Share

Bab 155. Penuh Perhatian

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2025-02-06 09:19:31
Naura menarik napas panjang. Ia tidak tahu apakah ini keputusan yang benar, tetapi melihat harapan di wajah Ibu Lastri, ia akhirnya mengangguk.

“Baiklah,” ucapnya lirih.

Dion tersenyum lega. “Terima kasih, Naura. Aku janji, aku akan membuat semuanya lebih baik.”

Malam itu, Naura mengenakan dress sederhana berwarna krem. Ia berdiri di depan kaca, menatap pantulannya sendiri. Hatinya masih terasa berat, tetapi ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini adalah keputusan terbaik.

Ketika mereka tiba di restoran, langkah Naura terhenti seketika.

Jantungnya berdegup lebih kencang.

Di seberang jalan, tepat di depan restoran tempatnya berdiri, ada Revalence Dining. Restoran milik Reval.

Naura menelan ludah. Tangannya refleks menggenggam clutch di tangannya lebih erat.

Kenapa harus di sini? Kenapa harus sedekat ini dengan Reval?

Dion meraih tangannya, membuatnya tersadar. “Ayo, Naura. Meja kita sudah disiapkan.”

Naura mengangguk kecil. Ia berusaha menenangkan diri, mencoba meyakinkan hati
Rich Mama

:(

| 3
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Erlin Kurnia
Kerasa nyeseknya. Akhirnya plotnya naik turun lagi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 156. Menghilang

    Naura mengangkat kepalanya, memaksakan senyum. “Tidak apa-apa.” Dion menghela napas lega. “Aku senang kamu ada di sini. Aku janji, Naura … aku nggak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku nggak akan menyia-nyiakan kamu lagi.” Naura mengangguk kecil, meski hatinya terasa semakin sesak. Di luar sana, Reval masih berdiri. Pandangan mereka bertemu lagi, dan kali ini, Naura bisa melihat jelas luka yang berpendar di mata pria itu. Namun, Naura segera membuang muka. Tiba-tiba, ponselnya bergetar lagi. Pesan masuk. [Lihat aku, Naura.] Jantungnya berdebar. Naura mengangkat kepalanya perlahan, dan saat ia melakukannya, Reval mengulurkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak beludru kecil. Naura membelalakkan mata. Cincin. Reval membawakan cincin untuknya. Dan saat itu, Naura merasakan sesuatu menghantam dadanya begitu keras. Dion mungkin berjanji akan berubah. Ibu Lastri mungkin sangat menyayanginya. Tapi hanya ada satu pria yang berani memperjuangkannya dengan cara yang begitu ter

    Last Updated : 2025-02-06
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 157. Terasa Asing

    Reval melangkah masuk ke dalam restoran dengan perasaan hampa. Kepalan tangannya masih erat, seolah mencoba menahan gejolak emosi yang hampir meledak. Sorot matanya tajam, tetapi di balik itu, ada luka yang tidak bisa ia sembunyikan.Di hadapannya, keluarganya sudah menunggu dengan ekspresi yang berbeda-beda.Alexa langsung bertepuk tangan kecil, wajahnya tampak sumringah melihat kakaknya kembali seorang diri. “Aku sudah bilang, kan? Kak Reval terlalu percaya diri. Lihat sekarang, buktinya dia tetap memilih Dion!”Reval menghela napas, tidak menanggapi. Ia menarik kursi dengan sedikit kasar, lalu duduk tanpa banyak bicara.Dari sudut lain meja, sang mama mengamati ekspresi putranya dengan sorot puas. Ia menyandarkan tubuhnya, menyesap anggur di tangannya dengan tenang sebelum berkata, “Bagaimana, Reval? Sekarang kamu tahu sendiri sifat asli Naura. Dia tidak benar-benar mencintaimu. Selama ini dia hanya memanfaatkan kelemahanmu.”Reval mengangkat kepalanya, menatap sang mama dalam di

    Last Updated : 2025-02-06
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 158. Katakan yang Sebenarnya

    Deg!Naura merasakan sesuatu menyesak di dadanya. Ia mengerjap, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.“Mas ... kamu tidak percaya?”Dion berjalan mendekat, wajahnya masih sulit ditebak. “Jangan-jangan itu anak Reval?”Seperti ada tamparan keras yang menghantam pipinya.Naura menggeleng dengan mata berkaca-kaca. “Mas, ini anakmu. Bagaimana kamu bisa meragukannya? Aku yakin jika ini anak kita, Mas.”Dion menatapnya dalam diam, tetapi ada sesuatu di matanya. Sebuah keraguan.Keraguan yang begitu nyata dan menyakitkan.Suasana ruangan terasa begitu dingin, menusuk ke dalam hati Naura lebih dalam daripada udara malam di luar sana.Dion berbalik, menarik napas dalam-dalam, lalu mengepalkan tangannya. Pikirannya penuh dengan adegan yang terus menghantuinya.Hampir seminggu Naura tidak pulang ke rumah. Ia yakin jika istrinya tersebut pasti tinggal bersama Reval. Dan tidak mungkin Naura tidak melakukan apa-apa dengan lelaki itu.Naura menatap Dion penuh harap, tetapi pria itu teta

    Last Updated : 2025-02-07
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 159. Saling Bersentuhan

    Dion terdiam sejenak. “Naura lebih banyak menghabiskan waktu dengan bosnya. Aku yakin itu anak Reval. Bukan anakku.”Lastri tidak percaya dengan apa yang ia dengar. “Dion! Istri kamu baru saja mengandung anak pertama kalian, dan alih-alih bersyukur, kamu malah menuduhnya?!”Dion menutup matanya sejenak. “Bu, aku tidak menuduh. Seminggu ini Naura tidak pulang ke rumah. Dia tidur bersama Reval, Bu. Bagaimana aku bisa yakin jika anak itu adalah anakku, Bu?”Lastri terdiam.Dion melanjutkan. “Aku melihat semuanya. Mereka selalu bertemu diam-diam, berbicara dengan cara yang berbeda. Dan lebih dari itu ....” Dion mengusap wajahnya dengan kasar. “Naura berubah sejak saat itu, Bu. Sejak dia mendapatkan uang untuk membayar operasi ibu. Dia yang mulai terlihat gelisah, pikirannya sering melayang. Dan malam ini, ketika dokter mengumumkan kehamilannya, aku melihat sesuatu di matanya.”Lastri mempersempit matanya. “Apa yang kamu lihat?”Dion menatap ibunya lurus-lurus.“Keraguan.”Dion menggeleng

    Last Updated : 2025-02-07
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 1. Temani Aku Malam Ini

    “Saya … ingin mengajukan pinjaman, Pak.” Naura berdiri beberapa langkah dari meja, meremas jemarinya yang basah oleh keringat. Suaranya sedikit bergetar. Ucapan Naura membuat Reval menghentikan gerakan tangannya yang sedari tadi sibuk menandatangani berkas-berkas. Tatapannya langsung tertuju pada Naura, tatapan yang sulit diartikan. CEO duda itu menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tak berubah. “Berapa yang kamu butuhkan?” “Dua miliar, Pak.” Ruangan itu mendadak hening, seolah waktu berhenti. Naura menggigit bibir, menunggu reaksi yang tidak kunjung datang. Reval akhirnya tertawa kecil, suara yang tidak membawa kehangatan. “Kamu sadar betapa besar angka itu, kan?” “Saya sadar, Pak. Tapi saya tidak punya pilihan lain,” jawab Naura, nadanya memohon. Reval mengangguk pelan, lalu bangkit dari kursinya. Ia berjalan ke arah jendela besar di belakang meja, melihat pemandangan kota yang sibuk. “Kamu tahu, Naura, perusahaan tidak seperti lembaga amal. Kami tidak member

    Last Updated : 2024-11-04
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 2. Pakai Di Sini

    Naura harus ke rumah sakit ketika mendapatkan pesan dari Dion, suaminya, yang mengatakan kalau ibu mertuanya kritis di ICU. Saat di perjalanan menuju rumah sakit, ponsel Naura berbunyi, menampilkan pemberitahuan bahwa uang sebesar empat miliar sudah dikirimkan ke rekening Naura. “I-ini … banyak sekali.” Naura menutup mulutnya, ia terkejut karena Reval memberikan dua kali lipat dari yang Naura pinjam. Selama di dalam taksi, Naura hanya bisa menangis, takdirnya kini sudah ada di depan mata. Sesampainya di ruang gawat darurat, Naura menemukan ibu mertuanya terbaring lemah di balik kaca ruang ICU. Perempuan tua itu adalah satu-satunya yang pernah memperlakukan Naura seperti keluarga sejak ia menikah dengan Dion. Hati Naura mencelos melihat kondisinya, tapi sebelum ia bisa mendekat lebih jauh, suara Dion terdengar dari belakang. “Uangnya mana?” tanyanya, tanpa basa-basi, tanpa sedikit pun empati di wajahnya. Naura berbalik, menyerahkan amplop tebal yang ia bawa. Dion langsung mera

    Last Updated : 2024-11-04
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 3. Melanjutkan Permainan

    Reval melangkah mendekati Naura tanpa ekspresi. “Aku di sini. Tidak ada yang perlu kamu sembunyikan,” ujar Reval singkat, sambil menyentuh bahu Naura dengan lembut, namun tidak menunjukkan kehangatan. Naura menatap Reval, terkejut oleh kata-kata itu. Sentuhan di bahunya terasa aneh, dingin, seolah tidak ada emosi di baliknya. Rasa cemas menyelimuti dirinya, namun ia tetap terdiam. Namun, ia merasa tak mampu menolak. Perlahan ia menarik napas, berusaha meredam gemuruh jantungnya yang semakin cepat. Pandangannya tetap tertunduk, enggan bertemu mata Reval. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Naura mulai membuka kancing bajunya satu per satu. Setiap helai pakaian yang terlepas menambah rasa terpapar yang semakin dalam, bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional. Namun tatapan dingin Reval tetap menembusnya, seolah menahan setiap niat untuk mundur. Ketika pakaian terakhir terlepas, Naura merasa tubuhnya hampir tidak terlindungi, meskipun hanya ada sedikit kain yang menutupi tub

    Last Updated : 2024-11-05
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 4. Menuntaskan Hasrat

    Naura memandangnya dengan ekspresi bingung, masih mencoba memahami situasi yang baru saja terjadi. Ciuman mendadak itu, kehadiran Reval yang mendominasi, dan kalimat terakhirnya tentang malam esok membuatnya dilanda kegelisahan yang memuncak. “Tunggu … apa maksud Bapak jika besok malam adalah malam yang sesungguhnya?” tanya Naura, suaranya terdengar lemah, hampir berbisik. Reval menoleh sekilas, kemudian mendengus kecil. Ia berjalan menuju pintu kamar hotel tanpa menjawab langsung. Ketika ia membuka pintu untuk membuat Naura keluar dari kamarnya, ekspresinya masih sama, dingin dan penuh kontrol. “Kita belum selesai, Naura. Sampai apa yang kulakukan padamu setimpal dengan uang yang sudah kuberikan,” katanya dengan nada yang begitu tenang, namun penuh tekanan. Naura merasa seperti ditampar oleh kata-kata itu. Bibirnya sedikit terbuka, ingin membalas, tetapi ia tak menemukan kekuatan untuk melakukannya. Ia hanya berdiri mematung beberapa detik sebelum akhirnya berjalan keluar dengan

    Last Updated : 2024-11-05

Latest chapter

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 159. Saling Bersentuhan

    Dion terdiam sejenak. “Naura lebih banyak menghabiskan waktu dengan bosnya. Aku yakin itu anak Reval. Bukan anakku.”Lastri tidak percaya dengan apa yang ia dengar. “Dion! Istri kamu baru saja mengandung anak pertama kalian, dan alih-alih bersyukur, kamu malah menuduhnya?!”Dion menutup matanya sejenak. “Bu, aku tidak menuduh. Seminggu ini Naura tidak pulang ke rumah. Dia tidur bersama Reval, Bu. Bagaimana aku bisa yakin jika anak itu adalah anakku, Bu?”Lastri terdiam.Dion melanjutkan. “Aku melihat semuanya. Mereka selalu bertemu diam-diam, berbicara dengan cara yang berbeda. Dan lebih dari itu ....” Dion mengusap wajahnya dengan kasar. “Naura berubah sejak saat itu, Bu. Sejak dia mendapatkan uang untuk membayar operasi ibu. Dia yang mulai terlihat gelisah, pikirannya sering melayang. Dan malam ini, ketika dokter mengumumkan kehamilannya, aku melihat sesuatu di matanya.”Lastri mempersempit matanya. “Apa yang kamu lihat?”Dion menatap ibunya lurus-lurus.“Keraguan.”Dion menggeleng

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 158. Katakan yang Sebenarnya

    Deg!Naura merasakan sesuatu menyesak di dadanya. Ia mengerjap, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.“Mas ... kamu tidak percaya?”Dion berjalan mendekat, wajahnya masih sulit ditebak. “Jangan-jangan itu anak Reval?”Seperti ada tamparan keras yang menghantam pipinya.Naura menggeleng dengan mata berkaca-kaca. “Mas, ini anakmu. Bagaimana kamu bisa meragukannya? Aku yakin jika ini anak kita, Mas.”Dion menatapnya dalam diam, tetapi ada sesuatu di matanya. Sebuah keraguan.Keraguan yang begitu nyata dan menyakitkan.Suasana ruangan terasa begitu dingin, menusuk ke dalam hati Naura lebih dalam daripada udara malam di luar sana.Dion berbalik, menarik napas dalam-dalam, lalu mengepalkan tangannya. Pikirannya penuh dengan adegan yang terus menghantuinya.Hampir seminggu Naura tidak pulang ke rumah. Ia yakin jika istrinya tersebut pasti tinggal bersama Reval. Dan tidak mungkin Naura tidak melakukan apa-apa dengan lelaki itu.Naura menatap Dion penuh harap, tetapi pria itu teta

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 157. Terasa Asing

    Reval melangkah masuk ke dalam restoran dengan perasaan hampa. Kepalan tangannya masih erat, seolah mencoba menahan gejolak emosi yang hampir meledak. Sorot matanya tajam, tetapi di balik itu, ada luka yang tidak bisa ia sembunyikan.Di hadapannya, keluarganya sudah menunggu dengan ekspresi yang berbeda-beda.Alexa langsung bertepuk tangan kecil, wajahnya tampak sumringah melihat kakaknya kembali seorang diri. “Aku sudah bilang, kan? Kak Reval terlalu percaya diri. Lihat sekarang, buktinya dia tetap memilih Dion!”Reval menghela napas, tidak menanggapi. Ia menarik kursi dengan sedikit kasar, lalu duduk tanpa banyak bicara.Dari sudut lain meja, sang mama mengamati ekspresi putranya dengan sorot puas. Ia menyandarkan tubuhnya, menyesap anggur di tangannya dengan tenang sebelum berkata, “Bagaimana, Reval? Sekarang kamu tahu sendiri sifat asli Naura. Dia tidak benar-benar mencintaimu. Selama ini dia hanya memanfaatkan kelemahanmu.”Reval mengangkat kepalanya, menatap sang mama dalam di

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 156. Menghilang

    Naura mengangkat kepalanya, memaksakan senyum. “Tidak apa-apa.” Dion menghela napas lega. “Aku senang kamu ada di sini. Aku janji, Naura … aku nggak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku nggak akan menyia-nyiakan kamu lagi.” Naura mengangguk kecil, meski hatinya terasa semakin sesak. Di luar sana, Reval masih berdiri. Pandangan mereka bertemu lagi, dan kali ini, Naura bisa melihat jelas luka yang berpendar di mata pria itu. Namun, Naura segera membuang muka. Tiba-tiba, ponselnya bergetar lagi. Pesan masuk. [Lihat aku, Naura.] Jantungnya berdebar. Naura mengangkat kepalanya perlahan, dan saat ia melakukannya, Reval mengulurkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak beludru kecil. Naura membelalakkan mata. Cincin. Reval membawakan cincin untuknya. Dan saat itu, Naura merasakan sesuatu menghantam dadanya begitu keras. Dion mungkin berjanji akan berubah. Ibu Lastri mungkin sangat menyayanginya. Tapi hanya ada satu pria yang berani memperjuangkannya dengan cara yang begitu ter

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 155. Penuh Perhatian

    Naura menarik napas panjang. Ia tidak tahu apakah ini keputusan yang benar, tetapi melihat harapan di wajah Ibu Lastri, ia akhirnya mengangguk. “Baiklah,” ucapnya lirih. Dion tersenyum lega. “Terima kasih, Naura. Aku janji, aku akan membuat semuanya lebih baik.” Malam itu, Naura mengenakan dress sederhana berwarna krem. Ia berdiri di depan kaca, menatap pantulannya sendiri. Hatinya masih terasa berat, tetapi ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini adalah keputusan terbaik. Ketika mereka tiba di restoran, langkah Naura terhenti seketika. Jantungnya berdegup lebih kencang. Di seberang jalan, tepat di depan restoran tempatnya berdiri, ada Revalence Dining. Restoran milik Reval. Naura menelan ludah. Tangannya refleks menggenggam clutch di tangannya lebih erat. Kenapa harus di sini? Kenapa harus sedekat ini dengan Reval? Dion meraih tangannya, membuatnya tersadar. “Ayo, Naura. Meja kita sudah disiapkan.” Naura mengangguk kecil. Ia berusaha menenangkan diri, mencoba meyakinkan hati

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 154. Makan Malam

    Seperti petir yang menggelegar di siang bolong, pernyataan itu langsung mengubah atmosfer ruangan. Wajah Ibu Lastri memucat, sementara Dion tersentak, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Naura, jangan bicara seperti itu ....” Ibu Lastri langsung menggenggam tangan Naura erat, air matanya mulai menggenang. “Pikirkan lagi, Nak. Jangan gegabah mengambil keputusan.” “Ibu, ini bukan keputusan yang Naura buat dalam semalam. Naura sudah berpikir panjang,” ucap Naura, mencoba tetap tenang meskipun dadanya sesak. “Tapi, Nak ....” suara Ibu Lastri bergetar, jemarinya semakin erat mencengkeram tangan Naura. “Ibu mohon ... jangan tinggalkan Dion ... dan jangan tinggalkan ibu.” Dion yang sejak tadi diam akhirnya ikut bicara. “Naura ... aku tahu aku salah. Aku bodoh, aku egois ... aku sudah menyia-nyiakanmu.” Suaranya serak, nadanya penuh dengan penyesalan. “Aku janji ... aku tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi. Tolong beri aku kesempatan kedua.” Naura mengalihk

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 153. Ingin Pisah

    Naura mengangguk. “Saya tidak bisa terus seperti ini, Pak Reval. Saya tidak bisa menjalani dua kehidupan dalam satu waktu. Saya harus menyelesaikan masalah saya dengan Mas Dion.” Ruangan itu terasa sunyi sesaat. Reval menatapnya dalam-dalam, seakan mencari kebimbangan dalam mata wanita itu. Tapi, yang ia temukan hanyalah keteguhan hati. Akhirnya, ia menghela napas panjang. “Baiklah,” ucap Reval, suaranya sedikit berat. “Kalau itu yang kamu mau.” Naura tersenyum kecil, lega karena Reval tidak berusaha menahannya. Tapi, sebelum ia bisa melangkah, Reval kembali bersuara. “Tapi, aku ingin kamu tahu satu hal, Naura.” Naura menoleh. Reval menatapnya lekat, suaranya terdengar lebih dalam. “Aku tidak akan mundur. Aku akan tetap di sini, menunggumu. Apa pun yang terjadi di rumahmu nanti, aku ingin kamu ingat ... bahwa aku selalu ada.” Naura merasakan tenggorokannya mengering. Ia ingin membalas sesuatu, tapi kata-katanya terasa macet di tenggorokan. Akhirnya, ia hanya bisa mengangguk

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 152. Kamu Yakin?

    Beberapa hari telah berlalu. Cahaya matahari sore masuk melalui jendela besar, menciptakan pola-pola lembut di atas lantai. Aroma lembut parfum Reval memenuhi ruangan, menciptakan suasana tenang, tetapi ada ketegangan tipis yang menggantung di udara. Naura sedang bercermin seraya merapikan rambutnya. Wajahnya terlihat tenang setelah menghabiskan banyak waktu bersama Reval selama kurang lebih satu minggu. Reval yang berdiri di belakangnya. Sebuah lipstik berwarna pink tergenggam di tangan pria itu, jemarinya yang panjang dan kuat tampak santai, tetapi sorot matanya penuh konsentrasi. “Kamu tidak perlu bergerak,” bisik Reval, suaranya rendah, nyaris seperti perintah. Ia memiringkan kepalanya sedikit, matanya tajam namun lembut, seperti seseorang yang sedang menyusun karya seni. Naura mengangkat matanya perlahan, namun hanya untuk menemukan wajah Reval sudah begitu dekat dengannya. Dadanya seakan membeku sesaat. Ia merasakan hawa napas pria itu menyentuh pipinya, begitu hangat, hamp

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 151. Benar-benar Mencintainya

    Naura memperhatikan gerak-gerik Reval. Dengan penuh rasa ingin tahu. “Apa itu?” Reval tidak langsung menjawab. Ia mengeluarkan ponselnya, membuka ikon kamera, dan mengangkatnya setinggi wajah mereka. “Apa yang Bapak lakukan?” tanya Naura, menyipitkan matanya curiga. Reval menoleh sekilas dengan ekspresi polos, yang jelas dibuat-buat. “Tidak ada salahnya kan jika kita mengabadikan momen hari ini?” “Maksudnya ... mengambil foto berdua?” Naura tampak terkejut. Tidak menyangka Reval bisa berpikir sampai ke sana. Reval mengangguk, senyum nakal tersungging di sudut bibirnya. “Tentu saja. Kalau bisa, banyak.” Naura mendengkus pelan. “Pak Reval, kita ini ...” “Kita ini apa?” potong Reval cepat. “Bukan pasangan suami-istri?” Pipi Naura memanas. “Bukan itu maksud saya.” “Kalau begitu, tidak ada alasan untuk menolak, kan?” Reval mengedipkan mata sebelum menarik Naura lebih dekat. “Pak Reval!” Naura berusaha menjauh, tapi pria itu justru mempererat genggamannya. “Kita sudah di tempat ya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status