“Mama undang tamu?” tanya Revel, pusing mendadak dengan kegaduhan yang terjadi di rumahnya meski pelakunya belum terlihat sama sekali.
“Nggak. Paling uncle Nick dan keluarganya. Mereka kan memang seperti itu, selalu rusuh dimanapun berada!” jawab mama Claire santai.Revel menoleh dan ternyata benar saja. Uncle Nick, aunty Valerie, Keanu serta Kezia masuk ke dalam ruang makan hingga ruangan langsung begitu berisik karena kehadiran empat orang ini. Empat orang tapi berasa kayak empat puluh orang! Rusuh abis!Apalagi Keanu dan Kezia langsung berbaur dengan Brian dan Brianna! Revel terabaikan seorang diri karena memang hanya dirinya yang usianya berbeda jauh dengan yang lain!Nasib anak yang lahir di luar nikah, hadir tanpa direncanakan lebih dulu karena saat itu orangtuanya masih begitu belia!“Hi, Valerie! Tumben datang kesini tapi nggak ngabarin dulu?” tanya Claire heran, mengabaikan keberadaan sahabatnya, Nick. Tidak heran kalau Claire hanya menyapa Valerie,“Kamu keberatan membantu mereka, Claire? Kenapa?” tanya Levin memastikan, heran.Tidak biasanya Claire menolak membantu secara terang-terangan seperti ini. Apalagi persahabatan antara Claire dan Nick sudah terjalin selama beberapa dekade, sejak mereka masih bocah ingusan sampai sudah setengah tua begini! Tidak heran kalau dulu Levin begitu cemburu dengan kedekatan mereka yang terlihat bagaikan sepasang kekasih yang tak terpisahkan! Untung pikiran buruknya tidak terbukti dan Claire bisa menjadi miliknya, sedangkan Nick nyatanya berjodoh dengan Valerie, yang adalah sepupu Levin. Jodoh memang tidak ada yang bisa menebak. Mereka hanya bisa pasrah mengikuti alur cerita yang sudah Tuhan buat. “Aku nggak bilang keberatan, Levin. Tapi aku memang kurang setuju dengan usul kamu.”“Apa maksudnya?” tanya Levin, belum paham. “Begini, jika kita melakukan ide kamu barusan. Anak-anak mereka, atau lebih tepatnya Keanu, hanya akan patuh sama aku. Itu pun andai aku berhasil
Ya, bukankah Revel sering muncul di hadapan Jill secara tiba-tiba? Bisa dibilang pria itu lebih sakti daripada jin, karena jin saja harus dipanggil dulu! Tidak heran saking seringnya bertemu, Jill semakin sulit melepaskan diri dan kembali melakukan hal terlarang itu dengan Revel! Padahal Jill sudah bertekad untuk menjauhkan diri dari pesona Revel! Pikiran Jill akan Revel mendadak raib saat suara Gwen kembali terdengar.“Kita sampai!” Jill mengangkat alis saat mobil berhenti di salah satu restoran eksklusif yang pernah Jill datangi sesekali. “Kita mau ngapain ke restoran, Gwen? Emangnya lo udah lapar?”“Ada deh! Udah ikutin gue aja!”Meski masih bingung tapi Jill tetap mengikuti langkah kaki Gwen, masuk ke dalam restoran. Gwen mengedarkan pandangan dan menemukan apa yang dicarinya. Ralat, bukan apa tapi siapa. Jill tersentak kaget saat Gwen mencengkeram tangannya begitu saja dan menggandengnya untuk mendekati salah satu meja yang sudah ditempati oleh seoran
Sementara itu, Revel menatap heran pada ponselnya. Sudah mencoba beberapa kali tapi kenapa Jill tidak mengangkat ponselnya? Kemana wanita itu? Padahal Revel ingin mengajak wanita itu bertemu! Sisa waktunya untuk tinggal di Jakarta semakin menipis, jadi Revel harus berusaha keras untuk mendapatkan Jill atau tidak akan ada waktu lagi baginya. Tapi sekarang Jill malah menghindarinya. Atau Jill memang sedang sibuk? Bisa jadikan?‘Coba lagi nanti, Revel. Bisa jadi sekarang Jill sedang sibuk. Jangan berpikir negative,’ monolog Revel membesarkan hatinya sendiri.Dengan pemikiran itu, akhirnya Revel meletakkan ponselnya dan berusaha mencari kegiatan lain untuk mengalihkan pikirannya dari Jill! Jill menghembuskan nafas lega saat ponselnya sudah berhenti berdering, meski ada sedikit rasa bersalah, tapi Jill tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Tidak ingin kembali goyah, jika sampai goyah, Jill pasti akan melakukan kesalahan yang sama lagi! Pesona Revel terlalu kuat
Sepanjang perjalanan pulang Jill memikirkan ucapan Carl, tampak jelas kalau pria itu ingin lebih dari sekedar teman, tapi sayangnya hingga saat ini Jill masih belum ingin menjalin hubungan dengan pria manapun, terlebih lagi meski merasa nyaman dengan Carl, tapi murni hanya sekedar teman. Belum lebih dari itu.Entah kenapa pikiran Jill tidak dapat dikendalikan dan selalu berpikir mengenai Revel. Revel. Dan Revel! Sampai Jill jadi kesal sendiri!‘Mau lupain tapi kenapa malah jadi keingetan sama Revel terus sih?! Nyebelin!’ dumel Jill.Sesuai janji, Jill tiba di rumah sebelum jam 10 dan menemukan rumahnya sudah dalam keadaan sepi, tanda kalau orangtuanya sudah beristirahat. Dengan langkah gontai Jill langsung menghempaskan tubuhnya dengan kesal ke atas ranjang empuknya. Jill harus mencari cara agar tidak lagi memikirkan Revel terus menerus. Tapi apa? Jill harus melakukan apa untuk menyibukkan dirinya? Agar otaknya bisa teralihkan dari Revel!Semenjak bertekad melup
Ucapan papa Levin membuat Revel terdiam, hingga akhirnya pria itu kembali bersuara,“Aku juga tidak ingin meninggalkan Jill tanpa pamit, Pa.”“Tapi?” tanya Levin, yakin ada kelanjutan dari ucapan Revel sebelumnya.“Tapi jujur aku mulai lelah menghadapi sikap Jill, Pa,” lirih Revel sambil menghela nafas dalam. Tubuh Revel bersandar pada sofa, menandakan kalau dirinya benar-benar lelah, bukan hanya sekedar ucapan, tapi pikirannya juga lelah! “Lelah?” ulang Levin.“Hmm…. Jill selalu bersikap ketus dan tidak peduli padaku sama sekali. Aku sudah berulang kali mencoba memahaminya, tapi jujur aku juga punya batas kesabaran, Pa. Mungkin aku memang tidak setangguh Papa. Atau mungkin karena Jill benar-benar tidak tertarik padaku,” beber Revel.Levin menatap putra sulungnya yang tampak begitu nelangsa karena seorang wanita. Seolah Levin sedang berkaca, melihat apa yang terjadi pada dirinya di masa lalu. “Mungkin saat ini kamu lelah karena sudah menanti selama bela
Revel memicingkan mata, berusaha memastikan kalau apa yang dilihatnya tidak salah. Apa benar yang ada di area cake itu Jill? Kenapa wanita itu bisa datang? Revel pikir ini hanya acara orangtua, khusus untuk rekan bisnis papanya yang memang cukup banyak. Tapi nyatanya Jill ada disini!Revel mendekat, berusaha meyakinkan diri kalau matanya masih normal. Dan benar saja, ada Jill disini! Rasa suntuk yang awalnya Revel rasakan langsung lenyap tak bersisa, berganti dengan kaget dan senang pastinya.“Jill!” panggil Revel saat dirinya sudah berada di belakang wanita itu.Jill yang sedang asyik menyantap blueberry cheese cake hampir saja tersedak saat mendengar suara familiar dari pria yang ingin dihindarinya. Pria yang selalu mendominasi pikirannya tanpa dapat dicegah, tapi sekarang pria itu malah memanggil namanya! Bukankah katanya usaha tidak akan mengkhianati hasil? Tapi kenapa untuk Jill hasilnya selalu mengkhianati usaha yang dilakukannya? Apa Tuhan tidak menyetujui re
Revel mendesah kesal saat melihat respon Jill yang berubah drastis semenjak kehadiran Jessie! Terlebih saat melihat Jill menjauh pergi dari hadapannya! Dan Revel langsung menumpahkan kekesalannya pada Jessie! Karena gadis itu hadir di saat yang tidak tepat! Pakai gandeng-gandeng pula! “Lo ngapain sih deket-deket sama gue? Nggak liat gue lagi ngobrol sama temen gue? Pake gandeng segala lagi, gue nggak suka!” ketus Revel. “Liat, justru karena itu gue gabung. Gue kan nggak ada temen disini,” balas Jessie tanpa rasa bersalah karena sudah membuat Revel dongkol, mengabaikan protes Revel yang tidak suka soal gandeng menggandeng. “Gue nggak ada waktu buat nemenin lo sekarang!” desis Revel penuh dengan rasa kesal dan melepaskan gandengan Jessie pada lengannya.“Revel!” panggil Jessie, namun pria itu tetap berjalan menjauh seolah tidak mendengar panggilan Jessie sama sekali!‘Dasar cowok jutek! Nggak heran kalau yang dia suka cewek jutek juga! Sefrekuensi sih!’ sungut J
Sebentar… tadi dirinya bilang apa? Terbakar api cemburu? Wah! Kacau! Jill ternyata sudah benar-benar gila hanya karena seorang Revel! Bagaimana bisa bilang cemburu, kalau tidak ada perasaan sama sekali pada Revel kan?Tapi apa benar dirinya tidak memiliki perasaan pada Revel? Jika tidak, kenapa bisa sekesal ini saat melihat Revel dekat dengan wanita lain? Seperti Jessie contohnya! Harusnya masa bodoh kan? Ahh! Entahlah, Jill pusing! Kenapa pertanyaannya seperti lingkaran setan yang tidak ada jawabannya begini sih?!Jika benar Jill merasa cemburu, bukankah itu tandanya Jill memiliki perasaan khusus pada Revel? Tidak boleh! Jika pun iya, Jill harus menghalau dan memusnahkan perasaan itu! Jill harus membasmi kupu-kupu yang berdesir di hatinya setiap kali melihat Revel! Jill tidak ingin dikecewakan dan sakit hati. Jill tidak ingin mengambil resiko berpacaran dengan pria playboy!Cukup sekali dirinya dikhianati oleh pria playboy, yaitu Alvaro, Jill tidak ingin berbu
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin