Akhirnya Jill diperbolehkan pulang ke rumahnya setelah beristirahat selama seminggu lebih di rumah sakit. Jill bersyukur dirinya sudah benar-benar pulih dan bisa beraktivitas seperti biasa. Jill menoleh menatap Revel yang sudah mengantarnya pulang.
“Kamu mau mampir dulu?”“Besok aja. Sekarang lebih baik kamu istirahat, okay?” ucap Revel tidak terbantahkan.Meski masih ingin berada di sisi Jill, tapi Revel sadar kalau Jill baru saja pulih dari sakitnya, jadi lebih baik membiarkan Jill banyak-banyak istirahat.“Ya udah, aku masuk dulu ya,” jawab Jill patuh.“Okay, salam buat Mama kamu ya, sorry karena aku nggak bisa ketemu langsung.”“Nggak apa kok. Aku tau kamu masih sibuk urus hal lain,” jawab Jill bijak, tidak ingin bersikap egois. Sejak saat ini, dirinya harus bisa bersikap lebih dewasa!Urusan lain. Ya, mulai sekarang Jill tidak akan sudi untuk menyebut nama Alvaro. Sayang rasanya jika bibirnya harus mengucapkan nama pria yang memiliki sifat begitu kKening Jessie mengernyit saat mendengar pertanyaan sahabatnya, tampak berpikir. “Lima kalau nggak salah!”“Wow! Jadi janda tajir donk nyokap lo!” balas Gwen tanpa filter, anehnya Jessie malah terkekeh. Tidak tampak tersinggung atau kesal sama sekali. Mungkin karena memang kenyataannya benar seperti itu, jadi untuk apa protes atau merasa tersinggung kan? Lagipula itu hanya sekedar candaan, bukan ejekan!“Begitulah. Janda kembang dan janda tajir!” seloroh Jessie.“Tapi apa bokap tiri lo terima?”“Mau nggak mau harus terimalah! Btw gue belum sempat kasih tau lo,” ujar Jessie menatap Jill sambil menepuk keningnya. Gemas dengan penyakit pelupanya yang semakin parah. Padahal masih muda!“Soal apa?”“Om Levin bantuin kasus nyokap gue, makanya bokap tiri gue itu nggak berani macam-macam,” beritahu Jessie.“Bantuin gimana maksudnya?”“Ya gitu, semua informasi busuk mengenai bokap tiri gue ada di tangan Om Levin. Sumpah, gue nggak tau gimana cara Om Levin
Jill sedang bersantai di kamarnya, membaca setiap komentar yang masuk mengenai video Alvaro. Begitu banyak kalimat hinaan yang berada disana. Jill yakin kalau Alvaro akan langsung merasa down setelah membaca komentar ini. Bagaimana tidak? Komentar netizen Indonesia memang paling kreatif dan menyakitkan! Jill menghentikan kesenangannya saat pintu kamarnya diketuk dan muncul wajah Revel. Wajah yang dirindukannya.“Hei!” sapa Jill dengan senyum lebar.“Gimana keadaan kamu hari ini?”“Aku udah baik-baik aja, Revel. Jangan khawatir,” jawab Jill, bosan mendengar pertanyaan itu terus menerus meski dari orang yang berbeda-beda.“Syukurlah.”Kamar Jill terasa hening membuat wanita itu kebingungan, tidak biasanya Revel terlihat gelisah seperti ini. Bukankah masalah mereka sudah beres? Kasus Alvaro sudah tinggal menunggu putusan hakim. Jill sudah resmi bercerai dari Alvaro sejak beberapa hari yang lalu. Bahkan Jill sudah memegang surat cerainya! Jill bersyukur kar
Levin baru saja mengambil jasnya dan hendak keluar ruangan saat pintu ruangannya kembali terbuka dan muncul wajah yang sudah lama tidak dilihatnya. Nick. Ya, pria itu sedang sibuk dengan perusahaan mereka yang berada di Seattle (Washington – Amerika).“Hei, Bro! Kapan balik?”“Kemarin. Lo udah mau pulang?” tanya Nick dengan alis terangkat heran, tidak biasanya Levin pulang cepat begini, kecuali jika sedang suntuk atau ada masalah.“Yupp! Biang kerok udah selesai semua jadi gue mau bersantai dulu. Sumpah gue stress banget dari kemarin,” aku Levin.“Siapa suruh Revel jatuh cinta sama Jill?”“Cinta mana bisa diatur sih?” bela Levin. “Iya sih, kayak lo yang udah terlanjur cinta sama Claire meski lo tau sendiri sebar-bar apa sikap cewek yang satu itu,” ledek Nick.“Bawel lo! Eh btw, gimana kabar anak-anak lo? Aman kan?” “Aman! Nggak percuma dulu gue minta bantuan Claire. Kelakuan Keanu udah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Valerie juga bisa bersikap
Claire berdesis saat Levin mulai bergerak. Gerakan yang awalnya lambat menjadi semakin cepat dan menghentak. Tubuh mereka berdua sudah berpeluh begitu banyak. Bukti kalau mereka sangat bersemangat melakukan olahraga ranjang yang bisa menguras tenaga dan kalori. Claire merintih, sudah tidak sanggup lagi menahan gempuran suaminya.“Levin…. Aku….”“Keluarkan saja, Sayang. Aku akan membuatmu mencapai klimaks berulang kali malam ini,” bisik Levin tanpa berhenti bergerak.Claire berteriak puas saat mendapat pelepasannya, tubuhnya lemas tapi milik suaminya masih terasa begitu tegak di dalam sana. Astaga! Claire hanya bisa pasrah saat suami perkasanya menggempur tubuhnya berulang kali sampai terasa remuk! Menghantamnya terus menerus. Nikmat tapi capek!“Tahan sebentar lagi, Sayang. Kita klimaks bersama,” pinta Levin saat gelombang kenikmatan bergerak mendekat dan gerakannya semakin menggila.“Arghhhhh!” geraman Levin diikuti dengan semburan lahar panasnya ke dalam rahim
Setibanya di kantor Jill, kedua gadis itu bergegas ke ruangan Jill, bukan hal yang sulit karena saat Jill baru masuk kerja, Gwen dan Jessie sudah pernah datang untuk memberi dukungan pada Jill yang masih merasa takut dengan respon orang lain terhadap dirinya. Meski semuanya sudah diklarifikasi, tapi tetap saja pada kenyataannya Jill memang berselingkuh dengan Revel saat masih resmi menjadi istri Alvaro. Hal itulah yang membuat Jill takut untuk muncul di depan publik, terutama di kantor papanya sendiri yang sekarang sedang menjalani hukuman! “Gile, padahal karyawannya udah pada pulang semua, tapi kenapa dia masih betah di kantor sih?” gerutu Jessie.“Kalo bos mungkin gitu kali ya? Lo doank kayaknya bos yang malas dan pengen cepet-cepet pulang!” ledek Gwen.“Kurang ajar!” dumel Jessie.Gwen mengangkat bahu cuek dan menggeleng pelan saat melihat Jill masih asyik berkutat dengan laptopnya. Tanpa menyadari kehadiran mereka sama sekali. Gwen berhitung tanpa suara, ha
Jill menoleh dan ternganga kaget saat melihat Revel benar-benar muncul di hadapannya. Nyata. Asli. Bukan halusinasi. Bukan ilusi. Bukan fatamorgana. Atau mimpi. “Revel?” lirih Jill masih tampak tidak percaya dengan penglihatannya.“Yes, Baby. I’m here! I miss you so much!” balas Revel dengan suara dalamnya yang terdengar semakin seksi di telinga Jill.Jill meletakkan dessert kesukaannya, mengabaikannya begitu saja. Wanita itu segera melesat hendak memeluk Revel yang balik memeluk wanitanya dengan erat, untuk melepaskan rasa rindu setelah berminggu-minggu mereka tidak bertemu.“Aku kangen kamu, My Princess.”“Aku juga, Revel. Kangen banget!” lirih Jill, semakin menenggelamkan diri ke dalam pelukan Revel yang selalu membuatnya nyaman.Hingga akhirnya berbagai macam pertanyaan muncul di benak Jill. Terpaksa, wanita itu melepaskan pelukannya dan menatap mata Revel lurus-lurus.“Kamu kenapa balik ke Jakarta tapi nggak bilang-bilang sama aku?” tanya Jill tidak
“Apaan sih, Jess?” gerutu Jill sambil mengelus dada karena kaget. Jessie tidak menjawab, namun matanya terarah pada jari manis Jill yang berkilau, tangan Jessie terjulur menarik tangan kiri Jill dan bertanya tajam,“Kapan Revel propose lo secara pribadi? Kemarin belum ada cincin ya di jari manis lo ini!” cecar Jessie, tidak terima karena Jill belum menceritakan hal penting itu pada mereka! Padahal harusnya Jill langsung lapor, memberitahu kabar bahagia! Gwen yang baru menyadari arti kekagetan Jessie juga langsung mengarahkan pandangannya pada jari manis Jill. Jari manis kiri yang sekarang dihiasi cincin berlian yang harganya tidak main-main! Bahkan kilaunya sampai menyilaukan mata! Lebay!“Lo udah di propose sama Revel tapi nggak bilang sama kita, Jill?” tuduh Gwen kesal karena merasa tidak dilibatkan dalam cerita bahagia sahabatnya.Jill meringis kecil, menyadari kesalahannya. Sebenarnya bukan tidak mau cerita, hanya saja Jill lupa! Revel baru mengejutkan Jill
Revel menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Akhirnya rangkaian acara pernikahan yang melelahkan selesai juga! Saat ini Jill sedang mandi di dalam sana. Pikiran Revel melayang, sedang berpikir akan melakukan hal apa saja pada Jill yang sekarang sudah resmi menjadi istri sahnya malam ini. “Aku pasti akan membuat kamu kelelahan malam ini, Baby!” gumam Revel dengan senyum smirk, persis seperti Levin jika ingin mengerjai Claire!Tepat setelah berpikir seperti itu, pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Jill dalam balutan baju tidur. Rambutnya masih basah dan aroma sabun menguar begitu kuat membuat Revel semakin tidak sabar. Membuat hasratnya kian bergejolak! “Revel? Kamu nggak mau mandi?” tanya Jill menyadarkan Revel dari imajinasi liar yang berkembang di dalam otaknya.“Mau donk!” Revel bergegas masuk ke dalam kamar mandi, hendak membersihkan diri secepat mungkin karena jika menundanya, maka akan semakin lama juga si junior masuk sangkar! Sedangkan si jun