Bu Romlah terus memohon kepada lelaki paruh baya yang ada di depannya, bahkan Bu Romlah sama sekali tidak perduli jika sejak tadi suaminya terus berhenti menyuruhnya memohon, karena percuma saja. Namun ternyata ada secercah harapan saat mendengar kata-kata Juragan Wildan setelahnya."Saya akan menarik tuntutan asal Jaka mau mengembalikan uang tersebut tiga kali lipat, bukankah saya sudah pernah mengatakan sebelumnya?""Tapi dari mana kami mendapatkan uang sebanyak itu Juragan, tolonglah kali ini Juragan," Bu Romlah menangis sambil terisak, membuat Ayuna tidak tega melihatnya. Sebenarnya Juragan Wildan juga tidak tega, hanya saja ini harus tetap ia lakukan, karena dengan cara ini keinginan putrinya itu akan terpenuhi."Ada satu cara lain lagi untuk membebaskan anak kalian, namun saya tidak yakin apakah Jaka akan mau melakukannya, itu semua tergantung kepada kalian, jika kalian mau Jaka keluar dari penjara maka bujuk dia agar dia mau melakukan keinginan saya itu, maka dia akan terbebas
Pada akhirnya Indah harus kecewa karena Jaka sama sekali tidak menampakan batang hidungnya di kediamannya. Pak Wongso yang awalnya juga sudah mulai menerima alasan Indah. Itupun karena kabar yang diberikan Indah tentang tanah milik keluarga kekasihnya tersebut. Namun saat mengetahui jika Jaka telah mengingkari janjinya hari ini, membuat Pak Wongso kembali menggunjing pemuda tersebut. Seperti saat ini, Indah sedang di marahi oleh Pak Wongso. "Bapak itu heran sama kau Indah, beginikah laki-laki yang kau harapkan menjadi suamimu kelak? Begini saja dia sudah ingkar janji, apa lagi yang lain. Sudahlah, lebih baik kau pikirkan ulang untuk menikah dengan lelaki seperti Jaka, sungguh Bapak sangat tidak suka melihat tingkahnya itu," ucap Pak Wongso. Sedangkan Indah hanya diam, sambil menunduk, meremas ujung baju yang digunakannya. Indah sama sekali tidak terlalu memperdulikan amarah orang tuanya, yang jadi pikirannya sekarang, kenapa Jaka tidak datang? Padahal lelaki itu sudah berjanji pa
Belum lagi hilang rasa keterkejutan Indah, sekarang gadis itu kembali mendengar kalimat yang benar-benar menyesakan dadanya. "A-apa, di jodohkan? Ibu dan Bapak menjodohkan Bang Jaka? tetapi kenapa Bu, Pak? Kenapa kalian tega melakukannya?" Indah berdiri dari duduknya, matanya menatap sepasang suami istri yang ada di depannya dengan mata yang sudah berlinang air mata. "Kenapa kalian tega padaku?" Indah menangis sambil terisak. Bu Romlah berdiri, lalu menggenggam tangan gadis yang saat ini terlihat sangat rapuh. "Maafkan Ibu dan Bapak Indah, kami terpaksa melakukan ini," "Siapa? Siapa perempuan itu Bu? Apakah Bang Jaka juga menyukainya?" Walaupun sakit dengan pertanyaannya sendiri, namun Indah tetap harus bertanya karena rasa penasarannya lebih mendominasi. "Maaf, Ibu belum bisa mengatakannya sekarang, tolong maafkan kami Nak," ucap Bu Romlah dengan tatapan memelas. Indah tidak menjawab, wanita itu segera menarik tangannya dari genggaman Bu Romlah, tanpa mengatakan apapun wa
Jaka menatap seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut, Wawan yang merasa ucapannya tidak dihiraukan seketika melihat ke arah sahabatnya, yang justru asik menatap sesuatu dibelakangnya, replek Wawan pun ikut menoleh kebelakang. Pemuda itu cukup terkejut saat mendapati ternyata yang datang adalah Juragan Wildan, pemilik perkebunan kelapa sawit terluas di kampungnya. "Juragan datang?" ucap Wawan sambil berdiri dari duduknya. Sedangkan Juragan Wildan hanya tersenyum menanggapi sapaan karyawannya tersebut. "Jaka aku lupa masih ada urusan, kalau begitu aku balik dulu, besok aku akan ke sini lagi," ucap Wawan. "Besok kau tidak perlu datang ke sini lagi Wawan," ucap Juragan Wildan membuat kedua pemuda itu langsung menatap penuh tanda. "Maksud Juragan, Jaka akan bebas begitu? Makanya aku tidak perlu datang lagi ke penjara ini?" terka Wawan. "Baiklah kalau begitu besok aku tidak akan datang lagi ke penjara ini, tetapi aku akan datang ke rumahmu Jaka, yasudah aku balik du
Saat ini Ayuna dan Lola sudah berada di depan bangunan berlantai dua. Ayuna memperhatikan bangunan tersebut dengan pandangan yang tidak biasa, sedangkan Lola sendiri wajahnya terlihat datar. "Kita masuk sekarang?" tanya Ayuna yang di angguki oleh sahabatnya tersebut. "Apa kau yakin kita akan masuk dan menggerebek mereka? Belum tentu Kak Fery ada di dalam?" Ayuna tiba-tiba menjadi ragu. "Yakinlah, sebelumnya aku sudah mengikuti Fery, dan dia selalu pergi kerja ke tempat ini, sementara aku dengan bodohnya selalu mengira Fery masih kerja bersama Pamannya. Dia sama sekali tidak pernah menceritakannya padaku kalau dia itu sudah pindah kerja," jelas Lola dengan nada kesal. "Baiklah ayo kita ke sana, sepertinya tempat itu cukup ramai," "Sepertinya begitu," Setelah memarkirkan motor, kedua wanita cantik itupun langsung melangkah menuju ruko tempat di mana Fery berada. Lola melirik motor milik suaminya yang terparkir bersama motor lainnya, tepat di samping bangunan tersebut. Di seb
Feri menatap istrinya dengan wajah tercengang, sungguh Fery tidak pernah menyangka jika Lola bisa mengucapkan kata itu kepadanya, yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Fery. Walaupun saat ini dirinya akui sedang jenuh dengan sang istri, karena sikapnya yang selalu menuduhnya berselingkuh, namun untuk menceraikan Lola, sangat jauh dari pikirannya, bahkan sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Fery sedikitpun. "Kamu bilang apa barusan hah? Cerai? bisa-bisanya kamu berkata seperti itu? Oh, aku tahu, jangan-jangan sekarang kamu sudah ada lelaki lain ya? Makanya mudah bagimu mengucapkan kata cerai?" Lola dibuat tercengang dengan tuduhan suami ya itu, wanita itu mengepalkan tangan diantara kedua sisi tubuhnya, tentu Lola tidak ha is pikir, dan sama sekali tidak menyangka, jika Fery malah menuduhnya yang memiliki pria idaman lain. "Jawab Lola! Benarkan, kamu sudah memiliki pria lain?" sambungnya lagi. "Tutup mulutmu bajingan! Kau menuduhku berselingkuh? pandai sekali lida
Saat ini Jaka baru saja keluar dari sel tahanan, setelah berpikir beberapa hari, Jaka memutuskan untuk menerima tawaran Juragan Wildan. Walaupun dengan berat hati, itu semua Jaka lakukan agar ibu dan bapaknya tidak lagi memikirkan nasibnya saat dalam tahanan, apa lagi semenjak dirinya di tahan, Jaka selalu mendengar tentang kesehatan ibunya yang semakin memburuk, bahkan sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Lagi pula, Jaka memiliki alasan lain, Jaka harus menemui indah kekasihnya, untuk meminta penjelasan tentang poto gadis itu yang berpelukan dengan Miko, yang kala itu pernah dilihatnya di ponsel sahabatnya Wawan. Kini Jaka sudah sampai depan rumah sederhana, tempat di mana pemuda itu selama 23 tahun ini tinggal. Pemuda itu tersenyum, lalu segera melangkahkan kakinya menuju halaman rumah tersebut, rencananya Jaka akan memberikan kejutan kepada kedua orang tuanya. Namun saat Jaka sampai di depan pintu, pemuda itu melihat jika rumahnya ternyata di gembok, itu artinya saat ini kedua
Ayuna menatap Jaka, yang saat itu juga menatapnya, mungkin pemuda itu heran karena gadis yang ada di hadapannya itu tidak memperlihatkan reaksi apapun, seingat Jaka, selama ini Ayuna selalu memperlihatkan jika gadis itu memiliki ketertarikan padanya, bukan hanya dirinya, bahkan Wawan sahabatnya juga berpikiran sama dengannya, apakah selama ini dirinya hanya salah paham, dan terlalu kege'eran? 'Baguslah kalau selama ini pikiranku salah, jadi aku tidak perlu merasa bersalah,' batin pemuda itu. "Bagai mana Neng? Apakah Neng Ayuna setuju dengan permintaanku?" sambung Jaka lagi, setelah beberapa saat tengelam dengan pikirannya sendiri. "Apa kau bermaksud untuk menipu Ayah ku Jaka? Agar terbebas dari hukuman penjara?" tanya Ayuna dengan wajah datar. Membuat Jaka yang mendengar ucapan gadis itu cukup terkejut. "Apa maksudmu berkata seperti itu? Bukankah kau sudah menyetujui persyaratan yang Ayah ku ajukan?" sambung gadis itu. "Maafkan saya, saya sama sekali tidak bermaksud untuk m
Indah masih melamun memikirkan perasaan Jaka terhadapnya sekarang, apakah perasaan pemuda itu telah berubah terhadapnya? Atau yang lebih menyakitkan apakah mungkin sekarang pemuda yang sangat dicintainya tersebut sudah tidak perduli lagi dengannya, dan sudah jatuh cinta kepada istrinya? "Bang, apa kamu sudah tidak perduli lagi denganku?" Jaka menghela nafas panjang, lalu menatap wanita di depannya yang menunduk dengan wajah sedih karna perkataan Jaka barusan. "Justru karena aku perduli padamu Neng, sebaiknya kamu turuti saja permintaan Bapakmu, dan cobalah, walaupun kamu belum mencintai Ciko, tetapi cinta itu bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu," "Bang! Kenapa Bang Jaka berubah? Kenapa kamu tega memintaku untuk menerima lelaki lain di hidupku? Aku tidak mau Bang, aku cinta kamu, dan aku maunya hanya sama kamu Bang Jaka," pekik Indah dengan suara lantang, membuat dada seseorang bergemuruh karena ucapan tersebut. "Mengapa kau berteriak kepada suamiku?" Deg Indah k
Jaka masih membeku, merasa bingung tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan Ayuna yang melihat keterdiaman suaminya, kembali memeluk Jaka. Namun kali ini Jaka pasrah, tidak mungkin dirinya kembali menolak, bisa-bisa Ayuna akan semakin bertingkah dan kembali mengomel padanya. "Uh, nyaman sekali memeluk suami," gumam Ayuna sambil mencari kenyamanan dari tubuh sang suami. Ayuna mendongak untuk melihat Jaka, lelaki itu sedikit gelisah, dan merasa kurang nyaman dengan pelukan sang istri, namun Jaka tidak bisa melakukan apapun, matanya mencoba fokus menatap layar televisi yang ada di depannya. "Kenapa sih Mas, kok sepertinya gelisah banget?" Jaka menunduk, untuk melihat Ayuna yang ternyata juga sedang menatap kearahnya. Deg Tatapan keduanya bertemu, jarak wajah mereka hanya satu jengkal, bahkan hembusan nafas dari keduanya dapat mereka rasakan, Ayuna tersenyum manis, lalu tanpa aba-aba gadis itu langsung menempelkan bibirnya di atas bibir Jaka. Glek Jaka menelan ludah saat mer
Ayuna masih menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Jaka, Ayuna berharap jika suaminya itu akan mengatakan tidak. Namun jika pemuda itu memang ingin berpisah darinya, mungkin gadis itu akan mempertimbangkan permintaan suaminya tersebut. 'Ya Tuhan, begini kah rasanya mencintai tanpa dicintai? Padahal belum ada satu bulan kami menikah, namun rasanya hati ini sudah tidak kuat. Kenapa sangat sulit bagiku untuk mendapatkan cinta suamiku Tuhan? Apa karena aku tidak pantas untuknya? Atau karena aku telah menyakiti hati Indah, makanya Engkau menghukum ku dengan cara ini? Agar aku juga merasakan sakit hati, seperti apa yang Indah rasakan karena aku telah merebut Jaka darinya? Jika memang dengan cara ini Engkau mau mengampuniku, aku ikhlas Tuhan. Aku rela sakit hati, asalkan Engkau mau bermurah hati untuk membuat suamiku mencintaiku,' batin Ayuna penuh permohonan kepada yang Maha Kuasa. Jaka sendiri masih membeku, bingung. Itulah yang Jaka rasakan saat ini, dalam hati pemuda itu merutuki
Saat ini Ayuna dan Ciko sudah berada di depan rumah Indah, namun tidak begitu dekat dengan rumah tersebut, karena Ayuna tidak ingin dicurigai sebagai penguntit oleh para tetangga, saat ini keduanya berada di bawah pohon mangga yang cukup rindang, di pinggir jalan, keduanya duduk di atas motor masing-masing sambil memperhatikan rumah yang ada di depan mereka. "Bukankah itu motor milik Ayahmu? Jadi aku tidak berbohong kan, saat mengatakan jika suamimu sekarang ada di dalam rumah mantannya," ucap Ciko sambil menyeringai. Ayuna tidak menjawab, gadis itu hanya diam sambil terus memperhatikan rumah tersebut. Di dalam hatinya, Ayuna sangat penasaran dengan apa yang Jaka lakukan di dalam rumah mantan kekasihnya itu. Sedangkan di dalam rumah, terlihat Pak Wongso menatap Jaka dengan tajam, pemuda itu baru saja menyampaikan maksud dan kedatangannya ke rumah itu, seperti permintaan Indah. Yang meminta dirinya untuk bicara pada orang tua Indah, agar mereka mau membatalkan perjodohan tersebut
Saat ini Jaka sedang di sibukkan oleh pekerjaannya, memantau setiap pekerjaan karyawan perkebunan. Di sisi lain terlihat ada beberapa orang pemuda yang sedang bergosip sambil menatap kearah Jaka. "Enak ya jadi Jaka, sekarang kerjaannya sudah terjamin, tinggal suruh sana, suruh sini," "Kau benar, sudah gitu dapat istri cantik pula, anak tunggal, warisannya banyak pula," sambung yang lain. "Huus, kalian jangan bergosip terus, nanti kedengaran Juragan Wildan bisa kena marah, kalian jangan iri, itu namanya nasib Jaka yang mujur, jadi jangan sirik," sambung Wawan sahabat Jaka. "Hem, iya deh yang punya sahabat," "Sudah-sudah sebaiknya kita kerja lagi," sambung yang lain. Di saat Jaka sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponsel miliknya berdering, membuat Jaka langsung mengangkat panggilan tersebut, yang ternyata berasal dari Indah, mantan kekasihnya.Meskipun malas, Jaka tetap mengangkat panggilan dari wanita itu. "Iya Indah, ada apa?" "Aku ada di depan Bang, Abang bisa ke s
Saat ini sepasang suami istri tersebut ada di sebuah gazebo, yang berada di belakang rumah orang tua Jaka. Di samping gazebo tersebut ada beberapa tanaman sayur dan juga beberapa pohon buah-buahan, seperti pepaya, jambu air, dan juga mangga. Ayuna tidak menyangka jika di belakang rumah mertuanya ada kebun, yang membuat matanya terasa di manjakan. Terlihat sejuk karena rindangnya pohon mangga yang ada di samping gazebo tersebut. "Maaf karena saya tidak memberitahumu tentang kondisi Bapak," jelas Jaka setelah dia beberapa saat. "Tidak masalah, toh aku tidak terlalu penting untuk mengetahuinya, benarkan?" Jaka yang tadinya menatap lurus ke depan, langsung menoleh pada sosok wanita cantik di sampingnya. "Kenapa berkata seperti itu?" "Lalu harus bagai mana? Toh kenyataannya memang seperti itu kan? Sekarang aku tanya sama kamu Mas, apa kamu ada memikirkan aku saat kamu memeluk wanita itu?" Jaka membeku, sejujurnya Jaka memang tidak memikirkan perasaan Ayuna saat memeluk Indah, s
Ayuna membeku kala matanya melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihatnya. Tangannya terkepal kuat, apa lagi saat wanita dalam pelukan suaminya tersebut tersenyum menyeringai kearahnya. Ya, saat ini Ayuna tengah menatap suaminya yang sedang memeluk wanita lain, yang tidak lain adalah Indah. Entah apa alasan dari pelukan tersebut yang pasti Ayuna yang melihatnya semakin bertambah kecewa. "Nak Kenapa kamu hanya berdiri di depan pintu? Kenapa tidak masuk?" tanya Juragan Wildan yang tiba-tiba mengagetkan Ayuna. "Assalamu'alaikum ..." Ayuna mengucapkan salam dengan suara keras, berharap dua orang yang tidak tahu malu di depannya segera melepaskan diri, sebelum ayahnya melihat perbuatan memalukan suaminya. Dan benar saja, Jaka yang kaget replek melepaskan pelukan Indah, saat mendengar suara yang di kenalnya, sedangkan Indah hanya mendengus kesal karena gangguan Ayuna. "Hei Nak, kenapa mengucapkan salamnya seperti itu? Nanti menggangu Pak Agus yang sedang sakit," tegur Juragan
"Kamu menganggapku istri mu, dan saat lelaki lain menyentuhku kamu marah? Lucu sekali, dengar ya suamiku tercinta, Ahmad itu memelukku hanya karena ingin berpamitan, dia akan kembali ke kota asalnya, itu tadi hanya pelukan perpisahan saja," jawab Ayuna dengan santai. Sedangkan Jaka semakin berangkat melihat sikap santai istrinya itu. 'Apa dia bilang? Benar-benar tidak bisa di percaya, bisa-bisanya dia membiarkan tubuhnya di peluk oleh lelaki yang baru di kenalnya, aku saja sebagai suaminya belum pernah berinisiatif untuk memeluknya duluan, lelaki itu malah dengan kurang ajarnya memeluk istriku di depanku,' batin Jaka merasa darahnya mendidih. Entah mengapa Jaka merasakan perasaan demikian. 'Dia kenapa? Kenapa jadi melamun begitu? Apa rencanaku dan Ahmad telah gagal membuatnya cemburu?' batin Ayuna. Sebenarnya pelukan tadi adalah bagian dari rencana Ayuna dan Ahmad, gadis itu terpaksa meminta bantuan Ahmad untuk membuat suaminya itu cemburu. Ayuna beralasan kepada Ahmad jika saat i
Perlahan Ayuna menuangkan minyak tersebut diatas telapak tangannya, setelah itu gadis tersebut langsung mengoleskannya di atas perut Jaka yang terlihat menggoda di indra penglihatan gadis itu. "Em, Jaka sedikit melenguh saat Ayuna mengusap lembut perutnya, pemuda itu merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, terlebih saat ini Ayuna seolah dengan sengaja meraba tubuhnya, membuat Jaka yang baru pertama kali bersentuhan seperti ini dengan wanita langsung di buat tegang. Ayuna melirik kearah Jaka yang terlihat memejamkan mata, mencoba menahan sesuatu yang mulai bergejolak dalam dirinya. Sebenarnya Ayuna juga tidak kalah tegang, ini adalah pertama kalinya bagi gadis itu menyentuh tubuh seorang pria, dan untungnya itu adalah suaminya sendiri. Ayuna tersentak kaget saat tiba-tiba saja Jaka menahan lengannya yang tanpa sengaja sudah memegang sesuatu milik sang suami. "Ja-jaka," ucap lirih Ayuna. Gadis itu menelan ludahnya saat merasakan tangannya memegang sesuatu y