Revel mengernyitkan kening dengan bingung. Kenapa dari kemarin Jill tidak membalas pesannya? Apa ada masalah? Tapi masalah apa lagi? Penasaran, Revel menghubungi Gwen, berharap bisa mendapat jawaban, namun sayang lagi-lagi dirinya harus kecewa karena Gwen juga tidak tau apapun.
Bahkan gadis itu tidak kalah khawatir seperti Revel karena Jill tidak bisa dihubungi sejak kemarin! Pengetahuan itu membuat hati Revel semakin kebat kebit. Sadar kalau ada hal buruk yang sedang terjadi, tapi tidak tau apa.Terpaksa Revel nekat menelepon Jill. Padahal sudah selama beberapa hari ini mereka hanya bertukar kabar melalui pesan! Dan kekhawatiran Revel semakin memuncak saat teleponnya malah direject begitu saja! Astaga, ada apalagi ini? Kenapa masalah seolah tidak bosan menghampiri hubungan mereka sih?Revel masih sibuk berkutat dengan ponselnya saat papanya, Levin, masuk ke dalam kamarnya. Levin menghela nafas saat melihat raut wajah Revel yang begitu frustasi.“Kamu pasti tidak biWajah papa Edbert memucat saat mendengar ucapan yang keluar dari bibir besannya. Seketika otaknya berpikir mengenai jumlah hutang yang harus dilunasinya jika sampai terjadi sesuatu dengan pernikahan Jill. Bisa saja dirinya harus membayar hutang yang jumlahnya tidak sedikit itu dalam waktu singkat!Bahaya! Itu tidak boleh terjadi! Jill tidak boleh lagi membuat mertuanya ini marah atau dirinya yang akan terkena imbasnya! “Aku akan berusaha agar Jill bersikap lebih baik.”“Jika Jill tidak bisa mengubah sikapnya, lebih baik mereka berdua bercerai saja! Dan batalkan perjanjian kerjasama yang sudah kita sepakati,” ancam Yosua dengan wajah kesal, meski dalam hati sedang terbahak senang saat melihat kepanikan yang terpampang jelas di wajah besannya.Bukankah tujuannya memang itu? Menjebak Edbert agar menyetujui perjanjian kerjasama dan memanipulasi keuntungan perusahaan hingga semakin terkikis tanpa sang empunya sadari! Dan kini rencananya sudah berjalan setengah, sebentar
Pada akhirnya semua dibongkar dan dikupas habis. Claire ingin semua orang tau tentang kelicikan Yosua dan Alvaro serta keserakahan Edbert. Tidak ada satupun informasi yang tertinggal. Apalagi daya ingat Claire yang memang selalu tajam dan bisa diandalkan. Alasan Edbert menjodohkan Jill dengan Alvaro karena adanya perjanjian kerjasama yang bisa menguntungkan perusahaannya.Penolakan Jill terhadap pernikahannya dengan Alvaro hingga membuat wanita itu nekat kabur dari rumahnya. Sayangnya, sebagai wanita yang lebih melekat dengan image lemah akhirnya membuat Jill terpaksa harus tetap menerima pernikahan yang tidak diinginkan.Sampai informasi mengenai tingkah laku Alvaro yang kerap kali membawa wanita jalang ke dalam rumahnya meski ada Jill di dalam sana.“Memang, saya tidak bisa membenarkan tindakan putra saya dan juga Jill, tetapi apakah kalian pernah berpikir, andaikan kalian berada di posisi yang sama dengan Revel dan Jill? Bukankah kemungkinan besar kalian juga aka
Jill menatap ponsel di tangannya yang sedang menampilkan pernyataan tante Claire. Merasa lega karena sedikit banyaknya pernyataan itu berpengaruh pada jumlah hujatan yang mampir ke akun media sosialnya. Tapi tetap saja Jill masih merasa begitu marah dan kecewa pada Revel yang bisa dengan tega mengkhianati dirinya. Dengan Jessie pula! Gadis yang sudah dianggap sebagai teman olehnya! Kurang ajar!Bukankah dulu Revel menolak mentah-mentah saat ingin dijodohkan dengan Jessie? Tapi kenapa malah asyik bermesraan dengan gadis itu di belakang Jill? Apa benar ucapan Gwen beberapa hari lalu kalau pria memang paling sulit menjalani hubungan LDR dan selalu ingin wanitanya berada disamping mereka?Tapi bukannya Jessie berada di Amerika? Kenapa bisa bertemu dengan Revel di Melbourne? Apa mereka tinggal bersama? Sejak kapan? Perasaan Jill semakin kacau saat memikirkan kemungkinan itu. “Cowok brengsek!” maki Jill untuk yang kesekian kalinya.Dirinya sudah bosan mengucapkan kal
Jason, sang pengacara, menatap kesal pada ponselnya sambil menggeleng kecil. Seenaknya saja menyuruh orang seperti itu, dirinya adalah orang yang berpendidikan tinggi, kenapa harus diperlakukan dengan seenak perutnya oleh Yosua?Jason menoleh pada seseorang yang sedang duduk di hadapannya.“Yosua?”“Ya betul. Bagaimana anda bisa menduga seakurat itu?”“Gampang saja, pria bodoh seperti dia pasti akan mencari perlindungan dari orang cerdas seperti anda!”Jason tersenyum bangga dengan pujian yang dilontarkan oleh tamunya.“Jadi kembali ke pembicaraan awal, apa yang anda inginkan dari saya?”“Sepertinya saya tidak perlu lagi memberitahu anda. Orang cerdas seperti anda sudah pasti bisa menebaknya!”“Apa ini berhubungan dengan Yosua?”“Betul sekali!”“Anda tidak ingin saya mengambil kasusnya?”“Exactly! Dan saya ingin anda bergabung dengan perusahaan kami!”“Tapi kenapa?” “Karena saya butuh bantuan anda untuk mengurus hal lain.”“Ta
Gwen menggigit bibir untuk menahan pekik kekagetan yang hendak terlontar dari bibirnya. Tidak percaya kalau Revel akan bersikap seperti itu di belakang Jill.“Sekarang lo udah percaya kan?”“Tapi bisa aja itu cuma jebakan, apalagi video itu dari Alvaro!” bela Gwen, berusaha tetap membela Revel.Jill menatap sahabatnya dengan garang. Kesal karena Gwen masih membela Revel meski bukti nyatanya sudah tampak jelas di depan mata!“Mana ada jebakan kayak gitu? Apa lo nggak liat kalau Revel duluan yang cium bibir Jessie? Dan dalam keadaan sadar!” “Tapi….”“Jangan pernah belain dia lagi! Gue udah nggak percaya lagi sama cowok! Semua cowok sama aja. Sama-sama brengsek dan nggak ada yang bisa dipercaya!” sentak Jill kesal, nada suaranya sarat akan rasa kecewa dan sakit hati!Gwen hanya bisa memandang nelangsa pada sahabatnya, tidak menyangka kalau sahabatnya akan disakiti lagi oleh pria untuk yang kedua kalinya! Padahal apa yang kurang dari Jill? Sahabatnya itu can
Jessie jalan beriringan dengan sang mama, mengikuti langkah seseorang di depannya. Entah siapa. Jessie tidak kenal. Yang ia tau, pasti hal ini berhubungan dengan ulahnya karena telah nekat menjebak Revel meski atas suruhan papanya! Dan dugaannya semakin menguat saat menyadari dimana dirinya berada sekarang. Kantor om Levin!Astaga, hukuman apa yang akan dirinya terima karena telah berani menjebak Revel? Apa Jessie bisa menghadapinya?“Kenapa kita berada disini, Jess? Apa Papa kamu membuat masalah lagi dengan Mr. Levin?” tanya Mrs. Aileen cemas.“Aku nggak tau, Ma. Mungkin saja om Levin udah tau kalau aku sengaja jebak Revel saat di Melbourne kemarin.”“Tapi kamu terpaksa melakukan itu karena Papa kamu!” Jessie diam, tidak bisa menjawab apapun dan hanya bisa menanti apa yang akan terjadi pada mereka sebentar lagi. Semoga bukan hal buruk, meski rasanya tidak mungkin mengingat apa yang telah Jessie lakukan sebelumnya.“Halo, Mrs. Aileen! Hi, Jess!” sapa Claire
Wajah Mr. Bobby semakin pias. Bercerai. Itu berarti dirinya tidak akan mendapatkan apapun dari usahanya selama ini, padahal yang turut membesarkan perusahaan selama belasan tahun ini adalah dirinya! Perusahaan ini adalah hasil jerih payahnya! Dan kesialan ini semua terjadi karena dirinya yang termakan bujukan Alvaro! Harusnya dulu ia tidak menyetujui usul Alvaro dan jangan pernah mencari masalah dengan pengusaha besar macam Levin! Sekarang malah inilah akibat yang harus dirinya tanggung dan hadapi. Kehilangan perusahaan sama saja dengan kehilangan seluruh dunianya! Dirinya salah mencari sekutu! Salah mencari lawan! “Aku tidak mau bercerai!”“Aku tidak bertanya mengenai kemauanmu! Aku tetap akan memilih jalan perceraian. Aku lebih baik hidup berdua dengan putriku daripada hidup dengan pria licik seperti kamu!” balas Mrs. Aileen berani, sekarang semuanya sudah jelas. Tidak ada lagi yang bisa dipertahankan dari pernikahannya.Jika tau begini, dirinya akan lebih memil
Gwen menghembuskan nafas dengan kesal. Lagi, untuk kesekian kalinya teleponnya diabaikan! Tidak taukah Jill kalau dirinya khawatir setengah mati? Kenapa sahabatnya itu senang sekali melarikan diri jika ada masalah sih? Gwen paham kalau Jill perlu ketenangan, tapi setidaknya kasih kabar kek meski hanya melalui pesan teks! ‘Mending gue langsung kasih tau Revel aja deh! Daripada kena semprot lagi kayak waktu itu! Lagian gue yakin banget kalau Jill pasti lagi hamil!’ putus Gwen dalam hati, tidak ingin kembali diomeli oleh Revel. Apalagi kali ini masalahnya lebih gawat.Gwen mengetuk-ngetuk jarinya dengan gelisah, menunggu Revel menjawab panggilan teleponnya. Detik terasa berlalu begitu lambat.“Lo kemana aja sih? Lama banget angkat teleponnya!” sungut Gwen saat Revel baru mengucapkan kata ‘halo’.“Sorry, gue lagi sedikit sibuk. Ada apa, Gwen?”“Apa lo udah bisa telepon Jill?”“Belum. Telepon gue direject terus dan hari ini gue belum coba telepon lagi sih.”“
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin