“Ada sedikit. Tapi tidak apa-apa. Tidak penting juga.”
Liora tidak lagi marah tentang itu. Kini justru kesedihan yang menguasai hatinya.
Zach pun menyatukan keningnya dengan kening Liora.
Andai mereka bisa bersatu seperti ini di kehidupan nyata ...
“Maafkan aku. Aku sungguh frustrasi waktu itu. Dan aku menyesal sudah berlaku kasar padamu. Aku tak bisa melupakan perbuatanku di pantai. Juga di resort. Tidak seharusnya aku terbawa emosi juga nafsuku. Maafkan aku, Liora. Sungguh maafkan aku.”
Zach mencium lembut bibir Liora lagi dan mendapat balasan yang sama lembutnya.
Kali ini Zach tidak memperdalam ciumannya. Dia mengurai dan menatap kedua mata Liora lagi sembari merapikan rambut panjang Liora yang sedikit bergelombang dengan jari jemarinya.
“Kau cantik sekali, Liora. Dan aku sudah jatuh cinta padamu. Tidak mungkin aku menyerah begitu saja. Tunggu aku, Liora. Aku akan mengubah takdir agar berpihak pada kita, Liora.”
Liora mengambil ponselnya dan menelpon Zidane. Panggilan masuk tapi tidak diangkat.Dia mengulanginya lagi tapi masih tidak diangkat.Liora masih menunggu kepulangan Zidane sampai tengah malam sebelum akhirnya dia membuang makan malam yang dimasaknya karena sudah mencapai 6 jam lebih disajikan.Ketika akhirnya Liora terbangun esok paginya, ada pesan dari Zidane.[Maaf, Liora, aku lupa mengabari. Aku belum bisa pulang. Mungkin besok atau lusa baru aku pulang. Kau tidak apa-apa kan sendirian di rumah lebih lama lagi?]Liora menatap pesan itu. Entah apa yang harus dia rasakan. Sejujurnya Liora tidak merasakan apa-apa.Dia pun membalas. [Tidak apa-apa, Zidane. Jaga dirimu ya di sana. Semoga sukses pekerjaanmu.]Setelah semua utangnya dilunasi Zidane, apa lagi yang bisa Liora berikan pada Zidane kecuali doa agar pekerjaannya sukses. Dengan begitu apa yang telah dia keluarkan untuk Liora bisa terbayarkan.Liora menghela napasnya, lalu gegas bersiap untuk ke kantor.Selesai mandi, Liora memb
“Sudah begini saja, Pak?”Eve, rekan Liora dalam sekretariat CEO mencatat semua detil yang berhubungan dengan kebiasaan Zach selaku CEO yang baru.Zach mendengarkan satu demi satu yang dibacakan Eve, lalu mengangguk.“Iya, itu saja. Oh ya, tolong panggilkan Bu Liora. Saya ingin melihat sejauh apa perkembangan perusahaan kita dengan pihak eksternal.”“Sekarang, Pak?” tanya Eve ragu-ragu. Pasalnya, Mr. Ben tidak pernah mengadakan pembahasan berat di jam mendekati jam pulang. Pria itu selalu pulang satu jam sebelum jam kerja karyawan lain selesai.Jadi, mereka semua sudah terbiasa pulang on time.Tapi berhubung sekarang Zach yang menjadi pimpinan baru mereka, sepertinya akan ada perubahan cukup besar dalam ritme kerja mereka. CEO muda dengan CEO tua tentu saja berbeda, bukan?“Iya sekarang. Masih ada waktu 15 menit sebelum jam pulang. Itu cukup untuk menambah gambaran saya tentang kondisi perusahaan ini. Tolong, ya, Eve.”“Baik, Pak.”Zach melihat Eve mengangguk lalu keluar. Dia tahu Eve
“Zach, bukankah kau sedang-”Kata-kata Liora tertelan seiring dengan lumatan Zach yang bertambah ganas.Pria itu mencium dan menjelajah isi rongga mulut Liora seakan kerinduan dan kekesalannya atas kata-kata Liora minggu lalu dibalaskannya saat ini.Seiring sapuan lidahnya di lidah Liora, juga di langit mulut Liora, Zach seolah ingin membersihkannya dari satu nama, yaitu Zidane. Juga membersihkan panggilan Liora untuk Zidane, yaitu ‘suamiku.’Rasanya sungguh menusuk telinga ketika dua kata itu terucap dari bibir Liora.Dan ketika teringat hal ini, Zach mulai menghisap kuat bibir itu.“Cu- kup, Zach!” Liora menghentikannya dengan menggigit bibir Zach sehingga pria itu mengaduh kesakitan dan pagutan mereka pun terputus.Napas Liora terengah dan dia langsung bangun dari pangkuan Zach.Liora merapikan baju dan roknya dengan gugup serta pandangan terarah pada pintu ruangan Zach.Beraninya Zach melakukan ini di kantor, bahkan di ruang CEO! Jika sampai ada yang datang dan melihat mereka tadi
Aroma BLACK PEPPER TOFU CHICKEN sudah menyebar sampai ke kamarnya ketika Zach selesai mandi.Dengan memakai kaos rumahan yang santai Zach menuju dapur dan melihat Liora mengangkat sepiring masakannya ke meja.“Kau mau mandi dulu? Kalau mau kau bisa pakai bajuku. Kita makan setelah kau mandi.”Zach merasa bersalah setelah dia tadi pergi begitu saja tanpa mendengarkan keseluruhan kata-kata Liora. Rasa itu semakin kuat ketika dia melihat mata sayu Liora saat mengangkat menu ke meja makan.“Tidak perlu, Zach. Aku rasa aku akan pulang sekarang. Tugasku di sini sudah selesai.”Liora sembari membuka apron di tubuhnya dan melipatnya kembali untuk diletakkan di atas meja dapur.Saat itu, Zach terperangah. Setelah Liora menceritakan jika Zidane baru akan pulang besok, seharusnya tidak ada hal yang membuat Liora tidak bersedia makan bersamanya malam ini.“Kau tidak ikut makan?”“Tidak perlu, Zach. Aku makan di rumah saja,” kata Liora lagi seraya menghindari tatapan mata Zach.“Tapi aku ingin maka
“Tung- tunggu dulu!” Zach tiba-tiba merasa gugup.Mendadak dia takut jika hasil analisa baru Peter malah akan membuat mentalnya jatuh. Bagaimana jika penyakitnya bukan sekadar asam lambung?Bagaimana jika ternyata dia menderita penyakit serius?Zach melirik Liora yang seakan ikut menunggu meskipun wanita itu tidak ikut mendengarkan.Zach pun memberi tanda telunjuk pada Liora agar dia bisa bicara dengan Peter di tempat lain.Liora memberinya senyum kaku pertanda dia setuju meski terpaksa.Akhirnya Zach bangkit dan menuju ruang sebelah. Di sana, dia bertanya pada Peter, “Oke, aku sudah siap. Beritahu aku apa penyakitku!”Di ujung sana, ada jeda dua detik sebelum tawa Peter pecah menggelegak.“Kau takut, huh?” ejeknya pada Zach.“Sudah, cepat katakan!”“Oh ... baiklah. Harap persiapkan hatimu karena ini penyakit amat langka. Bisa dikatakan 1: 1 juta.”Mendengar Peter berkata seperti itu, Zach semakin cemas. Penyakit langka? Sesak menjalari dadanya seketika itu juga.“Apakah bisa sembuh?”
Liora menutup wajahnya dan menangis tersedu-sedu.Di hadapannya Zach terdiam saat mendengar penuturan Liora. Lagi-lagi wanita yang paling dia cintai itu terlihat panik, cemas, dan sedih karena memikirkan nasib pernikahannya dengan Zidane.Apakah Liora benar-benar mencintai Zidane? Kenapa dia begitu takut pernikahannya dengan Zidane kandas?Rasanya sungguh tidak masuk akal. Andaikata Zidane bersikap seperti suami pada umumnya, Zach masih bisa memahami kenapa Liora hendak mempertahankan pernikahannya.Tapi ini? Zidane saja selalu meninggalkannya setiap weekend. Zidane tak pernah menyentuh Liora selayaknya suami menyentuh istri. Lalu, bagaimana bisa dia berpikiran positif terhadap Zidane?“Apanya yang disaster? Ini anak kita. Buah cinta kita. Kita tinggal mengakuinya di depan Zidane, biar dia menceraikanmu, lalu kita menikah. Masalah orang tuaku, itu mudah. Mereka tidak pernah memaksakan kehendak mereka padaku. Aku yakin aku bisa menjelaskan dengan baik pada mereka.”Zach mencoba memberi
Liora mengerjap tak percaya mendengar penuturan Merlyn.Benarkah wanita itu melihatnya turun dari mobil Zach?Sepertinya itu benar karena jika Merlyn tidak melihatnya, maka dia takkan seyakin itu dengan kata-katanya tadi.Tapi Liora pun tidak bisa mengakuinya begitu saja. Ada hati Zidane yang harus dijaganya. Lagipula, dari tempatnya berdiri tidak mungkin juga Merlyn bisa melihat angka plat mobil Zach. Jadi, Merlyn juga pasti antara yakin dan tak yakin.“Siapa bilang aku turun dari mobil Zach? Itu mobil temanku, Merlyn. Jangan asal berprasangka buruk!”“Hah! Apa iya? Kenapa bisa mobilnya sama persis dengan mobil Zach?”Liora mendengus kesal. “Memangnya yang punya Bentley hitam di sini hanya Zach? Yang benar saja! Lagipula, bukannya Zach sudah kembali ke Maccau? Kau jangan ngawur dan mencari gara-gara denganku!”Efek hormon kehamilannya membuat Liora jadi emosi menghadapi Merlyn. Apalagi sudah dari awal Merlyn seperti hendak mencari masalah dengannya.Karenanya, Liora tak memandang Mer
Merlyn sampai di rumahnya dan kembali memeriksa ponsel. Dia tidak melihat balasan dari Zidane dan itu membuatnya kesal.Dengan kekesalan membuncah di hati Merlyn mencoba menghubungi Zach.Ada bunyi nada sambung tapi berkali-kali tidak kunjung dijawab Zach.Merlyn mencoba beberapa kali dan karena tetap tak diangkat, dia pun kesal dan menutup ponselnya.Menuju kamar mandi, Merlyn membuka air mengisi bathtub. Dia lalu berendam di air hangat penuh busa sabun.Dipandanginya ponselnya. Sungguh mengesalkan. Dua kakak adik ini tidak ada yang membalas pesannya dan mengangkat panggilannya.Tapi rasa penasarannya masih bercokol hingga Merlyn pun menelpon Zidane.“Ya?” sahut Zidane di ujung sana. Suaranya lemah dan terdengar tak bersemangat.“Kau tak apa-apa, Zid?” tanya Merlyn yang merasa Zidane sedang tidak sehat.“Tidak apa-apa. Ada apa?” tanya Zidane masih dengan nada suaranya ya
“Ini apartemenku.”Beberapa jam kemudian, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Zach membukakan pintu apartemen sederahanannya.Berbeda dari apartemen mewah yang dia tempati, apartemen ini memang luas tapi tidak banyak barang dan furnitur. Hanya ada furnitur utama saja.“Masih banyak yang kosong, tapi tidak apa-apa yang penting kau bisa tinggal.”Zach memimpin langkah Liora hingga ke kamar. Di sana, hanya ada sebuah ranjang king size dan lemari baju.Di depan ranjang ada televisi. Hanya itu saja.Ketika Liora masuk dan melihat-lihat pada akhirnya tatapannya bertemu dengan mata Zach.Mereka berpandangan dan Liora pun berdeham lirih.“Terima kasih, Zach. Aku berhutang banyak padamu,” ucap Liora lembut. Dia berharap kemarahan Zach padanya bisa sirna lewat kejadian ini.Di hadapannya, Zach mengangguk kecil. Tapi dia berkata, “Tetap saja, kau akan memilih Zidane.”“Kenapa begitu?” tanya Liora mengernyit heran.“Entahlah. Menurutku begitu. Kau akan tinggal beberapa hari di sini, lalu Zidan
“Ayo cepat!”Zach merasa dirinya sudah gila tak mampu berpikir lagi. Tapi setiap menyangkut Liora, dia memang tak bisa berpikir jernih.Membantu Liora melarikan diri dari rumahnya, memang tidak sulit. Tapi lalu apa?Apakah ini sama dengan membantu Liora mengakhiri pernikahannya dengan Zidane? Lalu Liora akan berlari ke pelukannya?Tidak! Aku sudah menutup pintu hatiku untuk Liora. Aku hanya menginginkan anakku saja!“Ayo!” sahut Liora setelah menyambar tas bahu yang terlihat seperti tas olahraga. Di dalamnya terdapat dompet serta beberapa lembar baju dan peralatan make up sehari-hari.“Kau mau bersembunyi di mana?” tanya Zach lagi ketika dia menutup pintu apartemen Zidane dan mulai menuju lift.“Aku belum tahu. Tapi aku harus bersembunyi dulu, baru kemudian mendatangi ibuku. Atau, aku datang berkunjung saja ke ibuku, tidak perlu ikut tinggal bersamanya. Zidane pasti tahu jika aku tinggal bersa
“Apa yang lagi-lagi tidak kumengerti?”Zach menatap Liora dengan frustrasi. Tapi dia melihat air mata Liora dan tangannya spontan terangkat untuk mengusap.Punggung tangan Zach mengelus pelan sudut mata Liora membuat Liora terkesiap. Dia menatap Zach seakan penuh tanya.Detik itu juga Zach seperti dipecut kesadarannya atas apa yang sedang dia lakukan.Tangannya turun seketika itu juga.Lalu suaranya melunak.“Aku ingin memeriksamu. Tadinya aku antara percaya tidak percaya jika Zidane sampai tega menguurungmu. Ini terlalu tidak realistis.”Liora menggeleng pelan. “Dia marah saat mendengar kabar kehamilanku.”“Kapan kau memberitahunya?”“Aku tidak memberitahunya. Dia mengetahui dari dokter.”Liora mengangkat wajah dan melihat Zach terpana penuh tanya, jadi Liora menjelaskan, “Aku diminta cek kesehatan secara menyeluruh untuk melihat adakah aku-”Liora baru menyadari jika dia nyaris membuka rahasia Zidane. Liora mengerem bibirnya, tapi Zach menyela, “Adakah kau kenapa? Kenapa kau diminta
“Sial!”Zach memaki dirinya sendiri seraya memukul setir mobil ketika tiba-tiba saja dia sudah mendapati dirinya berada di parkiran basement apartemen Zidane.‘Sial, buat apa juga aku ke sini? Mau Zidane mengurung dia, mau Zidane apakan dia juga seharusnya aku tidak perlu peduli lagi!’Zach menyandarkan punggungnya dengan hentakan cukup keras ke jok mobil. Dia perlu berpikir lagi. Haruskah dia turun dan menuju Liora?Jika iya, apa yang bisa dia lakukan?Dia juga tidak mengetahui nomor pin pintu Zidane.Semua pikiran itu memenuhi benak Zach.Sambil berpikir dia mengeluarkan ponsel dan menekan nomor Zidane.Ketika dijawab, Zach berkata, “Aku sekarang memiliki hewan peliharaan. Tapi sore ini aku harus ke luar negeri. Bisa kutitipkan peliharaanku di rumahmu? Aku sudah siapkan makanannya juga.”Zidane terdiam di sana untuk sesaat. Lalu setelahnya dia berkata, “Boleh.”“Oh, baiklah. Aku sudah hampir sampai apartemenmu. Bisa kau berikan pin-mu? Aku akan meletakkan peliharaanku di dekat rak s
Hubungan Liora dan Zidane menjadi dingin. Beberapa kali Liora membicarakan tentang CCTV dan kebebasannya dalam keluar rumah, tapi Zidane tetap tidak bersedia ditawar.Baginya, Liora telah berkhianat sehingga CCTV dan kebebasannya keluar rumah sendirian adalah hukuman yang pantas untuk Liora.Liora yang tadinya hendak meminta belas kasihan Zidane agar bisa melunakkan hukuman, malah memendam kemarahannya.Dia tidak lagi meminta dan menawar.Liora menjalankan hukuman dari Zidane dengan patuh. Namun, di dasar hatinya, rasa pahit itu menumpuk dan menjadi tebal sehingga mulai mengapung dan mempengaruhi mood nya.“Aku harus berbelanja,” katanya saat menelpon Zidane. Tidak ada lagi panggilan lembut untuk Zidane.“Berikan saja apa yang kau perlukan. Aku akan menyuruh Clint membelinya untukmu, lalu mengantarnya ke rumah.”Rasa pahit dari dasar hatinya seakan mendapatkan tekanan dari bawah untuk bisa menyembur ke atas.“Itu tidak sama, Zid! Mana bisa aku membeli semua keperluanku lewat Clint! Di
Zach menatap kehadiran Merlyn di hadapannya. Wanita ini! Walaupun dikatakan berulang kali untuk tidak mendatanginya di kantor, Merlyn terus muncul di kantornya tanpa perjanjian terlebih dahulu.Rasanya Zach ingin memasang palang di depan kantornya, bertuliskan Merlyn dilarang masuk!Tapi itu tidak mungkin, bukan?“Ada apa lagi kali ini muncul?” tanyanya sinis.Dia masih teringat akan kejadian di kediaman Grandpa Hank bagaimana Merlyn membuat drama di keluarga besarnya dengan mengatakan bahwa dia sudah mengandung anak Zach.“Apa-apaan, Merlyn?” hardik Zach marah, tapi Merlyn malah menjawab, “Kejadian malam itu memang membuahkan hasil di rahimku, Zach!”“Itu tidak mungkin! Kita tidak melakukan apa-apa! Aku tidak merasa pernah tidur denganmu!”“Itu kan karena kau tak ingat kejadiannya karena kau terlalu mabuk. Dia minum tujuh shot whiskey dalam waktu setengah jam!”&ldquo
“Tap- tapi, Zid, kau tidak mengenal orangnya, untuk apa kau mengetahui namanya?”Zidane semakin pahit hatinya. Dipandanginya Liora dengan berjuta kekecewaan yang kini mulai dilapisi dengan kemarahan yang luar biasa.“Bagaimana denganmu? Apa kau mengenalnya dengan baik?”Tatapan Zidane semakin tajam dan kedua tangannya kini terlipat di depan dada.Liora pun kembali berkilah, “Aku juga tidak terlalu baik mengenalnya. Ehm ... bisakah kita membahas yang lain saja? Kenapa kita malah membahas ini?”“Kenapa memangnya kalau membahas ini?”“Kej- kejadian itu sangat membuatku tidak nyaman, Zid. Mengingatnya masih membuatku merasa sakit hati. Bisakah kita membahas yang lain?”Masalahnya, Zidane tak mau melepaskan Liora kali ini. Dia menatap semakin dalam dan bertanya lagi, “Bukankah katamu kau sedang mabuk waktu itu? Jika iya, seharusnya kau tidak mengingat apa-apa. Saat mabuk sampai bisa melakukan hal seperti itu, berarti kau benar-benar sudah kehilangan pikiranmu!”Liora tersudutkan. “Maafkan
“Memangnya kau mau mengumumkan apa, Merlyn?” tanya ibunya Zach dan Zidane yang merasa antusias dan sangat penasaran.Merlyn yang berdiri di hadapannya tersenyum lebar. Dia segera menarik tangan Zach dan memeluknya lagi membuat orang tua Zach jadi terheran-heran.Grandpa Hank pun ikut terheran.“Ada apa ini?” tanya pria tua itu.“Aku mau mengumumkan hubunganku dengan Zach. Kami berkencan, hehehe.”Semua orang terperangah termasuk Zach yang sudah beberapa kali mendengar kalimat ini dari Merlyn tapi tetap tak menyangka wanita ini bisa bertindak sejauh ini, mengumumkannya pada keluarga besar.“Jangan asal bicara, Merlyn!” desis Zach dengan gigi terkatup.Tapi Merlyn begitu tebal muka. Dia mendelik Zach dengan senyum yang tetap lebar.“Apa maksudmu, Merlyn? Kau dan Zach berkencan?” Grandpa Hank jadi tak tahan untuk menanyakannya.“Iya, Grandpa. Kami berpacaran.”“Haa? Tapi- kalian sepupu!”Merlyn tersenyum lembut. “Benar. Tapi kan jarak kami sudah jauh. Dan marga kami pun sudah berbeda, Gr
“Lepaskan ...!” Dengan susah payah, Liora mendorong dada kokoh Zach dan akhirnya Zach melepaskannya dengan kemarahan yang masih sangat kental di wajahnya.“Kenapa? Beritahukan aku, kenapa?”“Apanya yang kenapa?” Liora mengatur deru napasnya sambil mengeringkan bibirnya yang basah terkena ciuman Zach.“Kenapa kau memilih dia? Apanya yang dari dia membutuhkanmu?”Liora baru hendak menjawab, tapi Zach saking marahnya sudah melanjutkan lagi.“Atau kau yang membutuhkan dia? Kau sudah tidur dengannya, hah? Lalu kau memutuskan bersamanya?”Sungguh, Liora tak pernah melihat kemarahan Zach yang seperti ini.Wajah itu seperti mengerahkan segenap tenaga agar kemarahannya bisa muncul di permukaan berupa wajah yang merah menghitam lalu urat-urat biru bermunculan seakan urat-urat itu bisa menjulur ke arahnya.Liora sampai ketakutan melihat Zach yang seperti ini.“Aku tidak tidur dengannya,” sahut Liora menatap Zach dengan tajam.“Oh yeah?” ejek Zach menampakkan wajah yang jelas-jelas tak percaya de