Setibanya di kantor Jill, kedua gadis itu bergegas ke ruangan Jill, bukan hal yang sulit karena saat Jill baru masuk kerja, Gwen dan Jessie sudah pernah datang untuk memberi dukungan pada Jill yang masih merasa takut dengan respon orang lain terhadap dirinya.
Meski semuanya sudah diklarifikasi, tapi tetap saja pada kenyataannya Jill memang berselingkuh dengan Revel saat masih resmi menjadi istri Alvaro. Hal itulah yang membuat Jill takut untuk muncul di depan publik, terutama di kantor papanya sendiri yang sekarang sedang menjalani hukuman!“Gile, padahal karyawannya udah pada pulang semua, tapi kenapa dia masih betah di kantor sih?” gerutu Jessie.“Kalo bos mungkin gitu kali ya? Lo doank kayaknya bos yang malas dan pengen cepet-cepet pulang!” ledek Gwen.“Kurang ajar!” dumel Jessie.Gwen mengangkat bahu cuek dan menggeleng pelan saat melihat Jill masih asyik berkutat dengan laptopnya. Tanpa menyadari kehadiran mereka sama sekali. Gwen berhitung tanpa suara, haJill menoleh dan ternganga kaget saat melihat Revel benar-benar muncul di hadapannya. Nyata. Asli. Bukan halusinasi. Bukan ilusi. Bukan fatamorgana. Atau mimpi. “Revel?” lirih Jill masih tampak tidak percaya dengan penglihatannya.“Yes, Baby. I’m here! I miss you so much!” balas Revel dengan suara dalamnya yang terdengar semakin seksi di telinga Jill.Jill meletakkan dessert kesukaannya, mengabaikannya begitu saja. Wanita itu segera melesat hendak memeluk Revel yang balik memeluk wanitanya dengan erat, untuk melepaskan rasa rindu setelah berminggu-minggu mereka tidak bertemu.“Aku kangen kamu, My Princess.”“Aku juga, Revel. Kangen banget!” lirih Jill, semakin menenggelamkan diri ke dalam pelukan Revel yang selalu membuatnya nyaman.Hingga akhirnya berbagai macam pertanyaan muncul di benak Jill. Terpaksa, wanita itu melepaskan pelukannya dan menatap mata Revel lurus-lurus.“Kamu kenapa balik ke Jakarta tapi nggak bilang-bilang sama aku?” tanya Jill tidak
“Apaan sih, Jess?” gerutu Jill sambil mengelus dada karena kaget. Jessie tidak menjawab, namun matanya terarah pada jari manis Jill yang berkilau, tangan Jessie terjulur menarik tangan kiri Jill dan bertanya tajam,“Kapan Revel propose lo secara pribadi? Kemarin belum ada cincin ya di jari manis lo ini!” cecar Jessie, tidak terima karena Jill belum menceritakan hal penting itu pada mereka! Padahal harusnya Jill langsung lapor, memberitahu kabar bahagia! Gwen yang baru menyadari arti kekagetan Jessie juga langsung mengarahkan pandangannya pada jari manis Jill. Jari manis kiri yang sekarang dihiasi cincin berlian yang harganya tidak main-main! Bahkan kilaunya sampai menyilaukan mata! Lebay!“Lo udah di propose sama Revel tapi nggak bilang sama kita, Jill?” tuduh Gwen kesal karena merasa tidak dilibatkan dalam cerita bahagia sahabatnya.Jill meringis kecil, menyadari kesalahannya. Sebenarnya bukan tidak mau cerita, hanya saja Jill lupa! Revel baru mengejutkan Jill
Revel menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Akhirnya rangkaian acara pernikahan yang melelahkan selesai juga! Saat ini Jill sedang mandi di dalam sana. Pikiran Revel melayang, sedang berpikir akan melakukan hal apa saja pada Jill yang sekarang sudah resmi menjadi istri sahnya malam ini. “Aku pasti akan membuat kamu kelelahan malam ini, Baby!” gumam Revel dengan senyum smirk, persis seperti Levin jika ingin mengerjai Claire!Tepat setelah berpikir seperti itu, pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Jill dalam balutan baju tidur. Rambutnya masih basah dan aroma sabun menguar begitu kuat membuat Revel semakin tidak sabar. Membuat hasratnya kian bergejolak! “Revel? Kamu nggak mau mandi?” tanya Jill menyadarkan Revel dari imajinasi liar yang berkembang di dalam otaknya.“Mau donk!” Revel bergegas masuk ke dalam kamar mandi, hendak membersihkan diri secepat mungkin karena jika menundanya, maka akan semakin lama juga si junior masuk sangkar! Sedangkan si jun
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…