Mereka berdua masih tampak frustasi saat ponsel Revel kembali berdering. Kali ini dari mamanya. Revel mendesah, rasa frustasinya semakin menjadi-jadi.
Mamanya pasti sangat amat marah setelah mengetahui berita ini! Revel merasa bersalah dan menyesal karena telah mengecewakan kepercayaan yang diberikan oleh orangtuanya hingga dirinya menyebabkan skandal seperti ini!“Halo, Ma?”“Pulang ke rumah sekarang juga. Ada yang ingin Mama bicarakan. Ajak Jill!”Klik! Telepon terputus begitu saja saat mamanya sudah selesai menyampaikan maksudnya. Gawat. Biasanya sang mama begitu cerewet, tapi kali ini hanya bicara seperlunya, itu berarti pertanda buruk!Mamanya pasti sangat gusar hingga tidak mampu lagi berkata-kata seperti biasa!Revel menatap Jill yang masih menatapnya dengan bingung.“Mama kamu bilang apa?”“Mama ingin bicara dengan kita, jadi lebih baik sekarang kita membersihkan diri dan segera ke rumahku,” gumam Revel.Jill hanya bisa mengangguk lesu baPandangan Claire beralih pada Jill yang masih menunduk menahan tangis dan rasa bersalah yang semakin memuncak saat melihat kekacauan yang terjadi akibat ulahnya. “Dan juga kamu, Jill, lebih baik mulai sekarang kamu menjaga jarak dari Revel. Tante tidak mau berita negative antara kalian semakin menjadi-jadi. Tolong jangan permalukan keluarga kami lagi. Fokus saja pada status kamu yang adalah istri dari pria lain,” tutup Claire dan berlalu pergi menjauhi ruang tamu, hendak menenangkan diri di kamarnya. Claire butuh waktu untuk memikirkan solusinya. Levin menatap Revel dan Jill bergantian. Sekian menit berlalu dalam kesunyian yang begitu mencekam hingga suara Levin kembali memecah keheningan. Nada suara Levin terdengar begitu lelah dan sarat akan kekecewaan. “Om akan menghubungi Papa kamu dan mengucapkan permintaan maaf, Jill. Om harap Papa kamu tidak mempersulit keadaan ini.” “Tidak perlu, Om. Urusan Papa biar aku yang akan menghadapi
Seorang wanita dengan perut buncit berdiri tegak di depan rumah mewah yang baru kali ini didatanginya, berharap kalau informasi yang didapatkannya benar tanpa menyadari kalau sang empunya rumah sedang harap-harap cemas menunggu kedatangan tamunya.“Sekarang bagaimana?”“Aku sudah mengurus semuanya, kamu jangan khawatir.”“Aku tidak mungkin tidak khawatir.”“Aku paham, tapi kamu percayain semuanya sama aku, okay?”“Tapi kenapa dia belum datang juga?”“Sabar….”Belum sempat menyelesaikan ucapannya, telepon kamar berbunyi dan satpam memberitahu kedatangan wanita yang sudah ditunggu-tunggu sejak tadi!“Biarkan dia masuk dan tunggu di ruang tamu.”“Apa itu dia?”“Ya, lebih baik sekarang kita turun dan langsung menemuinya.”“Aku harap semua masalah ini bisa cepat selesai, Levin,” harap Claire yang dijawab dengan anggukan pasti Levin.“Semua pasti akan selesai dengan baik, Claire. Sesuai dengan rencana dan harapan kita,” tegas Levin yang memb
Jill termenung dengan wajah murung, tidak berbeda jauh seperti saat dirinya hendak dipaksa menikah dengan Alvaro, bedanya sekarang Jill tidak dikurung oleh papanya tapi ia sendiri yang mengurung diri, berpikir mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya.Apalagi setelah berita mengenai dirinya dan juga Revel membuat heboh publik, praktis Jill tidak pergi ke kantor. Tidak berani menghadapi gunjingan orang-orang yang pasti akan bertanya secara langsung padanya. Jill belum siap!Lagipula dirinya tidak mungkin bisa konsentrasi pada pekerjaan dalam kondisi seperti ini, jadi lebih baik berada di rumah daripada memaksakan diri untuk bekerja! Jill baru saja keluar kamar saat berpapasan dengan Alvaro yang menatapnya dengan senyum mengejek, tampak puas karena telah berhasil membuat dirinya dimaki habis-habisan oleh semua orang. Dan sekarang yang publik tau adalah Jill yang tukang selingkuh! Bukan Alvaro yang senang bermain dengan jalang! Sialan!! Brengsek! Jill harus akui kal
Sepanjang perjalanan pulang dengan Gwen, Jill lebih banyak diam. Masih merasa kesal kenapa Gwen bisa menanyakan hal absurd seperti itu padanya. Memang benar sih kalau Jill melakukannya beberapa kali dengan Revel setelah dirinya menikah dengan Alvaro untuk melepas kerinduan, tapi Jill kan tidak pernah lalai untuk meminum pil yang selalu tersimpan manis di dalam tasnya. Pil yang selalu disembunyikan di dalam tas pribadi miliknya agar tidak ada yang mengetahui keberadaan pil itu! Dan yang lebih menyebalkannya lagi, Jill tidak bisa berhenti memikirkan pertanyaan Gwen! Pertanyaan yang meski disangkalnya habis-habisan tapi tetap membuatnya cemas, takut dan khawatir! Setibanya di rumah, Jill langsung menuju kamar. Lelah rasanya setelah jalan-jalan hampir seharian ini. Untung selalu ada Gwen di sampingnya yang bisa menemani Jill disaat dirinya perlu teman untuk bercerita, meski tak jarang Gwen membuatnya dongkol seperti tadi. Jill memandang ponseln
“Kenapa?” tanya Jill dengan suara serak, tidak menyangka kalau dirinya akan mendengar kalimat seperti itu dari bibir Alvaro.“Karena gue muak dengan semua kelakuan lo yang selalu merendahkan gue!”“Gue bersikap seperti itu karena ulah lo sendiri!” bantah Jill tidak terima.Lagipula memang benar kan? Andai saja dulu Alvaro tidak menyelingkuhinya, Jill tidak mungkin bersikap seperti sekarang! “Omong kosong! Nggak ada pria yang suci, Jill! Termasuk Revel! Apa lo yakin kalau Revel bersih dan setia sama lo selama ini? Apalagi kalian jarang ketemu! Dan lagi beberapa bulan terakhir Revel asyik di Melbourne! Lo nggak akan pernah tau bagaimana kelakuan dia selama disana,” ucap Alvaro mencoba memprovokasi. “Tentu aja yakin. Gue percaya sama Revel! Revel bukan cowok brengsek kayak lo!” sentak Jill dengan nada berapi-api. Tidak sudi mendengar Alvaro menyamaratakan kelakuan setiap pria yang brengsek dengan kekasihnya. Jill yakin kalau Revel setia padanya. Bukankah sika
Alvaro menatap kepergian Jill dengan rasa puas. Tangannya meraih ponsel dan hanya menulis satu kata. SUKSES.Mr. Bobby tersenyum saat membaca pesan dari Alvaro, tidak percuma bekerjasama dengan pria itu. Siapa yang menyangka kalau Alvaro bisa membantunya membalas perbuatan menyebalkan Mrs. Claire padanya dulu melalui putra sulung mereka, Revel?Andai dulu Mrs. Claire tidak menolak rencana perjodohan antara Revel dengan Jessie, putrinya, pastinya tidak akan seperti ini. Memang, Mrs. Claire tidak menolak secara terang-terangan, tapi tetap saja Mr. Bobby dapat menangkap arti terselubung dari sindiran Mrs. Claire waktu itu! Dirinya bukan orang bodoh! Dan inilah akibat yang akhirnya harus mereka terima.Sementara di dalam kamar Jessie hanya bisa merenung sedih. Menyesali perbuatannya yang pasti akan membuat hubungan Jill dan Revel merenggang atau bahkan hancur! Tapi mau bagaimana lagi? Jessie terpaksa melakukan hal itu agar mamanya tidak lagi menderita akibat kelakuan pa
Revel mengernyitkan kening dengan bingung. Kenapa dari kemarin Jill tidak membalas pesannya? Apa ada masalah? Tapi masalah apa lagi? Penasaran, Revel menghubungi Gwen, berharap bisa mendapat jawaban, namun sayang lagi-lagi dirinya harus kecewa karena Gwen juga tidak tau apapun.Bahkan gadis itu tidak kalah khawatir seperti Revel karena Jill tidak bisa dihubungi sejak kemarin! Pengetahuan itu membuat hati Revel semakin kebat kebit. Sadar kalau ada hal buruk yang sedang terjadi, tapi tidak tau apa. Terpaksa Revel nekat menelepon Jill. Padahal sudah selama beberapa hari ini mereka hanya bertukar kabar melalui pesan! Dan kekhawatiran Revel semakin memuncak saat teleponnya malah direject begitu saja! Astaga, ada apalagi ini? Kenapa masalah seolah tidak bosan menghampiri hubungan mereka sih?Revel masih sibuk berkutat dengan ponselnya saat papanya, Levin, masuk ke dalam kamarnya. Levin menghela nafas saat melihat raut wajah Revel yang begitu frustasi.“Kamu pasti tidak bi
Wajah papa Edbert memucat saat mendengar ucapan yang keluar dari bibir besannya. Seketika otaknya berpikir mengenai jumlah hutang yang harus dilunasinya jika sampai terjadi sesuatu dengan pernikahan Jill. Bisa saja dirinya harus membayar hutang yang jumlahnya tidak sedikit itu dalam waktu singkat!Bahaya! Itu tidak boleh terjadi! Jill tidak boleh lagi membuat mertuanya ini marah atau dirinya yang akan terkena imbasnya! “Aku akan berusaha agar Jill bersikap lebih baik.”“Jika Jill tidak bisa mengubah sikapnya, lebih baik mereka berdua bercerai saja! Dan batalkan perjanjian kerjasama yang sudah kita sepakati,” ancam Yosua dengan wajah kesal, meski dalam hati sedang terbahak senang saat melihat kepanikan yang terpampang jelas di wajah besannya.Bukankah tujuannya memang itu? Menjebak Edbert agar menyetujui perjanjian kerjasama dan memanipulasi keuntungan perusahaan hingga semakin terkikis tanpa sang empunya sadari! Dan kini rencananya sudah berjalan setengah, sebentar