Feri menatap istrinya dengan wajah tercengang, sungguh Fery tidak pernah menyangka jika Lola bisa mengucapkan kata itu kepadanya, yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Fery. Walaupun saat ini dirinya akui sedang jenuh dengan sang istri, karena sikapnya yang selalu menuduhnya berselingkuh, namun untuk menceraikan Lola, sangat jauh dari pikirannya, bahkan sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Fery sedikitpun. "Kamu bilang apa barusan hah? Cerai? bisa-bisanya kamu berkata seperti itu? Oh, aku tahu, jangan-jangan sekarang kamu sudah ada lelaki lain ya? Makanya mudah bagimu mengucapkan kata cerai?" Lola dibuat tercengang dengan tuduhan suami ya itu, wanita itu mengepalkan tangan diantara kedua sisi tubuhnya, tentu Lola tidak ha is pikir, dan sama sekali tidak menyangka, jika Fery malah menuduhnya yang memiliki pria idaman lain. "Jawab Lola! Benarkan, kamu sudah memiliki pria lain?" sambungnya lagi. "Tutup mulutmu bajingan! Kau menuduhku berselingkuh? pandai sekali lida
Saat ini Jaka baru saja keluar dari sel tahanan, setelah berpikir beberapa hari, Jaka memutuskan untuk menerima tawaran Juragan Wildan. Walaupun dengan berat hati, itu semua Jaka lakukan agar ibu dan bapaknya tidak lagi memikirkan nasibnya saat dalam tahanan, apa lagi semenjak dirinya di tahan, Jaka selalu mendengar tentang kesehatan ibunya yang semakin memburuk, bahkan sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Lagi pula, Jaka memiliki alasan lain, Jaka harus menemui indah kekasihnya, untuk meminta penjelasan tentang poto gadis itu yang berpelukan dengan Miko, yang kala itu pernah dilihatnya di ponsel sahabatnya Wawan. Kini Jaka sudah sampai depan rumah sederhana, tempat di mana pemuda itu selama 23 tahun ini tinggal. Pemuda itu tersenyum, lalu segera melangkahkan kakinya menuju halaman rumah tersebut, rencananya Jaka akan memberikan kejutan kepada kedua orang tuanya. Namun saat Jaka sampai di depan pintu, pemuda itu melihat jika rumahnya ternyata di gembok, itu artinya saat ini kedua
Ayuna menatap Jaka, yang saat itu juga menatapnya, mungkin pemuda itu heran karena gadis yang ada di hadapannya itu tidak memperlihatkan reaksi apapun, seingat Jaka, selama ini Ayuna selalu memperlihatkan jika gadis itu memiliki ketertarikan padanya, bukan hanya dirinya, bahkan Wawan sahabatnya juga berpikiran sama dengannya, apakah selama ini dirinya hanya salah paham, dan terlalu kege'eran? 'Baguslah kalau selama ini pikiranku salah, jadi aku tidak perlu merasa bersalah,' batin pemuda itu. "Bagai mana Neng? Apakah Neng Ayuna setuju dengan permintaanku?" sambung Jaka lagi, setelah beberapa saat tengelam dengan pikirannya sendiri. "Apa kau bermaksud untuk menipu Ayah ku Jaka? Agar terbebas dari hukuman penjara?" tanya Ayuna dengan wajah datar. Membuat Jaka yang mendengar ucapan gadis itu cukup terkejut. "Apa maksudmu berkata seperti itu? Bukankah kau sudah menyetujui persyaratan yang Ayah ku ajukan?" sambung gadis itu. "Maafkan saya, saya sama sekali tidak bermaksud untuk m
Jaka sudah keluar dari pekarangan rumah mewah Juragan Wildan, pemuda itu menghentikan langkahnya, dan seketika memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Detik itu pula Jaka teringat kata-kata pedas, yang Jaka tujukan kepada Ayuna beberapa saat yang lalu."Apa aku sudah sangat keterlaluan pada gadis itu? Kenapa aku bisa berkata kasar seperti itu padanya? Apa karena Ayuna telah berhasil merebut ciuman pertamaku, yang seharusnya aku berikan kepada istriku kelak, yaitu Indah, tetapi malah gadis itu yang mengambilnya lebih dulu," gumam Jaka. Pemuda itu merasa sangat tidak enak, walaupun Ayuna telah melakukan hal yang membuatnya marah, namun Jaka juga berpikir tidak semestinya dirinya mengatakan hal sekadar itu kepada gadis itu. Cukup lama Jaka berdiri di tempatnya, untuk menimang apakah dirinya akan kembali ke rumah milik gadis itu untuk, untuk meminta maaf. Hingga akhirnya pemuda itu memutuskan untuk kembali, karena tidak enak hati, Karena sebelumnya sudah berbicara kasar kepada gad
Ketiga orang paruh baya yang sedang beradu argumen tersebut langsung mengalihkan pandangan mereka saat mendengar suara dari arah lain, dan betapa terkejutnya kedua orang tua Jaka saat melihat putra mereka sudah berada di hadapan keduanya, dan bukan di dalam sel tahanan lagi, itu artinya bukankah Jaka telah setuju dengan penawaran yang diajukan oleh Juragan Wildan? "Jaka anak ibu?" Bu Romlah langsung melangkah cepat menuju putranya, dan langsung saja memeluk tubuh Jaka untuk menyalurkan rasa rindunya pada sang putra tercinta yang sudah berapa hari tidak pulang. Sedangkan Pak Agus hanya bisa tersenyum haru melihat kedatangan putranya tersebut. Berbeda halnya dengan lelaki paruh baya yang tadi sedang beradu mulut dengan orang tuanya, lelaki itu menatap sinis ke arah Jaka seolah meremehkan. "Oh, ini dia orang yang sudah membuat anak gadisku patah hati, masih punya nyali kau rupanya muncul di hadapanku?" ucap lelaki paruh baya itu dengan mata melotot tajam ke arah Jaka. Pak Wongso me
Lola menatap tajam ke arah suaminya yang saat itu berdiri di depan pintu kamar, setelah berhasil mengunci pintu tersebut, lelaki itu lekas mengantongi kuncinya. "Apa yang kau lakukan? Cepat buka kuncinya! Aku mau keluar dari rumah ini," pekik Lola menggeram, dengan tingkah suaminya "Tidak akan, kamu tidak akan bisa keluar dari rumah ini, apa lagi membawa anakku bersamamu," jawab Fery yang tidak kalah tajam menatap wanita itu. Lola memutar bola matanya jengah, apa lagi saat mendengar ucapan pria itu barusan, membuat Lola berada ingin muntah "Buak pintunya Fery, gue mau keluar." Fery membelalakkan matanya saat mendengar kata 'gue' yang baru saja istrinya itu ucapkan. Itu tandanya Lola memang benar sudah tidak ingin perduli lagi dengan hubungan mereka.Seketika Fery terlihat panik, lelaki itu tentu tidak ingin hubungan mereka harus berakhir begitu saja, apa lagi sebentar lagi istrinya itu akan segera memberikan keturunan padanya, bagai manapun caranya Fery akan mempertahankan
Seminggu sudah berlalu, setelah kedatangan kedua orang tua Jaka ke rumah milik Juragan Wildan untuk melamar putri dari juragan kampung tersebut. Kini saatnya kedua muda-mudi tersebut melangsungkan akad nikah, yang akan diadakan secara sederhana di rumah kediaman Juragan Wildan, bahkan yang diundang hanya kerabat dan tetangga dekat saja. Namun meskipun begitu, Juragan Wildan tetap akan mengadakan resepsi pernikahan putri semata wayangnya itu di setelahnya, namun masih belum di tentukan waktunya. Ayuna sedang duduk di tapi ranjang dengan perasaan yang campur aduk, antara senang dan juga gugup, gadis itu masih tidak percaya akhirnya sebentar lagi dirinya resmi menjadi istri Jaka, pemuda yang diinginkannya. "Neng Ayuna, ayo keluar Nak. Pak penghulu sudah datang," ucap Bu Romlah. Ayuna keluar dari kamarnya dengan Bu Romlah yang mendampingi gadis itu di sampingnya. Jangan lupakan sahabatnya Lola, yang juga ikut mengapit di sebelah kiri. Semua mata para tamu yang hadir tertuju ke arah g
Indah menatap Ciko dengan tajam, membuat lelaki itu mengerutkan dahi."Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" "Kenapa kau tidak menghentikan pernikahan mereka tadi? Bukankah kau menyukai gadis itu? Kenapa kau diam saja saat Bang Jaka menikahi Ayuna?" tanya Indah marah. "Itu yang sempat aku rencanakan, tetapi sepertinya ayahku tahu rencanaku, jadi sebelum aku memulainya, ayah sudah lebih dahulu memperingatkan aku," jawab Ciko. Indah hanya menggerutu, mendengar jawaban Ciko. 'Tidak, ini tidak bisa dibiarkan, aku harus merebut Bang Jaka dari wanita itu, aku tidak rela jika orang yang aku cintai menikah dengan wanita lain, apa lagi membayangkan mereka bermalam bersama, tidak, tidak. Aku tidak sanggup,' batin Indah sambil menggelengkan kepala kuat, menghalau pikiran yang sudah ke mana-mana. Terlihat Indah mendengus saat mendengar penjelasan Ciko, tanpa berkata apapun gadis itu langsung pergi meninggalkan lelaki itu. *** Terlihat rumah milik Juragan Wildan sudah mulai sepi dari
Indah masih melamun memikirkan perasaan Jaka terhadapnya sekarang, apakah perasaan pemuda itu telah berubah terhadapnya? Atau yang lebih menyakitkan apakah mungkin sekarang pemuda yang sangat dicintainya tersebut sudah tidak perduli lagi dengannya, dan sudah jatuh cinta kepada istrinya? "Bang, apa kamu sudah tidak perduli lagi denganku?" Jaka menghela nafas panjang, lalu menatap wanita di depannya yang menunduk dengan wajah sedih karna perkataan Jaka barusan. "Justru karena aku perduli padamu Neng, sebaiknya kamu turuti saja permintaan Bapakmu, dan cobalah, walaupun kamu belum mencintai Ciko, tetapi cinta itu bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu," "Bang! Kenapa Bang Jaka berubah? Kenapa kamu tega memintaku untuk menerima lelaki lain di hidupku? Aku tidak mau Bang, aku cinta kamu, dan aku maunya hanya sama kamu Bang Jaka," pekik Indah dengan suara lantang, membuat dada seseorang bergemuruh karena ucapan tersebut. "Mengapa kau berteriak kepada suamiku?" Deg Indah k
Jaka masih membeku, merasa bingung tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan Ayuna yang melihat keterdiaman suaminya, kembali memeluk Jaka. Namun kali ini Jaka pasrah, tidak mungkin dirinya kembali menolak, bisa-bisa Ayuna akan semakin bertingkah dan kembali mengomel padanya. "Uh, nyaman sekali memeluk suami," gumam Ayuna sambil mencari kenyamanan dari tubuh sang suami. Ayuna mendongak untuk melihat Jaka, lelaki itu sedikit gelisah, dan merasa kurang nyaman dengan pelukan sang istri, namun Jaka tidak bisa melakukan apapun, matanya mencoba fokus menatap layar televisi yang ada di depannya. "Kenapa sih Mas, kok sepertinya gelisah banget?" Jaka menunduk, untuk melihat Ayuna yang ternyata juga sedang menatap kearahnya. Deg Tatapan keduanya bertemu, jarak wajah mereka hanya satu jengkal, bahkan hembusan nafas dari keduanya dapat mereka rasakan, Ayuna tersenyum manis, lalu tanpa aba-aba gadis itu langsung menempelkan bibirnya di atas bibir Jaka. Glek Jaka menelan ludah saat mer
Ayuna masih menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Jaka, Ayuna berharap jika suaminya itu akan mengatakan tidak. Namun jika pemuda itu memang ingin berpisah darinya, mungkin gadis itu akan mempertimbangkan permintaan suaminya tersebut. 'Ya Tuhan, begini kah rasanya mencintai tanpa dicintai? Padahal belum ada satu bulan kami menikah, namun rasanya hati ini sudah tidak kuat. Kenapa sangat sulit bagiku untuk mendapatkan cinta suamiku Tuhan? Apa karena aku tidak pantas untuknya? Atau karena aku telah menyakiti hati Indah, makanya Engkau menghukum ku dengan cara ini? Agar aku juga merasakan sakit hati, seperti apa yang Indah rasakan karena aku telah merebut Jaka darinya? Jika memang dengan cara ini Engkau mau mengampuniku, aku ikhlas Tuhan. Aku rela sakit hati, asalkan Engkau mau bermurah hati untuk membuat suamiku mencintaiku,' batin Ayuna penuh permohonan kepada yang Maha Kuasa. Jaka sendiri masih membeku, bingung. Itulah yang Jaka rasakan saat ini, dalam hati pemuda itu merutuki
Saat ini Ayuna dan Ciko sudah berada di depan rumah Indah, namun tidak begitu dekat dengan rumah tersebut, karena Ayuna tidak ingin dicurigai sebagai penguntit oleh para tetangga, saat ini keduanya berada di bawah pohon mangga yang cukup rindang, di pinggir jalan, keduanya duduk di atas motor masing-masing sambil memperhatikan rumah yang ada di depan mereka. "Bukankah itu motor milik Ayahmu? Jadi aku tidak berbohong kan, saat mengatakan jika suamimu sekarang ada di dalam rumah mantannya," ucap Ciko sambil menyeringai. Ayuna tidak menjawab, gadis itu hanya diam sambil terus memperhatikan rumah tersebut. Di dalam hatinya, Ayuna sangat penasaran dengan apa yang Jaka lakukan di dalam rumah mantan kekasihnya itu. Sedangkan di dalam rumah, terlihat Pak Wongso menatap Jaka dengan tajam, pemuda itu baru saja menyampaikan maksud dan kedatangannya ke rumah itu, seperti permintaan Indah. Yang meminta dirinya untuk bicara pada orang tua Indah, agar mereka mau membatalkan perjodohan tersebut
Saat ini Jaka sedang di sibukkan oleh pekerjaannya, memantau setiap pekerjaan karyawan perkebunan. Di sisi lain terlihat ada beberapa orang pemuda yang sedang bergosip sambil menatap kearah Jaka. "Enak ya jadi Jaka, sekarang kerjaannya sudah terjamin, tinggal suruh sana, suruh sini," "Kau benar, sudah gitu dapat istri cantik pula, anak tunggal, warisannya banyak pula," sambung yang lain. "Huus, kalian jangan bergosip terus, nanti kedengaran Juragan Wildan bisa kena marah, kalian jangan iri, itu namanya nasib Jaka yang mujur, jadi jangan sirik," sambung Wawan sahabat Jaka. "Hem, iya deh yang punya sahabat," "Sudah-sudah sebaiknya kita kerja lagi," sambung yang lain. Di saat Jaka sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponsel miliknya berdering, membuat Jaka langsung mengangkat panggilan tersebut, yang ternyata berasal dari Indah, mantan kekasihnya.Meskipun malas, Jaka tetap mengangkat panggilan dari wanita itu. "Iya Indah, ada apa?" "Aku ada di depan Bang, Abang bisa ke s
Saat ini sepasang suami istri tersebut ada di sebuah gazebo, yang berada di belakang rumah orang tua Jaka. Di samping gazebo tersebut ada beberapa tanaman sayur dan juga beberapa pohon buah-buahan, seperti pepaya, jambu air, dan juga mangga. Ayuna tidak menyangka jika di belakang rumah mertuanya ada kebun, yang membuat matanya terasa di manjakan. Terlihat sejuk karena rindangnya pohon mangga yang ada di samping gazebo tersebut. "Maaf karena saya tidak memberitahumu tentang kondisi Bapak," jelas Jaka setelah dia beberapa saat. "Tidak masalah, toh aku tidak terlalu penting untuk mengetahuinya, benarkan?" Jaka yang tadinya menatap lurus ke depan, langsung menoleh pada sosok wanita cantik di sampingnya. "Kenapa berkata seperti itu?" "Lalu harus bagai mana? Toh kenyataannya memang seperti itu kan? Sekarang aku tanya sama kamu Mas, apa kamu ada memikirkan aku saat kamu memeluk wanita itu?" Jaka membeku, sejujurnya Jaka memang tidak memikirkan perasaan Ayuna saat memeluk Indah, s
Ayuna membeku kala matanya melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihatnya. Tangannya terkepal kuat, apa lagi saat wanita dalam pelukan suaminya tersebut tersenyum menyeringai kearahnya. Ya, saat ini Ayuna tengah menatap suaminya yang sedang memeluk wanita lain, yang tidak lain adalah Indah. Entah apa alasan dari pelukan tersebut yang pasti Ayuna yang melihatnya semakin bertambah kecewa. "Nak Kenapa kamu hanya berdiri di depan pintu? Kenapa tidak masuk?" tanya Juragan Wildan yang tiba-tiba mengagetkan Ayuna. "Assalamu'alaikum ..." Ayuna mengucapkan salam dengan suara keras, berharap dua orang yang tidak tahu malu di depannya segera melepaskan diri, sebelum ayahnya melihat perbuatan memalukan suaminya. Dan benar saja, Jaka yang kaget replek melepaskan pelukan Indah, saat mendengar suara yang di kenalnya, sedangkan Indah hanya mendengus kesal karena gangguan Ayuna. "Hei Nak, kenapa mengucapkan salamnya seperti itu? Nanti menggangu Pak Agus yang sedang sakit," tegur Juragan
"Kamu menganggapku istri mu, dan saat lelaki lain menyentuhku kamu marah? Lucu sekali, dengar ya suamiku tercinta, Ahmad itu memelukku hanya karena ingin berpamitan, dia akan kembali ke kota asalnya, itu tadi hanya pelukan perpisahan saja," jawab Ayuna dengan santai. Sedangkan Jaka semakin berangkat melihat sikap santai istrinya itu. 'Apa dia bilang? Benar-benar tidak bisa di percaya, bisa-bisanya dia membiarkan tubuhnya di peluk oleh lelaki yang baru di kenalnya, aku saja sebagai suaminya belum pernah berinisiatif untuk memeluknya duluan, lelaki itu malah dengan kurang ajarnya memeluk istriku di depanku,' batin Jaka merasa darahnya mendidih. Entah mengapa Jaka merasakan perasaan demikian. 'Dia kenapa? Kenapa jadi melamun begitu? Apa rencanaku dan Ahmad telah gagal membuatnya cemburu?' batin Ayuna. Sebenarnya pelukan tadi adalah bagian dari rencana Ayuna dan Ahmad, gadis itu terpaksa meminta bantuan Ahmad untuk membuat suaminya itu cemburu. Ayuna beralasan kepada Ahmad jika saat i
Perlahan Ayuna menuangkan minyak tersebut diatas telapak tangannya, setelah itu gadis tersebut langsung mengoleskannya di atas perut Jaka yang terlihat menggoda di indra penglihatan gadis itu. "Em, Jaka sedikit melenguh saat Ayuna mengusap lembut perutnya, pemuda itu merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, terlebih saat ini Ayuna seolah dengan sengaja meraba tubuhnya, membuat Jaka yang baru pertama kali bersentuhan seperti ini dengan wanita langsung di buat tegang. Ayuna melirik kearah Jaka yang terlihat memejamkan mata, mencoba menahan sesuatu yang mulai bergejolak dalam dirinya. Sebenarnya Ayuna juga tidak kalah tegang, ini adalah pertama kalinya bagi gadis itu menyentuh tubuh seorang pria, dan untungnya itu adalah suaminya sendiri. Ayuna tersentak kaget saat tiba-tiba saja Jaka menahan lengannya yang tanpa sengaja sudah memegang sesuatu milik sang suami. "Ja-jaka," ucap lirih Ayuna. Gadis itu menelan ludahnya saat merasakan tangannya memegang sesuatu y