"Hah?" Jaka melongo mendengar penuturan temannya tersebut. Sebenarnya sejak awal Jaka juga sempat berpikir jika Ayuna bersikap terlalu baik padanya, dalam hati Jaka apakah gadis itu menyukainya? Namun dengan cepat lelaki itu menghalau pikiran halu nya tersebut, mana mungkin seorang putri juragan kampung bisa menyukai lelaki miskin seperti dirinya. Jaka yang tidak ingin ge'er mencoba mengabaikannya saja saat itu."Yaelah Jaka, jadi kau tidak tahu? Ck, sayang sekali, padahal bening gitu, anak tunggal pula. Mungkin jika kau mau jadi kekasihnya, kau akan dapatkan semuanya Jaka," ucap Wawan dengan pikiran konyolnya."Pikiranmu itu sudah tidak waras ya Wan? Kau sendiri tahu kalau saya memiliki Indah, mana mungkin bersama Neng Ayuna." Jaka kesal mendengar ucapan temannya itu, yang menurutnya sangat ngawur."Ha ...ha ... aku hanya bercanda, dan menggoda mu, siapa sangka tanggapanmu akan semarah ini,""Saya tidak suka bercanda masalah perasaan Wan, sudahlah sebaiknya kita jangan membahas ini l
Jaka berjalan menuju gedung berlantai dua, milik Juragan Wildan. Beberapa saat yang lalu, Wawan baru saja memberitahunya jika Juragan Wildan sedang mencarinya. TokTokTokJaka mengetuk pintu, yang memang tidak tertutup. Alias pintu ruangan tersebut terbuka dengan sempurna. Pemuda itu melihat Ayuna sedang berbicara dengan Juragan Wildan, entah apa yang sedang dibicarakan ayah dan anak tersebut, namun terlihat sangat serius. Jaka tidak ingin mengganggu dan masih setia menunggu keduanya sampai selesai bicara."Ya sudah Ayah, kalau begitu aku pergi dulu," ucap gadis itu sambil tersenyum kepada ayahnya. Ayuna melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan tersebut, begitu sampai didepan Jaka, gadis itu menatap Jaka dengan tatapan datar, membuat Jaka yang melihat itu merasa heran, sebagai tidak biasanya Ayuna bersikap seperti itu. Setelah itu ayuna langsung melangkah keluar tanpa mengatakan apapun kepada lelaki itu, membuat Jaka sedikit penasaran atas sikap gadis itu yang berbeda dari bia
Jaka memarkirkan motornya dihalaman rumah, lalu melangkah dengan lesu memasuki rumah di mana dirinya tinggal selama 23 tahun ini. Baru saja akan masuk kedalam Jaka langsung mendapat teguran dari Pak Agus, yang memang sedang menunggu kedatangannya sejak tadi. Setelah mendapat kabar jika putranya telah melakukan kecurangan Pak Agus langsung tidak tenang."Jaka apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Juragan Wildan mengatakan jika kau telah menjual puluhan ton buah kelapa sawit pada seorang penadah?""Pak, sabar dulu. Biarkan Jaka duduk dulu, ayo Nak, kau duduk dulu, dan ini di minum air nya," ucap Bu Romlah menenangkan suaminya, lalu setelah itu menyodorkan segelas air kepada putranya tersebut.Jaka mengambil minuman tersebut, lalu meneguknya hingga tandas, memikirkan semua masalah yang tiba-tiba menimpanya membuat tenggorokannya terasa kering, dengan kepala yang berdenyut nyeri."Sekarang coba kamu jelaskan sama ibu dan Bapakmu Nak, apa yang terjadi di perkebunan? Dan kenapa Juragan Wildan
"Saya tidak mau tahu Agus, saya mau anakmu tetap bertanggung jawab. Kalau tidak saya akan memasukan Jaka kedalam penjara." Juragan Wildan menatap tajam kearah Pak Agus."Bagai mana caranya Juragan? Kami hanya orang miskin, dan kami tidak punya uang untuk mengganti rugi, saya mohon Juragan, " ucap Pak Agus. Lelaki paruh baya itu mengatupkan kedua tangannya di atas dada, memohon berharap sang juragan kampung, agar anaknya Jaka tidak dimasukan dalam jeruji besi, apa lagi Juragan Wildan meminta uang yang dikembalikan menjadi tiga kali lipat dari tuduhan tersebut, yang awalnya 50 juta menjadi 150 juta. Tentu itu membuat Pak Agus semakin bingung.Juragan Wildan melirik kearah Ayuna, terlihat gadis itu menggeleng pelan. Melihat itu Juragan Wildan hanya bisa menghela nafas berat."Maaf Gus, asal kamu tahu, karena ulah Jaka, saya mengalami kerugian yang sangat besar, dan saya tidak bisa memaafkan begitu saja,"Jaka menatap orang tuanya dengan tatapan sedih, hatinya sangat marah, karena kebodoh
Orang itu merasakan panas di hatinya, saat sepasang kekasih itu terlihat romantis."Kita lihat, apakah setelah ini kalian masih bisa saling menempel seperti ini," gumamnya. Setelah itu orang tersebut langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.Indah menyandarkan kepalanya di bahu sang kekasih. "Bang Jaka, Bapak ingin bertemu dengan Abang," ucap Indah yang langsung membuat Jaka langsung menoleh ke arah gadis itu."Kapan?""Besok Bang, sepertinya mau membahas masalah pernikahan kita," jawab gadis itu sambil tersenyum. Namun senyum itu surut kala melihat Jaka tidak bereaksi apapun, Jaka terlihat melamun dan memikirkan sesuatu, membuat gadis itu sedikit penasaran.Ya, seharusnya Jaka merasa senang dengan berita ini, ini adalah keinginan pemuda itu sejak lama, namun yang kini Jaka rasakan malah sebaliknya, pada kenyataannya lelaki itu malah merasa jika ini belum waktunya, masih ada masalah, dan ini harus diselesaikannya terlebih dahulu."Ada apa Bang? Apa Abang tidak suka dengan kabar bah
Pak Agus membuka pintu berbahan kayu tersebut, Pak Agus sempat terkejut saat melihat ada dua orang pria berseragam polisi yang datang kerumahnya. Entah mengapa pikiran Pak Agus langsung tertuju pada putranya Jaka, lelaki paruh baya itu takut jika kedatangan polisi tersebut ada hubungannya dengan putranya itu."Maaf mengganggu malam-malam begini, apakah betul ini rumah saudara Jaka?" "I-iya betul, saya orang tuanya, ini ada apa ya Pak?" Dalam hati Pak Agus sangat berharap jika kedatangan dua polisi tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan putranya Jaka."kedatangan kami ke sini karena untuk menangkap anak Bapak Jaka,"DegPak Agus memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sesak, walaupun sudah menduganya, namun saat polisi tersebut mengatakan maksud kedatangan mereka untuk menangkap putranya, tetap saja Pak Agus merasa syok."Siapa Pak?" Bu Romlah muncul dari arah belakang. Wanita paruh baya itu juga terlihat kaget dengan kedatangan polisi kerumah mereka."Pak, kenapa polisi d
Bu Romlah terus memohon kepada lelaki paruh baya yang ada di depannya, bahkan Bu Romlah sama sekali tidak perduli jika sejak tadi suaminya terus berhenti menyuruhnya memohon, karena percuma saja. Namun ternyata ada secercah harapan saat mendengar kata-kata Juragan Wildan setelahnya."Saya akan menarik tuntutan asal Jaka mau mengembalikan uang tersebut tiga kali lipat, bukankah saya sudah pernah mengatakan sebelumnya?""Tapi dari mana kami mendapatkan uang sebanyak itu Juragan, tolonglah kali ini Juragan," Bu Romlah menangis sambil terisak, membuat Ayuna tidak tega melihatnya. Sebenarnya Juragan Wildan juga tidak tega, hanya saja ini harus tetap ia lakukan, karena dengan cara ini keinginan putrinya itu akan terpenuhi."Ada satu cara lain lagi untuk membebaskan anak kalian, namun saya tidak yakin apakah Jaka akan mau melakukannya, itu semua tergantung kepada kalian, jika kalian mau Jaka keluar dari penjara maka bujuk dia agar dia mau melakukan keinginan saya itu, maka dia akan terbebas
Pada akhirnya Indah harus kecewa karena Jaka sama sekali tidak menampakan batang hidungnya di kediamannya. Pak Wongso yang awalnya juga sudah mulai menerima alasan Indah. Itupun karena kabar yang diberikan Indah tentang tanah milik keluarga kekasihnya tersebut. Namun saat mengetahui jika Jaka telah mengingkari janjinya hari ini, membuat Pak Wongso kembali menggunjing pemuda tersebut. Seperti saat ini, Indah sedang di marahi oleh Pak Wongso. "Bapak itu heran sama kau Indah, beginikah laki-laki yang kau harapkan menjadi suamimu kelak? Begini saja dia sudah ingkar janji, apa lagi yang lain. Sudahlah, lebih baik kau pikirkan ulang untuk menikah dengan lelaki seperti Jaka, sungguh Bapak sangat tidak suka melihat tingkahnya itu," ucap Pak Wongso. Sedangkan Indah hanya diam, sambil menunduk, meremas ujung baju yang digunakannya. Indah sama sekali tidak terlalu memperdulikan amarah orang tuanya, yang jadi pikirannya sekarang, kenapa Jaka tidak datang? Padahal lelaki itu sudah berjanji pa
Indah masih melamun memikirkan perasaan Jaka terhadapnya sekarang, apakah perasaan pemuda itu telah berubah terhadapnya? Atau yang lebih menyakitkan apakah mungkin sekarang pemuda yang sangat dicintainya tersebut sudah tidak perduli lagi dengannya, dan sudah jatuh cinta kepada istrinya? "Bang, apa kamu sudah tidak perduli lagi denganku?" Jaka menghela nafas panjang, lalu menatap wanita di depannya yang menunduk dengan wajah sedih karna perkataan Jaka barusan. "Justru karena aku perduli padamu Neng, sebaiknya kamu turuti saja permintaan Bapakmu, dan cobalah, walaupun kamu belum mencintai Ciko, tetapi cinta itu bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu," "Bang! Kenapa Bang Jaka berubah? Kenapa kamu tega memintaku untuk menerima lelaki lain di hidupku? Aku tidak mau Bang, aku cinta kamu, dan aku maunya hanya sama kamu Bang Jaka," pekik Indah dengan suara lantang, membuat dada seseorang bergemuruh karena ucapan tersebut. "Mengapa kau berteriak kepada suamiku?" Deg Indah k
Jaka masih membeku, merasa bingung tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan Ayuna yang melihat keterdiaman suaminya, kembali memeluk Jaka. Namun kali ini Jaka pasrah, tidak mungkin dirinya kembali menolak, bisa-bisa Ayuna akan semakin bertingkah dan kembali mengomel padanya. "Uh, nyaman sekali memeluk suami," gumam Ayuna sambil mencari kenyamanan dari tubuh sang suami. Ayuna mendongak untuk melihat Jaka, lelaki itu sedikit gelisah, dan merasa kurang nyaman dengan pelukan sang istri, namun Jaka tidak bisa melakukan apapun, matanya mencoba fokus menatap layar televisi yang ada di depannya. "Kenapa sih Mas, kok sepertinya gelisah banget?" Jaka menunduk, untuk melihat Ayuna yang ternyata juga sedang menatap kearahnya. Deg Tatapan keduanya bertemu, jarak wajah mereka hanya satu jengkal, bahkan hembusan nafas dari keduanya dapat mereka rasakan, Ayuna tersenyum manis, lalu tanpa aba-aba gadis itu langsung menempelkan bibirnya di atas bibir Jaka. Glek Jaka menelan ludah saat mer
Ayuna masih menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Jaka, Ayuna berharap jika suaminya itu akan mengatakan tidak. Namun jika pemuda itu memang ingin berpisah darinya, mungkin gadis itu akan mempertimbangkan permintaan suaminya tersebut. 'Ya Tuhan, begini kah rasanya mencintai tanpa dicintai? Padahal belum ada satu bulan kami menikah, namun rasanya hati ini sudah tidak kuat. Kenapa sangat sulit bagiku untuk mendapatkan cinta suamiku Tuhan? Apa karena aku tidak pantas untuknya? Atau karena aku telah menyakiti hati Indah, makanya Engkau menghukum ku dengan cara ini? Agar aku juga merasakan sakit hati, seperti apa yang Indah rasakan karena aku telah merebut Jaka darinya? Jika memang dengan cara ini Engkau mau mengampuniku, aku ikhlas Tuhan. Aku rela sakit hati, asalkan Engkau mau bermurah hati untuk membuat suamiku mencintaiku,' batin Ayuna penuh permohonan kepada yang Maha Kuasa. Jaka sendiri masih membeku, bingung. Itulah yang Jaka rasakan saat ini, dalam hati pemuda itu merutuki
Saat ini Ayuna dan Ciko sudah berada di depan rumah Indah, namun tidak begitu dekat dengan rumah tersebut, karena Ayuna tidak ingin dicurigai sebagai penguntit oleh para tetangga, saat ini keduanya berada di bawah pohon mangga yang cukup rindang, di pinggir jalan, keduanya duduk di atas motor masing-masing sambil memperhatikan rumah yang ada di depan mereka. "Bukankah itu motor milik Ayahmu? Jadi aku tidak berbohong kan, saat mengatakan jika suamimu sekarang ada di dalam rumah mantannya," ucap Ciko sambil menyeringai. Ayuna tidak menjawab, gadis itu hanya diam sambil terus memperhatikan rumah tersebut. Di dalam hatinya, Ayuna sangat penasaran dengan apa yang Jaka lakukan di dalam rumah mantan kekasihnya itu. Sedangkan di dalam rumah, terlihat Pak Wongso menatap Jaka dengan tajam, pemuda itu baru saja menyampaikan maksud dan kedatangannya ke rumah itu, seperti permintaan Indah. Yang meminta dirinya untuk bicara pada orang tua Indah, agar mereka mau membatalkan perjodohan tersebut
Saat ini Jaka sedang di sibukkan oleh pekerjaannya, memantau setiap pekerjaan karyawan perkebunan. Di sisi lain terlihat ada beberapa orang pemuda yang sedang bergosip sambil menatap kearah Jaka. "Enak ya jadi Jaka, sekarang kerjaannya sudah terjamin, tinggal suruh sana, suruh sini," "Kau benar, sudah gitu dapat istri cantik pula, anak tunggal, warisannya banyak pula," sambung yang lain. "Huus, kalian jangan bergosip terus, nanti kedengaran Juragan Wildan bisa kena marah, kalian jangan iri, itu namanya nasib Jaka yang mujur, jadi jangan sirik," sambung Wawan sahabat Jaka. "Hem, iya deh yang punya sahabat," "Sudah-sudah sebaiknya kita kerja lagi," sambung yang lain. Di saat Jaka sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponsel miliknya berdering, membuat Jaka langsung mengangkat panggilan tersebut, yang ternyata berasal dari Indah, mantan kekasihnya.Meskipun malas, Jaka tetap mengangkat panggilan dari wanita itu. "Iya Indah, ada apa?" "Aku ada di depan Bang, Abang bisa ke s
Saat ini sepasang suami istri tersebut ada di sebuah gazebo, yang berada di belakang rumah orang tua Jaka. Di samping gazebo tersebut ada beberapa tanaman sayur dan juga beberapa pohon buah-buahan, seperti pepaya, jambu air, dan juga mangga. Ayuna tidak menyangka jika di belakang rumah mertuanya ada kebun, yang membuat matanya terasa di manjakan. Terlihat sejuk karena rindangnya pohon mangga yang ada di samping gazebo tersebut. "Maaf karena saya tidak memberitahumu tentang kondisi Bapak," jelas Jaka setelah dia beberapa saat. "Tidak masalah, toh aku tidak terlalu penting untuk mengetahuinya, benarkan?" Jaka yang tadinya menatap lurus ke depan, langsung menoleh pada sosok wanita cantik di sampingnya. "Kenapa berkata seperti itu?" "Lalu harus bagai mana? Toh kenyataannya memang seperti itu kan? Sekarang aku tanya sama kamu Mas, apa kamu ada memikirkan aku saat kamu memeluk wanita itu?" Jaka membeku, sejujurnya Jaka memang tidak memikirkan perasaan Ayuna saat memeluk Indah, s
Ayuna membeku kala matanya melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihatnya. Tangannya terkepal kuat, apa lagi saat wanita dalam pelukan suaminya tersebut tersenyum menyeringai kearahnya. Ya, saat ini Ayuna tengah menatap suaminya yang sedang memeluk wanita lain, yang tidak lain adalah Indah. Entah apa alasan dari pelukan tersebut yang pasti Ayuna yang melihatnya semakin bertambah kecewa. "Nak Kenapa kamu hanya berdiri di depan pintu? Kenapa tidak masuk?" tanya Juragan Wildan yang tiba-tiba mengagetkan Ayuna. "Assalamu'alaikum ..." Ayuna mengucapkan salam dengan suara keras, berharap dua orang yang tidak tahu malu di depannya segera melepaskan diri, sebelum ayahnya melihat perbuatan memalukan suaminya. Dan benar saja, Jaka yang kaget replek melepaskan pelukan Indah, saat mendengar suara yang di kenalnya, sedangkan Indah hanya mendengus kesal karena gangguan Ayuna. "Hei Nak, kenapa mengucapkan salamnya seperti itu? Nanti menggangu Pak Agus yang sedang sakit," tegur Juragan
"Kamu menganggapku istri mu, dan saat lelaki lain menyentuhku kamu marah? Lucu sekali, dengar ya suamiku tercinta, Ahmad itu memelukku hanya karena ingin berpamitan, dia akan kembali ke kota asalnya, itu tadi hanya pelukan perpisahan saja," jawab Ayuna dengan santai. Sedangkan Jaka semakin berangkat melihat sikap santai istrinya itu. 'Apa dia bilang? Benar-benar tidak bisa di percaya, bisa-bisanya dia membiarkan tubuhnya di peluk oleh lelaki yang baru di kenalnya, aku saja sebagai suaminya belum pernah berinisiatif untuk memeluknya duluan, lelaki itu malah dengan kurang ajarnya memeluk istriku di depanku,' batin Jaka merasa darahnya mendidih. Entah mengapa Jaka merasakan perasaan demikian. 'Dia kenapa? Kenapa jadi melamun begitu? Apa rencanaku dan Ahmad telah gagal membuatnya cemburu?' batin Ayuna. Sebenarnya pelukan tadi adalah bagian dari rencana Ayuna dan Ahmad, gadis itu terpaksa meminta bantuan Ahmad untuk membuat suaminya itu cemburu. Ayuna beralasan kepada Ahmad jika saat i
Perlahan Ayuna menuangkan minyak tersebut diatas telapak tangannya, setelah itu gadis tersebut langsung mengoleskannya di atas perut Jaka yang terlihat menggoda di indra penglihatan gadis itu. "Em, Jaka sedikit melenguh saat Ayuna mengusap lembut perutnya, pemuda itu merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, terlebih saat ini Ayuna seolah dengan sengaja meraba tubuhnya, membuat Jaka yang baru pertama kali bersentuhan seperti ini dengan wanita langsung di buat tegang. Ayuna melirik kearah Jaka yang terlihat memejamkan mata, mencoba menahan sesuatu yang mulai bergejolak dalam dirinya. Sebenarnya Ayuna juga tidak kalah tegang, ini adalah pertama kalinya bagi gadis itu menyentuh tubuh seorang pria, dan untungnya itu adalah suaminya sendiri. Ayuna tersentak kaget saat tiba-tiba saja Jaka menahan lengannya yang tanpa sengaja sudah memegang sesuatu milik sang suami. "Ja-jaka," ucap lirih Ayuna. Gadis itu menelan ludahnya saat merasakan tangannya memegang sesuatu y