Pada akhirnya Indah harus kecewa karena Jaka sama sekali tidak menampakan batang hidungnya di kediamannya. Pak Wongso yang awalnya juga sudah mulai menerima alasan Indah. Itupun karena kabar yang diberikan Indah tentang tanah milik keluarga kekasihnya tersebut. Namun saat mengetahui jika Jaka telah mengingkari janjinya hari ini, membuat Pak Wongso kembali menggunjing pemuda tersebut. Seperti saat ini, Indah sedang di marahi oleh Pak Wongso. "Bapak itu heran sama kau Indah, beginikah laki-laki yang kau harapkan menjadi suamimu kelak? Begini saja dia sudah ingkar janji, apa lagi yang lain. Sudahlah, lebih baik kau pikirkan ulang untuk menikah dengan lelaki seperti Jaka, sungguh Bapak sangat tidak suka melihat tingkahnya itu," ucap Pak Wongso. Sedangkan Indah hanya diam, sambil menunduk, meremas ujung baju yang digunakannya. Indah sama sekali tidak terlalu memperdulikan amarah orang tuanya, yang jadi pikirannya sekarang, kenapa Jaka tidak datang? Padahal lelaki itu sudah berjanji pa
Belum lagi hilang rasa keterkejutan Indah, sekarang gadis itu kembali mendengar kalimat yang benar-benar menyesakan dadanya. "A-apa, di jodohkan? Ibu dan Bapak menjodohkan Bang Jaka? tetapi kenapa Bu, Pak? Kenapa kalian tega melakukannya?" Indah berdiri dari duduknya, matanya menatap sepasang suami istri yang ada di depannya dengan mata yang sudah berlinang air mata. "Kenapa kalian tega padaku?" Indah menangis sambil terisak. Bu Romlah berdiri, lalu menggenggam tangan gadis yang saat ini terlihat sangat rapuh. "Maafkan Ibu dan Bapak Indah, kami terpaksa melakukan ini," "Siapa? Siapa perempuan itu Bu? Apakah Bang Jaka juga menyukainya?" Walaupun sakit dengan pertanyaannya sendiri, namun Indah tetap harus bertanya karena rasa penasarannya lebih mendominasi. "Maaf, Ibu belum bisa mengatakannya sekarang, tolong maafkan kami Nak," ucap Bu Romlah dengan tatapan memelas. Indah tidak menjawab, wanita itu segera menarik tangannya dari genggaman Bu Romlah, tanpa mengatakan apapun wa
Jaka menatap seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut, Wawan yang merasa ucapannya tidak dihiraukan seketika melihat ke arah sahabatnya, yang justru asik menatap sesuatu dibelakangnya, replek Wawan pun ikut menoleh kebelakang. Pemuda itu cukup terkejut saat mendapati ternyata yang datang adalah Juragan Wildan, pemilik perkebunan kelapa sawit terluas di kampungnya. "Juragan datang?" ucap Wawan sambil berdiri dari duduknya. Sedangkan Juragan Wildan hanya tersenyum menanggapi sapaan karyawannya tersebut. "Jaka aku lupa masih ada urusan, kalau begitu aku balik dulu, besok aku akan ke sini lagi," ucap Wawan. "Besok kau tidak perlu datang ke sini lagi Wawan," ucap Juragan Wildan membuat kedua pemuda itu langsung menatap penuh tanda. "Maksud Juragan, Jaka akan bebas begitu? Makanya aku tidak perlu datang lagi ke penjara ini?" terka Wawan. "Baiklah kalau begitu besok aku tidak akan datang lagi ke penjara ini, tetapi aku akan datang ke rumahmu Jaka, yasudah aku balik du
Saat ini Ayuna dan Lola sudah berada di depan bangunan berlantai dua. Ayuna memperhatikan bangunan tersebut dengan pandangan yang tidak biasa, sedangkan Lola sendiri wajahnya terlihat datar. "Kita masuk sekarang?" tanya Ayuna yang di angguki oleh sahabatnya tersebut. "Apa kau yakin kita akan masuk dan menggerebek mereka? Belum tentu Kak Fery ada di dalam?" Ayuna tiba-tiba menjadi ragu. "Yakinlah, sebelumnya aku sudah mengikuti Fery, dan dia selalu pergi kerja ke tempat ini, sementara aku dengan bodohnya selalu mengira Fery masih kerja bersama Pamannya. Dia sama sekali tidak pernah menceritakannya padaku kalau dia itu sudah pindah kerja," jelas Lola dengan nada kesal. "Baiklah ayo kita ke sana, sepertinya tempat itu cukup ramai," "Sepertinya begitu," Setelah memarkirkan motor, kedua wanita cantik itupun langsung melangkah menuju ruko tempat di mana Fery berada. Lola melirik motor milik suaminya yang terparkir bersama motor lainnya, tepat di samping bangunan tersebut. Di seb
Feri menatap istrinya dengan wajah tercengang, sungguh Fery tidak pernah menyangka jika Lola bisa mengucapkan kata itu kepadanya, yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Fery. Walaupun saat ini dirinya akui sedang jenuh dengan sang istri, karena sikapnya yang selalu menuduhnya berselingkuh, namun untuk menceraikan Lola, sangat jauh dari pikirannya, bahkan sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Fery sedikitpun. "Kamu bilang apa barusan hah? Cerai? bisa-bisanya kamu berkata seperti itu? Oh, aku tahu, jangan-jangan sekarang kamu sudah ada lelaki lain ya? Makanya mudah bagimu mengucapkan kata cerai?" Lola dibuat tercengang dengan tuduhan suami ya itu, wanita itu mengepalkan tangan diantara kedua sisi tubuhnya, tentu Lola tidak ha is pikir, dan sama sekali tidak menyangka, jika Fery malah menuduhnya yang memiliki pria idaman lain. "Jawab Lola! Benarkan, kamu sudah memiliki pria lain?" sambungnya lagi. "Tutup mulutmu bajingan! Kau menuduhku berselingkuh? pandai sekali lida
Saat ini Jaka baru saja keluar dari sel tahanan, setelah berpikir beberapa hari, Jaka memutuskan untuk menerima tawaran Juragan Wildan. Walaupun dengan berat hati, itu semua Jaka lakukan agar ibu dan bapaknya tidak lagi memikirkan nasibnya saat dalam tahanan, apa lagi semenjak dirinya di tahan, Jaka selalu mendengar tentang kesehatan ibunya yang semakin memburuk, bahkan sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Lagi pula, Jaka memiliki alasan lain, Jaka harus menemui indah kekasihnya, untuk meminta penjelasan tentang poto gadis itu yang berpelukan dengan Miko, yang kala itu pernah dilihatnya di ponsel sahabatnya Wawan. Kini Jaka sudah sampai depan rumah sederhana, tempat di mana pemuda itu selama 23 tahun ini tinggal. Pemuda itu tersenyum, lalu segera melangkahkan kakinya menuju halaman rumah tersebut, rencananya Jaka akan memberikan kejutan kepada kedua orang tuanya. Namun saat Jaka sampai di depan pintu, pemuda itu melihat jika rumahnya ternyata di gembok, itu artinya saat ini kedua
Ayuna menatap Jaka, yang saat itu juga menatapnya, mungkin pemuda itu heran karena gadis yang ada di hadapannya itu tidak memperlihatkan reaksi apapun, seingat Jaka, selama ini Ayuna selalu memperlihatkan jika gadis itu memiliki ketertarikan padanya, bukan hanya dirinya, bahkan Wawan sahabatnya juga berpikiran sama dengannya, apakah selama ini dirinya hanya salah paham, dan terlalu kege'eran? 'Baguslah kalau selama ini pikiranku salah, jadi aku tidak perlu merasa bersalah,' batin pemuda itu. "Bagai mana Neng? Apakah Neng Ayuna setuju dengan permintaanku?" sambung Jaka lagi, setelah beberapa saat tengelam dengan pikirannya sendiri. "Apa kau bermaksud untuk menipu Ayah ku Jaka? Agar terbebas dari hukuman penjara?" tanya Ayuna dengan wajah datar. Membuat Jaka yang mendengar ucapan gadis itu cukup terkejut. "Apa maksudmu berkata seperti itu? Bukankah kau sudah menyetujui persyaratan yang Ayah ku ajukan?" sambung gadis itu. "Maafkan saya, saya sama sekali tidak bermaksud untuk m
Jaka sudah keluar dari pekarangan rumah mewah Juragan Wildan, pemuda itu menghentikan langkahnya, dan seketika memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Detik itu pula Jaka teringat kata-kata pedas, yang Jaka tujukan kepada Ayuna beberapa saat yang lalu."Apa aku sudah sangat keterlaluan pada gadis itu? Kenapa aku bisa berkata kasar seperti itu padanya? Apa karena Ayuna telah berhasil merebut ciuman pertamaku, yang seharusnya aku berikan kepada istriku kelak, yaitu Indah, tetapi malah gadis itu yang mengambilnya lebih dulu," gumam Jaka. Pemuda itu merasa sangat tidak enak, walaupun Ayuna telah melakukan hal yang membuatnya marah, namun Jaka juga berpikir tidak semestinya dirinya mengatakan hal sekadar itu kepada gadis itu. Cukup lama Jaka berdiri di tempatnya, untuk menimang apakah dirinya akan kembali ke rumah milik gadis itu untuk, untuk meminta maaf. Hingga akhirnya pemuda itu memutuskan untuk kembali, karena tidak enak hati, Karena sebelumnya sudah berbicara kasar kepada gad