoda! Brengsek!“Gue jadi penasaran. Dari omongan lo tadi menyiratkan kalau lo menyesal telah melakukan hal itu dengan pria yang bukan suami lo, tapi sepertinya tubuh lo berkata lain!” ejek Revel dengan senyum sinis.“Jangan sok tahu!” bantah Jill, sekuat tenaga menyangkal dan menahan diri agar tidak terpengaruh dengan tindaRevel tersenyum smirk saat mendengar jawaban wanita dibawahnya. Tanpa ragu Revel kembali melakukan kegiatannya. Hujamannya semakin cepat. Tubuh mereka berpeluh dan berayun liar. Revel dengan gemas melumat bukit kenyal yang bergoyang liar akibat hentakannya membuat Jill semakin melayang!Revel mempercepat gerakannya saat tubuh Jill terasa menegang, tanda kalau wanita itu sebentar lagi akan mencapai puncak dan jerit kepuasan yang lolos dari bibir Jill membenarkan dugaan Revel!“Argh! Revel!” pekik Jill sambil memeluk tubuh pria yang berada di atasnya erat-erat.Revel balas memeluk Jill, membiarkan wanita itu menikmati pelepasan keduanya sebelum kembali bergerak, hendak mencari kepuasannya sendiri. Dengan mudah Revel membalik tubuh ramping Jill yang sudah terkulai lemas. Menghujamnya dengan gaya lain. Doggy style. Rasanya terasa semakin sempit membuat Revel menggila. Rintihan Jill bersahut-sahutan dengan deru nafas Revel yang terdengar semakin memburu. Jill meraih apap
Revel terbangun lebih dulu, matanya tidak bosan menatap wajah Jill. Wajah dari wanita yang telah disukainya sejak lama. Sejak dirinya masih begitu polos dan belum mengenal arti cinta sampai saat ini dimana Revel sudah dapat memberikan kenikmatan duniawi pada wanita yang masih asyik terlelap disamping tubuh polosnya.Revel tidak menyangka kalau bercinta dengan Jill akan senikmat ini. Berulang kali mereka mencoba gaya baru, bersama mencari kepuasan. Saling mengimbangi gerakan satu sama lain tanpa ada rasa malu. Saling mengutarakan apa yang mereka inginkan di atas ranjang.Merealisasikan apa yang ada di dalam otak liar mereka dengan gairah menggebu. Merealisasikan apa yang ada di dalam hati tanpa ragu. Gerakan Jill membuat Revel tersenyum lebar, apalagi saat tanpa sadar selimut bagian atas yang menutupi dada Jill tersibak begitu saja tanpa wanita itu sadari. ‘Lo sengaja mau godain gue, Baby?’ batin Revel dengan senyum smirk.Dengan lembut Revel mulai menyesap
Pertanyaan sang papa membuat Revel mengangkat alis. Tidak tampak pusing. ‘Hamil? Justru itu lebih baik!’ batin Revel. Namun jawaban yang keluar dari bibirnya tentu tidak sefrontal itu atau orangtuanya akan semakin sakit kepala! “Aku pasti akan bertanggung jawab. Asal wanita itu tidak kabur saja,” balas Revel, menyadari kalau papanya tidak ingin mamanya tau kalau mereka sudah pernah berbincang mengenai Jill. Meski tadi papanya sempat lupa sekejap.“Seperti Mama kamu dulu!” lanjut Levin mulai rileks, membuat Claire cemberut.“Meski wanita itu kabur pun aku pasti akan terus mencarinya, Pa. Papa tenang saja!”“Sebenarnya Papa tidak setuju dengan pergaulan kamu ini, Revel.”“Pa, please. Aku udah dewasa!”“Papa tau kamu sudah dewasa. Justru karena itu Papa khawatir!”“Papa tenang saja. Aku bisa pastikan kalau aku hanya melakukannya dengan satu wanita, Pa. Okay?” ucap Revel menenangkan. “Memang hanya satu wanita, tapi kalian melakukannya sebelum
Dan sepanjang perjalanan hanya ada beberapa obrolan standard, jujur Revel sama sekali tidak berminat untuk bermanis ria dengan Jessie. Baginya yang dirinya lakukan hanya untuk menyenangkan hati papanya, tidak ada niat sama sekali untuk berteman akrab dengan Jessie. Revel malas berteman dengan wanita yang cenderung merepotkan. Meski tidak bisa dipungkiri kalau Jessie memiliki wajah yang cantik dan menarik, tapi tetap saja Revel tidak tertarik. Revel tetap akan memilih Jill, wanita yang dapat membuat Revel rela menunggu hingga belasan tahun!Revel sedang mengikuti langkah Jessie yang begitu energik bagai kelinci energizer saat pandangannya tertumbuk pada sesuatu. Seseorang lebih tepatnya. Jill! Apa Revel tidak salah liat? Kenapa bisa bertemu Jill di mall ini?Kenapa rasanya dunia seolah sengaja mempertemukan mereka berulang kali? Kebetulankah? Atau takdir? Sudah lebih dari 3x mereka bertemu secara tidak sengaja! Dan apesnya kali ini Revel sedang bersama dengan Jessie!
Revel mendengus, sadar percuma berdebat dengan gadis menyebalkan macam Jessie, lebih baik diam. Tidak perlu menyia-nyiakan energinya! Lebih baik energinya digunakan untuk mengeksplor tubuh Jill di atas ranjang! ‘Udahlah, Revel, cewek gila jangan diladenin, mending lo mikirin Jill aja!’ batin Revel menyabarkan hati.Apalagi otak Revel harus berpikir keras, memikirkan bagaimana cara agar Jill tidak bersikap ketus lagi padanya? Revel yakin kalau Jill salah sangka pada Jessie. Bisa saja wanita itu menganggap kalau Jessie adalah kekasihnya, apalagi tadi Jessie menggandeng tangannya! Kurang ajar!Lagipula tadi kenapa Revel bisa lengah sih? Apa mungkin karena kehadiran Jill yang begitu tiba-tiba membuat otak Revel seketika blank? Bisa jadi!Jessie menahan senyum melihat kekalutan Revel, sangat sadar apa yang membuat pria itu pusing. Tapi Jessie tidak berniat mengusiknya. Biarkan saja. Rasanya membuat Revel kesal cukup menyenangkan. Jessie berharap kehadiran Revel membuat h
Jill mendesah lega saat Gwen membalas pelukannya, itu tanda kalau sahabatnya sudah mulai melunak dan mau memaafkannya. Syukurlah, kedatangan Jill kali ini tidak sia-sia!“Iya, gue janji akan jaga diri gue, Gwen. Yah, walau mungkin sedikit terlambat karena udah nggak ada yang bisa gue jaga,” desah Jill sedih.Benarkan? Apa lagi yang mau dijaga? Toh mahkotanya yang sudah diambil oleh Revel tidak dapat dikembalikan lagi! Paling yang bisa Jill lakukan sekarang adalah menjaga pikirannya agar tidak melulu tertuju pada Revel! Karena jika sudah berpikir mengenai Revel, otomatis Jill akan kembali teringat dengan pergulatan mereka yang penuh gairah! Dan jika hal itu terjadi, pikiran kotor Jill ingin kembali mengulangnya lagi! Terlebih jika Revel berada di dekatnya, Jill pasti akan kembali jatuh pada dosa, kesalahan dan kebodohan yang sama! Revel begitu pintar memprovokasinya. Pintar menggodanya. Pintar membuat gairah Jill tersulut! Pria itu sungguh mahir menggoda wanita! Sialan!
“Jadi apa lo mau cerita sama gue?” tanya Gwen lembut.Jill menghela nafas pelan, memikirkan kalimat yang tepat untuk memulai penjelasan tentang kegalauan hatinya akibat pria yang bernama Revel.“Jujur gue sendiri juga nggak tau, Gwen,” keluh Jill pelan.“Maksudnya lo nggak yakin sama perasaan lo sendiri?”“Begitulah. Gue tau banget kalau dia itu playboy brengsek, tapi kenapa gue malah nggak bisa lupain dia sih? Nama dan wajah dia tuh selalu muncul di otak gue! Padahal nggak pernah gue undang!” sungut Jill, kesal sendiri dengan perasaannya.“Lo tau darimana kalau dia playboy brengsek?”“Cowok kayak dia pasti udah sering mainin cewek, Gwen! Masa lo nggak tau sih? Biasanya lo jauh lebih peka daripada gue!”“Justru karena gue lebih peka daripada lo makanya gue tanya kenapa lo bisa yakin kalau dia itu playboy brengsek? Emang lo udah liat sendiri buktinya?”Jill terdiam mendengar pertanyaan Gwen. Otaknya mencoba mengingat-ingat.“Pernah!”“Contohnya
Jessie masuk ke dalam rumah dengan senyum lebar. Puas karena sudah berkeliling mall hampir seharian ini. Hal yang sudah lama tidak dilakukannya. Jujur Jessie kangen dengan mall di Jakarta, jadi tidak heran kalau sejak tadi dirinya tidak bisa berhenti menjelajah hingga Revel begitu jengkel padanya.Sebagai pria, Jessie yakin kalau Revel tidak pernah berkeliling mall seperti yang tadi dilakukannya. Bukankah pria memang seperti itu? Jika harus ke mall akan langsung pergi ke tempat yang dituju dan enggan melihat sekeliling? Tidak heran kalau Revel kesal padanya. Mungkin karena lelah?Pikiran Jessie mengenai Revel langsung buyar saat mendengar suara papanya.“Bagaimana acara jalan-jalan kamu dengan Revel hari ini?” tanya Mr. Bobby pada Jessie.Jessie menoleh kaget, tidak menyadari kalau papanya sedang menunggu di ruang keluarga, mungkin saking senangnya jadi Jessie tidak menyadari kehadiran papanya!“Papa tumben udah pulang jam segini?” tanya Jessie tanpa menjawab per
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin