Levin terbahak mendengar pertanyaan putranya. Sadar kalau Revel mungkin trauma, apalagi sifat Jill mirip dengan istrinya!
“Kamu takut punya pasangan yang sifatnya seperti Mama kamu?” tanya Levin masih dengan gelak tawanya. Revel hanya nyengir mendengar pertanyaan sang papa.“Lumayan, Pa. Aku nggak yakin bisa sesabar dan setahan banting Papa.”“Kamu pasti bisa. Nggak ada satu hal pun yang nggak bisa dilakukan kalau seorang pria sudah benar-benar mencintai wanita itu, Revel. Semenyebalkan apapun pasangan hidup kamu atau wanita yang kamu cintai, tapi pada akhirnya kamu akan berusaha untuk memahami dan juga mendapatkan hatinya kembali. Yang kamu perlu lakukan hanya berjuang hingga wanita itu luluh,” jawab Levin.“Tapi untuk saat ini, lebih baik kamu lepaskan Jill dulu, setidaknya sampai wanita itu menyadari perasaannya. Setelah Jill menyadari perasaannya terhadap kamu dan tidak lagi menyangkal hatinya sendiri, di saat itulah kamu mulai berjuang,” lanjut Levin sambil men“Hmm… samperin langsung aja deh!” putus Revel, tidak peduli jika Jill akan kembali kesal padanya. Revel sudah biasa menerima amukan Jill!Tanpa dapat dicegah, Revel melangkah mendekati kursi mereka dan duduk begitu saja disamping Jill, tidak peduli kalau wanita itu kaget dengan kedatangannya yang begitu tiba-tiba, karena Revel tadi juga kaget dan tidak menyangka akan bertemu Jill disini!Itulah yang dinamakan takdir dan jodoh! Iya kan?“Lo kok bisa disini sih?” tanya Jill tidak bisa menutupi keheranannya.“Bisalah! Ini kan café. Tempat umum!” balas Revel enteng.“Lo nggak ngikutin gue kan?” tuduh Jill membuat Revel terbahak.“Mau banget diikutin sama gue?” ejek Revel membuat Jill dongkol.“Tanpa gue ikutin aja kita udah ketemu terus, itu namanya jodoh!” lanjut Revel. Jill berdecak, enggan menanggapi ucapan Revel yang terdengar ngaco di telinganya. Jodoh? Bukankah mereka hanya sekedar partner se-ks? Tidak mungkin beralih status! Apalagi pria itu
Jill masuk ke dalam mobil miliknya dengan dada berdegup kencang, masih tidak menyangka kalau Revel akan mengatakan hal segila itu padanya, di depan Gwen pula! Meski hanya bercanda, tapi bukankah itu sudah keterlaluan? Bagaimana bisa Revel bercanda mengenai hal seperti itu? Bagaimana kalau ada yang mendengar dan menganggap serius ucapan Revel? Tentu bisa bahaya dan akan berubah menjadi gosip! ‘Tapi kenapa tadi pas Revel ngomong kayak gitu lo malah jadi berharap, Jill? Udah gila kali ya berharap cowok brengsek kayak Revel beneran ngelamar lo? Nggak mungkin!’ batin Jill, frustasi dengan hatinya sendiri yang kacau balau hanya karena ucapan ngawur dari seorang Revel. Gila memang! Jill tidak menyangka kalau Revel bisa mengacaukan hati dan pikirannya sampai separah ini! Dulu saat Alvaro mengkhianatinya saja Jill tidak sekacau ini! Padahal Alvaro mengkhianati hubungan yang sudah terjalin selama 3 tahun! Tapi Revel, pria yang baru dikenalnya dalam waktu kurang d
Jill tidak tau apakah Cinthya sedang memuji atau menyindirnya. Abaikan saja, Jill tidak mau ambil pusing dan hanya tersenyum simpul tanpa merespon. “Btw lo kesini sendiri?” tanya Cinthya lagi karena Jill hanya menjawab dengan senyuman.“Yups begitulah!”“Mau gue kenalin sama temen gue nggak? Banyak yang masih jomblo lho!” bisik Cinthya berpromosi. Jill hanya terkekeh pelan dan menggeleng yakin.“Thank you tawarannya tapi kayaknya untuk saat ini nggak dulu deh karena gue mau fokus kelarin kuliah,” elak Jill, tidak ingin memperumit keadaan hidupnya. Berhubungan dengan Revel saja sudah bikin Jill sakit kepala, jadi Jill tidak ingin menambah beban pikirannya lagi dengan kehadiran pria lain yang entah darimana asalnya! Lebih baik mikirin kuliah biar cepat kelar!Dan lagi Jill masih perlu waktu untuk recovery. Memulihkan hatinya yang terluka akibat pengkhianatan Alvaro. Setidaknya untuk selanjutnya Jill harus benar-benar menyeleksi pria yang mendekati dirinya kan
Jill melempar kunci mobilnya, yang dengan sigap ditangkap oleh Revel. Seulas senyum tipis namun penuh kemenangan menghampiri wajah Revel, sayang Jill tidak menyadarinya. Atau sadar tapi tidak peduli? Entahlah!“Masuk!” perintah Revel, bersikap seolah itu mobil miliknya sendiri membuat Jill semakin kesal. Tapi kekesalan Jill sirna saat menatap tangan Revel yang menyetir dengan luwes, otot tangan pria itu terlihat begitu maskulin. Begitu jantan. Begitu menggoda dan memanggil untuk disentuh! Jill harus sekuat tenaga menahan diri untuk tidak mengikuti keinginan gilanya!‘Fokus, Jill! Jangan mikir aneh-aneh!’Jill memaki dirinya sendiri dalam hati berulang kali, namun pikiran Jill bukannya menurut malah beralih memikirkan hal yang lebih gila! Jill malah membayangkan tubuh atletis Revel yang tampak polos di depan matanya beberapa malam lalu. Sial!Tubuh yang selalu dapat membuatnya speechless!Tubuh yang selalu dapat membuat Jill menelan saliva dan tidak sabar ing
Revel tersenyum tipis, memahami maksud Jill. Wanita itu pasti berusaha menghindari suasana romantis di antara mereka. Suasana yang bisa membawa mereka kembali melakukan hal terlarang. ‘Kita lihat saja nanti siapa yang menjadi pemenangnya!’ batin Revel licik. “Okay!” balas Revel enteng. Revel menuangkan salah satu wine yang memiliki kadar alkohol paling rendah dan menyodorkannya pada Jill yang langsung menyesapnya perlahan, menikmati aroma harum yang begitu memabukkan.“Gue belum pernah ngerasain wine seenak ini,” puji Jill.“Tentu aja. Usia wine ini jauh lebih tua daripada umur lo,” jawab Revel sambil menampilkan senyum mautnya. Senyum yang bisa membuat wanita manapun panas dingin. Senyum yang bisa membuat wanita manapun berdebar.Senyum yang bisa membuat wanita manapun terpesona. Tidak terkecuali Jill! Tidak heran kalau hati Jill kian berdesir! Jill berdeham dan mengalihkan pandangan, enggan menatap Revel lebih lama. Takut hatinya goya
Jill hanya bisa menahan nafas saat dada bidang Revel menempel erat dengan dadanya sendiri. Tidak heran karena malam ini Jill mengenakan heels setinggi 8 cm hingga perbedaan tinggi badannya dengan Revel tidak terlalu jauh! Kenapa bisa kebetulan seperti ini sih? Tau begitu Jill pake flat shoes aja!“Lo mau apa sih? Minggir!” ketus Jill menahan gejolak gairah yang semakin menggila. Sungguh, akal sehat Jill hampir raib akibat tindakan Revel yang seperti ini, disaat dadanya dihimpit oleh pria tampan di hadapannya. Pria yang selalu dapat memuaskannya berulang kali, belum lagi dengan tatapan Revel yang terlihat begitu menuntut. Dan terlihat sangat menggoda! Brengsek!“Gue jadi penasaran. Dari omongan lo tadi menyiratkan kalau lo menyesal telah melakukan hal itu dengan pria yang bukan suami lo, tapi sepertinya tubuh lo berkata lain!” ejek Revel dengan senyum sinis. “Jangan sok tahu!” bantah Jill, sekuat tenaga menyangkal dan menahan diri agar tidak terpengaruh dengan tinda
Revel tersenyum smirk saat mendengar jawaban wanita dibawahnya. Tanpa ragu Revel kembali melakukan kegiatannya. Hujamannya semakin cepat. Tubuh mereka berpeluh dan berayun liar. Revel dengan gemas melumat bukit kenyal yang bergoyang liar akibat hentakannya membuat Jill semakin melayang!Revel mempercepat gerakannya saat tubuh Jill terasa menegang, tanda kalau wanita itu sebentar lagi akan mencapai puncak dan jerit kepuasan yang lolos dari bibir Jill membenarkan dugaan Revel!“Argh! Revel!” pekik Jill sambil memeluk tubuh pria yang berada di atasnya erat-erat.Revel balas memeluk Jill, membiarkan wanita itu menikmati pelepasan keduanya sebelum kembali bergerak, hendak mencari kepuasannya sendiri. Dengan mudah Revel membalik tubuh ramping Jill yang sudah terkulai lemas. Menghujamnya dengan gaya lain. Doggy style. Rasanya terasa semakin sempit membuat Revel menggila. Rintihan Jill bersahut-sahutan dengan deru nafas Revel yang terdengar semakin memburu. Jill meraih apap
Revel terbangun lebih dulu, matanya tidak bosan menatap wajah Jill. Wajah dari wanita yang telah disukainya sejak lama. Sejak dirinya masih begitu polos dan belum mengenal arti cinta sampai saat ini dimana Revel sudah dapat memberikan kenikmatan duniawi pada wanita yang masih asyik terlelap disamping tubuh polosnya.Revel tidak menyangka kalau bercinta dengan Jill akan senikmat ini. Berulang kali mereka mencoba gaya baru, bersama mencari kepuasan. Saling mengimbangi gerakan satu sama lain tanpa ada rasa malu. Saling mengutarakan apa yang mereka inginkan di atas ranjang.Merealisasikan apa yang ada di dalam otak liar mereka dengan gairah menggebu. Merealisasikan apa yang ada di dalam hati tanpa ragu. Gerakan Jill membuat Revel tersenyum lebar, apalagi saat tanpa sadar selimut bagian atas yang menutupi dada Jill tersibak begitu saja tanpa wanita itu sadari. ‘Lo sengaja mau godain gue, Baby?’ batin Revel dengan senyum smirk.Dengan lembut Revel mulai menyesap
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin