Jill mendesah lega saat Gwen membalas pelukannya, itu tanda kalau sahabatnya sudah mulai melunak dan mau memaafkannya. Syukurlah, kedatangan Jill kali ini tidak sia-sia!
“Iya, gue janji akan jaga diri gue, Gwen. Yah, walau mungkin sedikit terlambat karena udah nggak ada yang bisa gue jaga,” desah Jill sedih.Benarkan? Apa lagi yang mau dijaga? Toh mahkotanya yang sudah diambil oleh Revel tidak dapat dikembalikan lagi! Paling yang bisa Jill lakukan sekarang adalah menjaga pikirannya agar tidak melulu tertuju pada Revel! Karena jika sudah berpikir mengenai Revel, otomatis Jill akan kembali teringat dengan pergulatan mereka yang penuh gairah!Dan jika hal itu terjadi, pikiran kotor Jill ingin kembali mengulangnya lagi! Terlebih jika Revel berada di dekatnya, Jill pasti akan kembali jatuh pada dosa, kesalahan dan kebodohan yang sama! Revel begitu pintar memprovokasinya. Pintar menggodanya. Pintar membuat gairah Jill tersulut! Pria itu sungguh mahir menggoda wanita! Sialan!“Jadi apa lo mau cerita sama gue?” tanya Gwen lembut.Jill menghela nafas pelan, memikirkan kalimat yang tepat untuk memulai penjelasan tentang kegalauan hatinya akibat pria yang bernama Revel.“Jujur gue sendiri juga nggak tau, Gwen,” keluh Jill pelan.“Maksudnya lo nggak yakin sama perasaan lo sendiri?”“Begitulah. Gue tau banget kalau dia itu playboy brengsek, tapi kenapa gue malah nggak bisa lupain dia sih? Nama dan wajah dia tuh selalu muncul di otak gue! Padahal nggak pernah gue undang!” sungut Jill, kesal sendiri dengan perasaannya.“Lo tau darimana kalau dia playboy brengsek?”“Cowok kayak dia pasti udah sering mainin cewek, Gwen! Masa lo nggak tau sih? Biasanya lo jauh lebih peka daripada gue!”“Justru karena gue lebih peka daripada lo makanya gue tanya kenapa lo bisa yakin kalau dia itu playboy brengsek? Emang lo udah liat sendiri buktinya?”Jill terdiam mendengar pertanyaan Gwen. Otaknya mencoba mengingat-ingat.“Pernah!”“Contohnya
Jessie masuk ke dalam rumah dengan senyum lebar. Puas karena sudah berkeliling mall hampir seharian ini. Hal yang sudah lama tidak dilakukannya. Jujur Jessie kangen dengan mall di Jakarta, jadi tidak heran kalau sejak tadi dirinya tidak bisa berhenti menjelajah hingga Revel begitu jengkel padanya.Sebagai pria, Jessie yakin kalau Revel tidak pernah berkeliling mall seperti yang tadi dilakukannya. Bukankah pria memang seperti itu? Jika harus ke mall akan langsung pergi ke tempat yang dituju dan enggan melihat sekeliling? Tidak heran kalau Revel kesal padanya. Mungkin karena lelah?Pikiran Jessie mengenai Revel langsung buyar saat mendengar suara papanya.“Bagaimana acara jalan-jalan kamu dengan Revel hari ini?” tanya Mr. Bobby pada Jessie.Jessie menoleh kaget, tidak menyadari kalau papanya sedang menunggu di ruang keluarga, mungkin saking senangnya jadi Jessie tidak menyadari kehadiran papanya!“Papa tumben udah pulang jam segini?” tanya Jessie tanpa menjawab per
“Mama undang tamu?” tanya Revel, pusing mendadak dengan kegaduhan yang terjadi di rumahnya meski pelakunya belum terlihat sama sekali. “Nggak. Paling uncle Nick dan keluarganya. Mereka kan memang seperti itu, selalu rusuh dimanapun berada!” jawab mama Claire santai.Revel menoleh dan ternyata benar saja. Uncle Nick, aunty Valerie, Keanu serta Kezia masuk ke dalam ruang makan hingga ruangan langsung begitu berisik karena kehadiran empat orang ini. Empat orang tapi berasa kayak empat puluh orang! Rusuh abis! Apalagi Keanu dan Kezia langsung berbaur dengan Brian dan Brianna! Revel terabaikan seorang diri karena memang hanya dirinya yang usianya berbeda jauh dengan yang lain! Nasib anak yang lahir di luar nikah, hadir tanpa direncanakan lebih dulu karena saat itu orangtuanya masih begitu belia! “Hi, Valerie! Tumben datang kesini tapi nggak ngabarin dulu?” tanya Claire heran, mengabaikan keberadaan sahabatnya, Nick. Tidak heran kalau Claire hanya menyapa Valerie,
“Kamu keberatan membantu mereka, Claire? Kenapa?” tanya Levin memastikan, heran.Tidak biasanya Claire menolak membantu secara terang-terangan seperti ini. Apalagi persahabatan antara Claire dan Nick sudah terjalin selama beberapa dekade, sejak mereka masih bocah ingusan sampai sudah setengah tua begini! Tidak heran kalau dulu Levin begitu cemburu dengan kedekatan mereka yang terlihat bagaikan sepasang kekasih yang tak terpisahkan! Untung pikiran buruknya tidak terbukti dan Claire bisa menjadi miliknya, sedangkan Nick nyatanya berjodoh dengan Valerie, yang adalah sepupu Levin. Jodoh memang tidak ada yang bisa menebak. Mereka hanya bisa pasrah mengikuti alur cerita yang sudah Tuhan buat. “Aku nggak bilang keberatan, Levin. Tapi aku memang kurang setuju dengan usul kamu.”“Apa maksudnya?” tanya Levin, belum paham. “Begini, jika kita melakukan ide kamu barusan. Anak-anak mereka, atau lebih tepatnya Keanu, hanya akan patuh sama aku. Itu pun andai aku berhasil
Ya, bukankah Revel sering muncul di hadapan Jill secara tiba-tiba? Bisa dibilang pria itu lebih sakti daripada jin, karena jin saja harus dipanggil dulu! Tidak heran saking seringnya bertemu, Jill semakin sulit melepaskan diri dan kembali melakukan hal terlarang itu dengan Revel! Padahal Jill sudah bertekad untuk menjauhkan diri dari pesona Revel! Pikiran Jill akan Revel mendadak raib saat suara Gwen kembali terdengar.“Kita sampai!” Jill mengangkat alis saat mobil berhenti di salah satu restoran eksklusif yang pernah Jill datangi sesekali. “Kita mau ngapain ke restoran, Gwen? Emangnya lo udah lapar?”“Ada deh! Udah ikutin gue aja!”Meski masih bingung tapi Jill tetap mengikuti langkah kaki Gwen, masuk ke dalam restoran. Gwen mengedarkan pandangan dan menemukan apa yang dicarinya. Ralat, bukan apa tapi siapa. Jill tersentak kaget saat Gwen mencengkeram tangannya begitu saja dan menggandengnya untuk mendekati salah satu meja yang sudah ditempati oleh seoran
Sementara itu, Revel menatap heran pada ponselnya. Sudah mencoba beberapa kali tapi kenapa Jill tidak mengangkat ponselnya? Kemana wanita itu? Padahal Revel ingin mengajak wanita itu bertemu! Sisa waktunya untuk tinggal di Jakarta semakin menipis, jadi Revel harus berusaha keras untuk mendapatkan Jill atau tidak akan ada waktu lagi baginya. Tapi sekarang Jill malah menghindarinya. Atau Jill memang sedang sibuk? Bisa jadikan?‘Coba lagi nanti, Revel. Bisa jadi sekarang Jill sedang sibuk. Jangan berpikir negative,’ monolog Revel membesarkan hatinya sendiri.Dengan pemikiran itu, akhirnya Revel meletakkan ponselnya dan berusaha mencari kegiatan lain untuk mengalihkan pikirannya dari Jill! Jill menghembuskan nafas lega saat ponselnya sudah berhenti berdering, meski ada sedikit rasa bersalah, tapi Jill tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Tidak ingin kembali goyah, jika sampai goyah, Jill pasti akan melakukan kesalahan yang sama lagi! Pesona Revel terlalu kuat
Sepanjang perjalanan pulang Jill memikirkan ucapan Carl, tampak jelas kalau pria itu ingin lebih dari sekedar teman, tapi sayangnya hingga saat ini Jill masih belum ingin menjalin hubungan dengan pria manapun, terlebih lagi meski merasa nyaman dengan Carl, tapi murni hanya sekedar teman. Belum lebih dari itu.Entah kenapa pikiran Jill tidak dapat dikendalikan dan selalu berpikir mengenai Revel. Revel. Dan Revel! Sampai Jill jadi kesal sendiri!‘Mau lupain tapi kenapa malah jadi keingetan sama Revel terus sih?! Nyebelin!’ dumel Jill.Sesuai janji, Jill tiba di rumah sebelum jam 10 dan menemukan rumahnya sudah dalam keadaan sepi, tanda kalau orangtuanya sudah beristirahat. Dengan langkah gontai Jill langsung menghempaskan tubuhnya dengan kesal ke atas ranjang empuknya. Jill harus mencari cara agar tidak lagi memikirkan Revel terus menerus. Tapi apa? Jill harus melakukan apa untuk menyibukkan dirinya? Agar otaknya bisa teralihkan dari Revel!Semenjak bertekad melup
Ucapan papa Levin membuat Revel terdiam, hingga akhirnya pria itu kembali bersuara,“Aku juga tidak ingin meninggalkan Jill tanpa pamit, Pa.”“Tapi?” tanya Levin, yakin ada kelanjutan dari ucapan Revel sebelumnya.“Tapi jujur aku mulai lelah menghadapi sikap Jill, Pa,” lirih Revel sambil menghela nafas dalam. Tubuh Revel bersandar pada sofa, menandakan kalau dirinya benar-benar lelah, bukan hanya sekedar ucapan, tapi pikirannya juga lelah! “Lelah?” ulang Levin.“Hmm…. Jill selalu bersikap ketus dan tidak peduli padaku sama sekali. Aku sudah berulang kali mencoba memahaminya, tapi jujur aku juga punya batas kesabaran, Pa. Mungkin aku memang tidak setangguh Papa. Atau mungkin karena Jill benar-benar tidak tertarik padaku,” beber Revel.Levin menatap putra sulungnya yang tampak begitu nelangsa karena seorang wanita. Seolah Levin sedang berkaca, melihat apa yang terjadi pada dirinya di masa lalu. “Mungkin saat ini kamu lelah karena sudah menanti selama bela