“Apa Jill tidak bisa membujuk Papanya untuk mengubah keputusan?” tanya Claire.
“Jill sudah mencobanya, tapi Om Edbert tetap pada keputusannya. Bahkan menurut Tante Lea, Jill sudah memohon dengan berbagai macam cara, tapi tidak digubris sama sekali oleh Om Edbert!” keluh Gwen bingung campur kesal, jika boleh Gwen ingin sekali memaki om Edbert, tapi sayang Gwen masih sadar kalau itu tidak sopan.Meski kalau boleh jujur, Gwen memang sudah tidak respect dengan sikap om Edbert. Bagaimana bisa hormat kalau pria itu membuat hidup sahabatnya sengsara?Gwen memperhatikan pasangan di depannya, hanya bisa berharap kalau orangtua Revel dapat membantunya. Itulah harapan Gwen saat memutuskan datang ke kantor ini!“Bagaimana menurut kamu, Claire?”“Entahlah, Levin. Aku bingung. Jujur saja kita tidak memiliki hak untuk menentang pernikahan tersebut. Apalagi kamu juga tau sendiri kalau Edbert memang belum memberikan restunya atas hubungan Revel dengan Jill!” jawab Claire, terinRevel memandang ponselnya dengan kening berkerut heran, sudah dua hari terakhir ini dirinya tidak bisa menghubungi Jill. Ponselnya selalu tidak aktif! Kemana kekasihnya itu? Apakah Jill sedang sangat sibuk dengan pekerjaan di kantor? ‘Ya, mungkin saja begitu. Jangan berpikiran negative, Revel,’ batin Revel berusaha menenangkan kegelisahan hatinya.Namun hingga keesokan harinya, Jill masih belum bisa dihubungi dan tanpa dapat dicegah rasa gelisah Revel berubah menjadi rasa curiga. Curiga terjadi sesuatu di Jakarta. Curiga terjadi sesuatu pada kekasihnya, karena tidak biasanya Jill tidak bisa dihubungi seperti ini. Biasanya mereka selalu rutin bertukar kabar setiap hari!Jill memang pernah tidak bisa dihubungi saat kabur dari rumahnya dulu, tapi bukankah sekarang Jill berada di rumahnya? Tidak mungkin wanita itu kabur lagi kan?Tapi jika benar terjadi sesuatu, kenapa orangtuanya tidak memberitahu Revel? Padahal Jill tinggal di rumah orangtuanya! Bahkan bekerja di peru
Siapa yang menyangka kalau pria sepopuler Revel yang sering dikelilingi oleh banyak wanita cantik bisa menahan diri sampai sekian lama? Apakah ini nyata? Apakah benar Jill adalah satu-satunya wanita yang pernah merasakan kehebatan Revel di atas ranjang? Astaga! Pengakuan Revel membuat hati Jill membuncah oleh rasa bahagia. Bahagia karena tidak mendapat barang bekas dari wanita lain!“Kamu serius?”“Sangat amat serius, Sayang.”“Tapi kok kamu jago banget ngerjain aku di atas ranjang? Kayak cowok yang udah punya banyak pengalaman!” tanya Jill, masih ada sedikit rasa curiga mengingat betapa hebatnya kemampuan Revel di atas ranjang yang selalu dapat membuatnya puas dan terkapar kelelahan akibat gempuran juniornya!Lagi, pertanyaan Jill membuat Revel terbahak geli, setelah tawanya mereda barulah Revel menjawab keheranan kekasihnya sambil berbisik lirih, sengaja menggoda Jill.“Blue film bisa diakses dengan mudah, Beb. Aku tinggal belajar dari video itu dan prakte
Keesokan harinya….Jessie memandang rumah Gwen dengan ragu, sebenarnya Jessie hendak langsung menuju ke rumah Jill, tapi karena rumah Gwen lebih dekat dari rumahnya jadi Jessie memutuskan mengubah tujuan.‘Lebih baik ajak Gwen dulu, baru setelah itu dateng berdua ke rumah Jill!’ putus Jessie dan dalam sekejap mata dirinya sudah tiba di depan rumah Gwen dengan perasaan canggung, takut ditolak. Apalagi gadis itu tidak kalah ketus dari Jill! Sebelas dua belas makanya bisa jadi sahabat!Jessie menunggu di ruang tamu dengan sedikit cemas, tidak tau apakah kehadirannya akan disambut dengan baik atau tidak.“Jessie?” tanya Gwen heran dengan kedatangan tamu yang tidak disangkanya.“Hei, sorry ganggu.”“Nggak apa, gue cuma heran aja,” balas Gwen jujur.Jessie menghela nafas lega, setidaknya kedatangan dirinya tidak ditolak oleh si pemilik rumah! Syukurlah!“Gue mau ngajak lo main ke rumah Jill.”“Ke rumah Jill? Ngapain?” tanya Gwen semakin heran.Situa
“Apa kita culik Jill aja?” usul Jessie gila hingga Gwen mendelik kaget.“Lo kalo kasih usul nggak bisa yang beneran dikit apa? Lagian gimana mau nyulik kalau ketemu aja nggak bakal boleh?!” Jessie menggaruk rambut panjangnya sambil nyengir bersalah saat disemprot oleh Gwen. Disemprot dengan omelan maksudnya, bukan sama air! Emang Jessie kucing!“Terus gimana donk? Kasian juga, dia pasti lagi stress banget sekarang dan perlu temen buat cerita. Apalagi kata lo tadi Jill nggak bisa dihubungi sama sekali kan karena dipingit dadakan?” gumam Jessie.“Gue tau, cuma ya gimana? Om Edbert pasti nggak akan ngebolehin gue pergi sama Jill, secara dia tau kalau gue akrab banget sama Jill, takutnya dikira gue kongkalikong (kerjasama) nanti. Om Edbert bisa aja mikir kalau gue mau bawa kabur Jill,” keluh Gwen dengan pandangan menerawang. Sibuk dengan pikirannya sendiri.“Gue punya ide!” teriak Jessie sambil menepuk kedua tangannya dengan semangat membuat Gwen mengumpat karena t
Jessie melangkah riang sambil mengeluarkan ponsel. Mengetik beberapa kata pada Gwen yang pasti sedang menanti kabarnya dengan harap-harap cemas.‘MISSION COMPLETED. SEDANG MENJEMPUT TARGET KE SARANG!’ tulis Jessie.Gwen tersenyum senang saat membaca pesan yang dikirimkan oleh Jessie, tanpa sadar tangannya terkepal dan berteriak girang,“Yesss!”Akhirnya Jessie berhasil, sumpah Gwen pasti akan mentraktirnya makan enak nanti. Coba kalau tidak ada gadis bawel itu, bisa jadi Jill masih mati kebosanan dan frustasi seorang diri tanpa ada teman untuk berbagi cerita! Padahal masalah yang dihadapi Jill tidaklah mudah. Gwen tidak menyangka kalau Jessie bagaikan dewi penolong bagi Jill di saat terdesak seperti ini! Jessie berdiri di depan pintu kamar Jill dan mengetuknya perlahan. Tidak terdengar suara apapun membuatnya bingung.‘Langsung masuk aja apa nunggu jawaban ya?’ Jessie masih tampak begitu galau saat pintu kamar dibuka dari dalam hingga Jessie terlon
Jill menoleh, penasaran hendak melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Padahal dirinya sedang berbincang dengan mamanya. Dan rasa penasaran Jill berganti dengan kekagetan saat melihat siapa yang datang. Jessie! Kenapa gadis itu bisa datang ke rumahnya? Siapa yang akan menyangka kalau Jessie bisa masuk ke kamarnya? Sejak kapan papanya mengizinkan Jill bertemu dengan temannya semenjak dikurung? Bahkan Gwen pun dilarang bertemu dengannya! Jill bagaikan seorang narapidana yang tidak diperbolehkan bertemu dengan siapapun! Tapi kali ini adalah pengecualian! Apakah Jessie adalah bala bantuan yang sengaja dikirim Tuhan untuk Jill? Bisa saja kan? Apa itu artinya doa Jill terjawab? Semoga saja iya! “Hei, apa kabar lo, Sister?” tanya Jessie santai, tanpa beban. Berbanding terbalik dengan keadaan Jill yang sudah kusam saking frustasinya.“Kenapa lo bisa datang ke rumah gue? Ada perlu apa?” tanya Jill dengan rasa penasaran yang memuncak.“Mau ajak lo keluar lah!”“
Melbourne…..“Fucking shittt!” maki Revel marah.Revel tidak menyangka kalau orangtuanya akan menyembunyikan masalah sepenting ini darinya. Bagaimana bisa dirinya sebagai kekasih Jill tidak tau kalau wanitanya akan menikah dengan pria lain? Revel memang tau kalau Jill dijodohkan dengan Alvaro, tapi Revel tidak tau kalau Jill akan dipaksa menikah dalam waktu dekat ini! Sialll! Revel membuka aplikasi, memilih jadwal penerbangan paling cepat. Namun lagi-lagi hanya umpatan yang keluar dari bibirnya saat menyadari kalau jadwal penerbangan tercepat hanyalah besok sore! Ya sudahlah tidak apa, semoga saja masih cukup waktu untuk menghalangi pernikahan Jill dengan pria sialan itu! Sampai kapanpun Revel tidak akan pernah rela melihat Jill menikah dengan pria lain! Terlebih dengan pria brengsek seperti Alvaro!*** “Gwen!” pekik Jill.“Jill! Akhirnya gue bisa ketemu sama lo! Gimana keadaan lo?” tanya Gwen prihatin saat melihat keadaan sahabatnya, tampak jelas waja
“Errr… kayaknya bukan kita deh, Gwen. Tapi lo aja, karena gue kan udah mau balik ke Amrik,” potong Jessie dengan raut sedih, teringat akan kebersamaan mereka yang akan berakhir sebentar lagi. Berakhir dalam hitungan jam.Sebenarnya jika boleh memilih, Jessie juga ingin tetap berada di Jakarta. Meski baru mengenal Jill dan Gwen sebentar, tapi rasanya sudah begitu nyaman, namun Jessie bisa apa? Toh dirinya sebagai seorang anak hanya bisa mengikuti keinginan orangtua!Sama seperti Jill! Mereka adalah anak yang tidak memiliki pilihan lain selain menuruti apa kata orangtua! Nasib! “Lo mau balik ke Amrik?” tanya Jill kaget, baru sadar kalau ada maksud terselubung dari acara jalan-jalan ini, selain untuk menghibur dirinya tentu saja.Jessie mengangguk, membenarkan dengan berat hati.“Ini farewell party kita.”“Kapan lo berangkat?”“Minggu depan.”“Padahal gue baru nganggep lo teman, tapi kenapa lo udah mau balik aja sih?”“Berarti dari kemarin lo nggak