Revel terbangun lebih dulu, matanya tidak bosan menatap wajah Jill. Wajah dari wanita yang telah disukainya sejak lama. Sejak dirinya masih begitu polos dan belum mengenal arti cinta sampai saat ini dimana Revel sudah dapat memberikan kenikmatan duniawi pada wanita yang masih asyik terlelap disamping tubuh polosnya.
Revel tidak menyangka kalau bercinta dengan Jill akan senikmat ini. Berulang kali mereka mencoba gaya baru, bersama mencari kepuasan. Saling mengimbangi gerakan satu sama lain tanpa ada rasa malu. Saling mengutarakan apa yang mereka inginkan di atas ranjang.Merealisasikan apa yang ada di dalam otak liar mereka dengan gairah menggebu.Merealisasikan apa yang ada di dalam hati tanpa ragu.Gerakan Jill membuat Revel tersenyum lebar, apalagi saat tanpa sadar selimut bagian atas yang menutupi dada Jill tersibak begitu saja tanpa wanita itu sadari.‘Lo sengaja mau godain gue, Baby?’ batin Revel dengan senyum smirk.Dengan lembut Revel mulai menyesapPertanyaan sang papa membuat Revel mengangkat alis. Tidak tampak pusing. ‘Hamil? Justru itu lebih baik!’ batin Revel. Namun jawaban yang keluar dari bibirnya tentu tidak sefrontal itu atau orangtuanya akan semakin sakit kepala! “Aku pasti akan bertanggung jawab. Asal wanita itu tidak kabur saja,” balas Revel, menyadari kalau papanya tidak ingin mamanya tau kalau mereka sudah pernah berbincang mengenai Jill. Meski tadi papanya sempat lupa sekejap.“Seperti Mama kamu dulu!” lanjut Levin mulai rileks, membuat Claire cemberut.“Meski wanita itu kabur pun aku pasti akan terus mencarinya, Pa. Papa tenang saja!”“Sebenarnya Papa tidak setuju dengan pergaulan kamu ini, Revel.”“Pa, please. Aku udah dewasa!”“Papa tau kamu sudah dewasa. Justru karena itu Papa khawatir!”“Papa tenang saja. Aku bisa pastikan kalau aku hanya melakukannya dengan satu wanita, Pa. Okay?” ucap Revel menenangkan. “Memang hanya satu wanita, tapi kalian melakukannya sebelum
Dan sepanjang perjalanan hanya ada beberapa obrolan standard, jujur Revel sama sekali tidak berminat untuk bermanis ria dengan Jessie. Baginya yang dirinya lakukan hanya untuk menyenangkan hati papanya, tidak ada niat sama sekali untuk berteman akrab dengan Jessie. Revel malas berteman dengan wanita yang cenderung merepotkan. Meski tidak bisa dipungkiri kalau Jessie memiliki wajah yang cantik dan menarik, tapi tetap saja Revel tidak tertarik. Revel tetap akan memilih Jill, wanita yang dapat membuat Revel rela menunggu hingga belasan tahun!Revel sedang mengikuti langkah Jessie yang begitu energik bagai kelinci energizer saat pandangannya tertumbuk pada sesuatu. Seseorang lebih tepatnya. Jill! Apa Revel tidak salah liat? Kenapa bisa bertemu Jill di mall ini?Kenapa rasanya dunia seolah sengaja mempertemukan mereka berulang kali? Kebetulankah? Atau takdir? Sudah lebih dari 3x mereka bertemu secara tidak sengaja! Dan apesnya kali ini Revel sedang bersama dengan Jessie!
Revel mendengus, sadar percuma berdebat dengan gadis menyebalkan macam Jessie, lebih baik diam. Tidak perlu menyia-nyiakan energinya! Lebih baik energinya digunakan untuk mengeksplor tubuh Jill di atas ranjang! ‘Udahlah, Revel, cewek gila jangan diladenin, mending lo mikirin Jill aja!’ batin Revel menyabarkan hati.Apalagi otak Revel harus berpikir keras, memikirkan bagaimana cara agar Jill tidak bersikap ketus lagi padanya? Revel yakin kalau Jill salah sangka pada Jessie. Bisa saja wanita itu menganggap kalau Jessie adalah kekasihnya, apalagi tadi Jessie menggandeng tangannya! Kurang ajar!Lagipula tadi kenapa Revel bisa lengah sih? Apa mungkin karena kehadiran Jill yang begitu tiba-tiba membuat otak Revel seketika blank? Bisa jadi!Jessie menahan senyum melihat kekalutan Revel, sangat sadar apa yang membuat pria itu pusing. Tapi Jessie tidak berniat mengusiknya. Biarkan saja. Rasanya membuat Revel kesal cukup menyenangkan. Jessie berharap kehadiran Revel membuat h
Jill mendesah lega saat Gwen membalas pelukannya, itu tanda kalau sahabatnya sudah mulai melunak dan mau memaafkannya. Syukurlah, kedatangan Jill kali ini tidak sia-sia!“Iya, gue janji akan jaga diri gue, Gwen. Yah, walau mungkin sedikit terlambat karena udah nggak ada yang bisa gue jaga,” desah Jill sedih.Benarkan? Apa lagi yang mau dijaga? Toh mahkotanya yang sudah diambil oleh Revel tidak dapat dikembalikan lagi! Paling yang bisa Jill lakukan sekarang adalah menjaga pikirannya agar tidak melulu tertuju pada Revel! Karena jika sudah berpikir mengenai Revel, otomatis Jill akan kembali teringat dengan pergulatan mereka yang penuh gairah! Dan jika hal itu terjadi, pikiran kotor Jill ingin kembali mengulangnya lagi! Terlebih jika Revel berada di dekatnya, Jill pasti akan kembali jatuh pada dosa, kesalahan dan kebodohan yang sama! Revel begitu pintar memprovokasinya. Pintar menggodanya. Pintar membuat gairah Jill tersulut! Pria itu sungguh mahir menggoda wanita! Sialan!
“Jadi apa lo mau cerita sama gue?” tanya Gwen lembut.Jill menghela nafas pelan, memikirkan kalimat yang tepat untuk memulai penjelasan tentang kegalauan hatinya akibat pria yang bernama Revel.“Jujur gue sendiri juga nggak tau, Gwen,” keluh Jill pelan.“Maksudnya lo nggak yakin sama perasaan lo sendiri?”“Begitulah. Gue tau banget kalau dia itu playboy brengsek, tapi kenapa gue malah nggak bisa lupain dia sih? Nama dan wajah dia tuh selalu muncul di otak gue! Padahal nggak pernah gue undang!” sungut Jill, kesal sendiri dengan perasaannya.“Lo tau darimana kalau dia playboy brengsek?”“Cowok kayak dia pasti udah sering mainin cewek, Gwen! Masa lo nggak tau sih? Biasanya lo jauh lebih peka daripada gue!”“Justru karena gue lebih peka daripada lo makanya gue tanya kenapa lo bisa yakin kalau dia itu playboy brengsek? Emang lo udah liat sendiri buktinya?”Jill terdiam mendengar pertanyaan Gwen. Otaknya mencoba mengingat-ingat.“Pernah!”“Contohnya
Jessie masuk ke dalam rumah dengan senyum lebar. Puas karena sudah berkeliling mall hampir seharian ini. Hal yang sudah lama tidak dilakukannya. Jujur Jessie kangen dengan mall di Jakarta, jadi tidak heran kalau sejak tadi dirinya tidak bisa berhenti menjelajah hingga Revel begitu jengkel padanya.Sebagai pria, Jessie yakin kalau Revel tidak pernah berkeliling mall seperti yang tadi dilakukannya. Bukankah pria memang seperti itu? Jika harus ke mall akan langsung pergi ke tempat yang dituju dan enggan melihat sekeliling? Tidak heran kalau Revel kesal padanya. Mungkin karena lelah?Pikiran Jessie mengenai Revel langsung buyar saat mendengar suara papanya.“Bagaimana acara jalan-jalan kamu dengan Revel hari ini?” tanya Mr. Bobby pada Jessie.Jessie menoleh kaget, tidak menyadari kalau papanya sedang menunggu di ruang keluarga, mungkin saking senangnya jadi Jessie tidak menyadari kehadiran papanya!“Papa tumben udah pulang jam segini?” tanya Jessie tanpa menjawab per
“Mama undang tamu?” tanya Revel, pusing mendadak dengan kegaduhan yang terjadi di rumahnya meski pelakunya belum terlihat sama sekali. “Nggak. Paling uncle Nick dan keluarganya. Mereka kan memang seperti itu, selalu rusuh dimanapun berada!” jawab mama Claire santai.Revel menoleh dan ternyata benar saja. Uncle Nick, aunty Valerie, Keanu serta Kezia masuk ke dalam ruang makan hingga ruangan langsung begitu berisik karena kehadiran empat orang ini. Empat orang tapi berasa kayak empat puluh orang! Rusuh abis! Apalagi Keanu dan Kezia langsung berbaur dengan Brian dan Brianna! Revel terabaikan seorang diri karena memang hanya dirinya yang usianya berbeda jauh dengan yang lain! Nasib anak yang lahir di luar nikah, hadir tanpa direncanakan lebih dulu karena saat itu orangtuanya masih begitu belia! “Hi, Valerie! Tumben datang kesini tapi nggak ngabarin dulu?” tanya Claire heran, mengabaikan keberadaan sahabatnya, Nick. Tidak heran kalau Claire hanya menyapa Valerie,
“Kamu keberatan membantu mereka, Claire? Kenapa?” tanya Levin memastikan, heran.Tidak biasanya Claire menolak membantu secara terang-terangan seperti ini. Apalagi persahabatan antara Claire dan Nick sudah terjalin selama beberapa dekade, sejak mereka masih bocah ingusan sampai sudah setengah tua begini! Tidak heran kalau dulu Levin begitu cemburu dengan kedekatan mereka yang terlihat bagaikan sepasang kekasih yang tak terpisahkan! Untung pikiran buruknya tidak terbukti dan Claire bisa menjadi miliknya, sedangkan Nick nyatanya berjodoh dengan Valerie, yang adalah sepupu Levin. Jodoh memang tidak ada yang bisa menebak. Mereka hanya bisa pasrah mengikuti alur cerita yang sudah Tuhan buat. “Aku nggak bilang keberatan, Levin. Tapi aku memang kurang setuju dengan usul kamu.”“Apa maksudnya?” tanya Levin, belum paham. “Begini, jika kita melakukan ide kamu barusan. Anak-anak mereka, atau lebih tepatnya Keanu, hanya akan patuh sama aku. Itu pun andai aku berhasil