Bayar uang sewa? Kenapa mamanya jadi matre begini? Apa uang belanja yang papanya kasih masih kurang banyak sampe mau jadi ibu kost begini? Dan bukankah mamanya memiliki penghasilan sendiri dari saham meski hanya berdiam diri di rumah?
“Tapi, Ma….”“Itu syaratnya. Kalau setuju kamu boleh tinggal disini, tapi kalau nggak, silahkan kamu cari tempat lain!” putus Claire dengan nada final.“Kenapa harus begitu sih, Ma?” protes Revel jadi malu dan tidak enak hati sendiri.Dirinya tidak menyangka kalau mamanya akan memungut bayaran dari Jill, padahal kekasihnya itu sedang kesulitan keuangan! Keterlaluan!“Lho, Mama hanya ingin membuktikan ucapan Jill barusan. Bukannya kamu bilang ingin belajar mandiri, Jill? Kalau kamu hanya menumpang hidup di rumah orang tanpa melakukan apapun, malahan kamu nggak akan bisa mandiri kan?” tanya Claire dengan penekanan di setiap kata ‘mandiri’.Jill mengangguk kaku, sadar akan kebenaran dari ucapan tante Claire.“Tapi saya belum“Pa, bagaimana kelanjutan kerjasama antara Papa dengan Om Edbert?” tanya Alvaro pada papanya saat mereka sedang sarapan pagi bersama seperti biasa.“Kenapa? Apa kamu sudah tidak sabar agar dapat memperistri Jill? Kamu cinta sama dia?” tanya Yosua pada putranya. Alvaro hanya mengangkat bahu saat mendengar godaan sang papa.“Apa perlu cinta untuk menikah? Aku rasa tidak, Pa!” Yosua terkekeh mendengar jawaban putranya yang ternyata memiliki pemikiran yang sama persis dengan dirinya. Apa itu cinta? Tidak penting! Pernikahan hanyalah sebuah status agar dipandang hormat oleh orang lain, apalagi jika menikah dengan pengusaha yang sederajat atau malah lebih tinggi daripada mereka.Dan yang lebih penting lagi, pernikahan hanyalah status agar mereka dapat menyalurkan hasrat se-ks kepada pasangannya, karena jika tidak, pasti akan dianggap berzina! Meski yang sebenarnya terjadi, baik setelah menikah pun mereka tetap bisa jajan di luar, mencari wanita yang jauh lebih m
Jill merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal, hari pertama bekerja tubuhnya seolah remuk. Otaknya terasa panas karena harus belajar banyak hal baru. Siapa yang akan menyangka kalau ternyata teori saat kuliah dengan praktek di kantor akan beda jauh begini! Hah, rasanya percuma kuliah bertahun-tahun! Hanya untuk meraih gelar!Jill keluar menuju lobby kantor dengan raut penat, bahkan tidak menyadari sekeliling hingga satu suara memanggil namanya. Revel.“Hei, gimana kerja di hari pertama?”“Begitulah, lumayan capek,” aku Jill dengan wajah lelah yang tampak jelas. Revel tersenyum paham.“Ya udah, sekarang sebelum pulang kita makan malam dulu yuk? Biar sampai rumah kamu bisa langsung mandi dan istirahat.”“Nanti kamu ditanyain sama Mama kamu nggak? Aku nggak enak, karena biasa kan kamu selalu makan malam di rumah, Revel.”“Aku udah bilang Mama kok tadi dan Mama juga udah oke.”“Oh okay kalau gitu.”“Let’s go!” ajak Revel sambil menggandeng tangan san
Jill meronta hendak melepaskan diri, tidak ingin ikut pulang ke rumah, namun sepertinya tenaga wanita memang tidak dapat melawan tenaga pria. Jill terpaksa masuk ke dalam mobil papanya dengan wajah memberengut kesal.Tidak ada perbincangan sama sekali selama perjalanan sampai tiba di rumah. Aura di dalam mobil terasa sangat mencekam, bahkan supir pun takut untuk mengeluarkan suara meski hanya sedikit! Mama Lea menyambut kepulangan suaminya dan terpekik kaget saat melihat Jill muncul bersama sang suami.“Astaga! Akhirnya kamu pulang juga, Jill!”“Aku bukannya pulang, Ma. Tapi Papa yang menyeretku kesini disaat aku sedang bekerja!” balas Jill ketus.“Papa akan pastikan kalau kamu tidak bisa lagi keluar dari rumah ini, kecuali saat kamu telah resmi menikah dengan Alvaro!” tegas papa Edbert dengan suara mutlak.“Papa nggak bisa maksa aku untuk menikah dengan Alvaro. Aku nggak akan pernah mau!” teriak Jill kalap karena setelah sekian minggu berlalu ternyata sang papa
Gwen mondar mandir dengan gelisah di kamarnya, ucapan mama Lea barusan di telepon membuat Gwen kembali panik. Bagaimana tidak? Jill dipaksa pulang oleh papanya dan sekarang dikurung di kamar sampai tiba hari pernikahannya dengan Alvaro diadakan? GILA! Ini sangat amat gila! Dan parahnya Revel sedang tidak ada di Jakarta, bagaimana ini? Gwen harus mengadu pada siapa? Dan saat dirinya lagi pusing begini, ponselnya malah berdering. Nomor asing. Dengan malas Gwen mengabaikannya. Otaknya sudah sumpek, ini ada lagi panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Bikin tambah pusing aja!Tapi Gwen akhirnya harus menyerah karena sang penelepon tampak begitu gigih! Tidak berhenti menghubunginya meski sudah diabaikan berkali-kali. Gwen belum sempat memaki sang penelepon saat terdengar suara seorang wanita. Terdengar begitu lembut namun tegas membuat makiannya tertahan begitu saja.Gwen tidak mengira kalau yang menelepon adalah salah satu staff dari perusahaan tempat Jill bekerja, yang be
“Apa Jill tidak bisa membujuk Papanya untuk mengubah keputusan?” tanya Claire.“Jill sudah mencobanya, tapi Om Edbert tetap pada keputusannya. Bahkan menurut Tante Lea, Jill sudah memohon dengan berbagai macam cara, tapi tidak digubris sama sekali oleh Om Edbert!” keluh Gwen bingung campur kesal, jika boleh Gwen ingin sekali memaki om Edbert, tapi sayang Gwen masih sadar kalau itu tidak sopan.Meski kalau boleh jujur, Gwen memang sudah tidak respect dengan sikap om Edbert. Bagaimana bisa hormat kalau pria itu membuat hidup sahabatnya sengsara? Gwen memperhatikan pasangan di depannya, hanya bisa berharap kalau orangtua Revel dapat membantunya. Itulah harapan Gwen saat memutuskan datang ke kantor ini! “Bagaimana menurut kamu, Claire?”“Entahlah, Levin. Aku bingung. Jujur saja kita tidak memiliki hak untuk menentang pernikahan tersebut. Apalagi kamu juga tau sendiri kalau Edbert memang belum memberikan restunya atas hubungan Revel dengan Jill!” jawab Claire, terin
Revel memandang ponselnya dengan kening berkerut heran, sudah dua hari terakhir ini dirinya tidak bisa menghubungi Jill. Ponselnya selalu tidak aktif! Kemana kekasihnya itu? Apakah Jill sedang sangat sibuk dengan pekerjaan di kantor? ‘Ya, mungkin saja begitu. Jangan berpikiran negative, Revel,’ batin Revel berusaha menenangkan kegelisahan hatinya.Namun hingga keesokan harinya, Jill masih belum bisa dihubungi dan tanpa dapat dicegah rasa gelisah Revel berubah menjadi rasa curiga. Curiga terjadi sesuatu di Jakarta. Curiga terjadi sesuatu pada kekasihnya, karena tidak biasanya Jill tidak bisa dihubungi seperti ini. Biasanya mereka selalu rutin bertukar kabar setiap hari!Jill memang pernah tidak bisa dihubungi saat kabur dari rumahnya dulu, tapi bukankah sekarang Jill berada di rumahnya? Tidak mungkin wanita itu kabur lagi kan?Tapi jika benar terjadi sesuatu, kenapa orangtuanya tidak memberitahu Revel? Padahal Jill tinggal di rumah orangtuanya! Bahkan bekerja di peru
Siapa yang menyangka kalau pria sepopuler Revel yang sering dikelilingi oleh banyak wanita cantik bisa menahan diri sampai sekian lama? Apakah ini nyata? Apakah benar Jill adalah satu-satunya wanita yang pernah merasakan kehebatan Revel di atas ranjang? Astaga! Pengakuan Revel membuat hati Jill membuncah oleh rasa bahagia. Bahagia karena tidak mendapat barang bekas dari wanita lain!“Kamu serius?”“Sangat amat serius, Sayang.”“Tapi kok kamu jago banget ngerjain aku di atas ranjang? Kayak cowok yang udah punya banyak pengalaman!” tanya Jill, masih ada sedikit rasa curiga mengingat betapa hebatnya kemampuan Revel di atas ranjang yang selalu dapat membuatnya puas dan terkapar kelelahan akibat gempuran juniornya!Lagi, pertanyaan Jill membuat Revel terbahak geli, setelah tawanya mereda barulah Revel menjawab keheranan kekasihnya sambil berbisik lirih, sengaja menggoda Jill.“Blue film bisa diakses dengan mudah, Beb. Aku tinggal belajar dari video itu dan prakte
Keesokan harinya….Jessie memandang rumah Gwen dengan ragu, sebenarnya Jessie hendak langsung menuju ke rumah Jill, tapi karena rumah Gwen lebih dekat dari rumahnya jadi Jessie memutuskan mengubah tujuan.‘Lebih baik ajak Gwen dulu, baru setelah itu dateng berdua ke rumah Jill!’ putus Jessie dan dalam sekejap mata dirinya sudah tiba di depan rumah Gwen dengan perasaan canggung, takut ditolak. Apalagi gadis itu tidak kalah ketus dari Jill! Sebelas dua belas makanya bisa jadi sahabat!Jessie menunggu di ruang tamu dengan sedikit cemas, tidak tau apakah kehadirannya akan disambut dengan baik atau tidak.“Jessie?” tanya Gwen heran dengan kedatangan tamu yang tidak disangkanya.“Hei, sorry ganggu.”“Nggak apa, gue cuma heran aja,” balas Gwen jujur.Jessie menghela nafas lega, setidaknya kedatangan dirinya tidak ditolak oleh si pemilik rumah! Syukurlah!“Gue mau ngajak lo main ke rumah Jill.”“Ke rumah Jill? Ngapain?” tanya Gwen semakin heran.Situa
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin