“Mau apa kau di sini, Zach?” bisik Liora dengan kepanikan menerpa dirinya. Dia takut kedatangan Zach ke kamarnya terlihat seseorang.
“Ayo ikut aku, Lio,” ucap Zach yang terdengar tidak masuk akal bagi Liora.
Setelah semua yang terjadi semalam, Zach malah tiba-tiba datang ke sini di saat yang lainnya sedang pergi, dan memintanya mengikuti dia?
Ini sungguh tidak masuk akal. Apa yang diinginkan Zach?
Lagipula, kenapa Zach malah di sini, bukannya mengikuti tour bersama keluarganya yang lain?
“Ikut ke mana? Aku tidak akan mengikutimu ke mana-mana, Zach! Kita tidak bisa terus bertemu secara rahasia seperti ini. Aku ini istri adikmu, Zach!”
Kata-kata Liora seperti kapal yang menghantam karang. Zach seperti teringatkan atas hal yang sangat menyakitkan bagi hatinya.
Sorot matanya berubah kelam. Liora tahu, ada perih yang menjalar di sana begitu dalam.
Raut Zach seperti itu membuat sesak di hati Liora pun merambat ke atas. Dia tak sanggup memandangi wajah Zach dengan segala sorotnya yang putus asa.
Liora pun gegas mengalihkan pandangan lalu hendak menutup pintu. Tapi tangan Zach menahannya.
“Please, Lio, aku hanya ingin bicara,” katanya dengan suara seraknya yang bergemuruh rendah bagaikan gulungan ombak yang kembali setelah menghantam karang.
“Tapi untuk apa, Zach? Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi!”
“Apa yang tidak ada? Aku masih tidak mengerti dengan semua yang terjadi. Kenapa kau tiba-tiba memutuskan kontak di antara kita, kenapa kau tiba-tiba menikahi Zidane. Kenapa, Lio? KENAPA?”
Liora terdiam. Sekalipun ada banyak hal yang ingin dia ceritakan pada Zach, tapi tentang semua ini terasa tidak etis untuk dia beritahukan.
Tidak adil bagi Zidane, yang telah mengeluarkan uang hampir berjumlah miliaran agar dirinya terbebas dari terkaman debt collector, tapi malah mendapatkan balasan seperti ini.
Liora sungguh tidak ingin menjadi istri durhaka atau wanita tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih.
“Bagiku tidak ada yang perlu dibicarakan tentang semua pertanyaanmu itu, Zach. Aku menikahi Zidane adalah fakta. Tidak bisa diubah lagi. Jadi, tidak perlu dibicarakan lagi,” ucap Liora tegas seraya hendak menutup pintu.
Tapi lagi-lagi, tangan Zach menahannya.
“Bagiku itu perlu dibicarakan! Kalau kau tidak mau membicarakan itu, aku akan mendobrak dan terus di sini sampai Zidane dan seluruh keluargaku kembali ke sini!”
Liora menatap kesal pada Zach. Zach yang dikenalnya tidaklah seperti ini. Pria itu sama lembut dan sopannya dengan Zidane.
Cinta yang diterimanya dari Zach pada waktu dulu adalah cinta yang dewasa. Cinta yang tanpa hasrat menggebu liar. Cinta yang penuh pengendalian diri dan penuh penghormatan.
Tapi sekarang ... Zach berubah menjadi pria pemaksa? Bahkan baru saja mengancamnya. Benarkah ini Zach? Atau Zach berubah karena dirinya yang berubah.
Liora tidak tahu.
***
“Apa yang mau kau bicarakan, Zach?” tanya Liora akhirnya setelah mengikuti Zach ke pantai.
Awalnya Zach mengajak Liora ke kamarnya, tapi Liora tidak mau. Kejadian semalam saja masih membuat Liora gugup setengah mati, lalu sekarang Zach hendak mengajaknya bicara berdua di kamar lagi?
Mengerti keresahan hati Liora, Zach pun akhirnya mengajak ke pantai. Mereka duduk bersisian, dengan memandang ke arah laut lepas.
Keduanya membiarkan angin pantai membelai wajah mereka meski terpaan itu mengusutkan rambut mereka.
Liora membiarkan rambut panjangnya yang kecoklatan berterbangan dan sebagian menerpa wajah Zach.
“Kenapa kau menghilang dariku, Lio?” tanya Zach akhirnya dengan suara yang sangat menuntut.
“Aku punya alasan, Zach. Dan kau tak perlu tahu!” sahut Liora tegas, meskipun perih hatinya teramat kental dalam nada suaranya.
“Aku tak perlu tahu?” tanya Zach dengan nada tersinggung. “Enam bulan kita bersama. Enam bulan aku menjagamu, menyayangimu, lalu kau tiba-tiba menghilang dengan alasan yang tak perlu aku tahu?”
Liora menundukkan pandangan, menatap pasir di bawahnya. Ingin rasanya dia menghitung saja jumlah pasir di pantai ini, meskipun mustahil. Tapi itu lebih baik daripada menghadapi Zach dengan segala tuduhan dan cercaannya.
Kemarahan Zach sangat mengiris hatinya. Perih itu melebihi perih akibat apapun juga.
“Apa kau tidak mengerti bahwa waktu itu kau adalah kekasihku, Lio! Lalu kau tiba-tiba menghilang!” Suara Zach menajam, menahan gejolak kemarahan sekaligus perih yang dipendamnya selama ini.
“Tentu saja kau tak pernah mengerti rasanya mau gila! Aku sudah bagai orang gila menunggumu, mencarimu, mengkhawatirkanmu, mengira kau kenapa-kenapa!
Dari Maccau, aku menelponmu ribuan kali meski nomormu tidak aktif! Aku meninggalkan pesan di voice mail mu meski nomormu tak kunjung aktif!
Aku bahkan menyempatkan diri mengambil mencuri waktu weeken, untuk terbang dari Maccau dan mencarimu. Aku ke apartemenmu, tapi apartemenmu kosong! Aku-” Zach mengusap rambut coklatnya dengan kasar, ikut membuang pandangannya yang penuh dengan sakit hatinya, ke lepas pantai.
Pemandangan ombak yang menerpa karang, lalu berlomba menuju pantai, tidak mampu merasuk di benak mereka berdua. Langit yang begitu cerah dan biru bagai tak tampak di mata mereka berdua saat ini.
Apa yang terjadi antara mereka lebih menyesakkan hingga keindahan alam di sekitar mereka tidak mampu mereka rasakan lagi.
Suara Zach kemudian terdengar lebih lunak, tapi di telinga Liora justru itu suara paling putus asa yang pernah didengarnya.
“Aku benar-benar nyaris gila, Lio. Kau tidak ada di mana-mana. Seolah kau benar-benar ditelan bumi!
Aku mendatangi kantor polisi menanyakan adakah kasus kriminal dengan namamu sebagai korban. Ratusan kantor polisi aku datangi! Ratusan, Lio! Bisa kau bayangkan betapa kacaunya aku waktu itu?! Kau sukses membuatku menjadi pecundang!
Tapi lihatlah kau sekarang, kau baik-baik saja. Lecet segores pun tidak!
Aku menjadi gila, menjadi pecundang, sedangkan kau menjadi istri adikku, menjadi adik iparku. Sungguh plot twist tak terkira, Lio. Dan kalau kau berpikir ini hanya sekadar menyedihkan, kau salah.
Ini menyakitiku! Kau mengiris hatiku dan menginjak-injaknya. Sungguh aku tak bisa terima ini!”
Liora tetap diam tak mampu membalas satu patah kata pun. Apa yang diutarakan Zach ikut mengiris hatinya.
Tak bisa dipungkiri Liora, rasa itu masih ada. Cinta di antara mereka sudah mengendap hingga ke dasar hatinya, sehingga tak mungkin bisa lekang hanya dalam waktu tiga bulan.
Sekalipun jika seumur hidup, Liora yakin rasa hatinya untuk Zach akan terus terpatri di sana. Malahan semakin kuat dan membekas.
“Kita sudah di sini, sekarang kau bisa menjelaskan kenapa kau menghilang dari hidupku, lalu menikah dengan Zidane.”Zach mengucapkan itu semua dengan nada dingin. Dia duduk dan menghadapkan pandangannya ke laut.Dibirakannya angin menerpa wajah dan matahari menyengat kulitnya.Sementara itu, di sampingnya Liora harus berusaha keras menahan hatinya untuk terus berdebar setiap ada Zach di dekatnya.Tak bisa Liora pungkiri, rasa itu masih ada. Cinta itu sudah mengendap hingga ke dasar hatinya sehingga tak mungkin bisa lekang hanya dalam waktu tiga bulan.Bahkan seumur hidup sekalipun, Liora yakin rasa hatinya untuk Zach akan terus terpatri di sana, tetap sama, tak berubah.Jika sudah begitu, bagaimana dia bisa meneruskan pernikahannya bersama Zidane setelah ini?“Tidak ada yang perlu dijelaskan, Zach. Semua itu sudah terjadi dan sangat tidak penting. Yang penting adalah fakta saat ini bahwa aku sudah menikah dengan adikmu.”Dari sudut matanya dapat Liora lihat bahwa Zach menoleh dengan ra
Liora kembali ke kamarnya berniat untuk mengurung diri.Harapannya kini hanyalah liburan ini lekas usai. Sayangnya, masih ada lima hari lagi untuk mereka menghabiskan waktu di resort ini. Itu berarti dia masih harus menghadapi Zach dengan segala kemarahannya selama lima hari ke depan.Duduk di depan cermin rias, Liora menatap pipinya yang tergores dan berdarah akibat lemparan Zach tadi.Sedikit perih terasa saat jarinya menyentuh goresan itu. Tapi Liora sanggup menahannya. Dia tahu hati Zach jauh lebih perih dari ini.Selama ini, Liora telah keliru dengan nama belakang Zach. Dia mengira C di nama Zach adalah Corazon, karena Zach menjabat sebagai wakil CEO di perusahaan yang pemegang saham terbesarnya adalah pemilik Corazon Group.Liora mengira Zach adalah putra dari Matt Corazon, sang pemegang saham terbesar Corazon Group.Karena itulah, Liora tak menyangka jika Zach dan Zidane adalah kakak adik.Andai dia tahu dari awal, dia takkan mungkin mau menerima tawaran Zidane tentang pernikaha
Menampilkan sikap tenang di saat hati sedang tidak baik-baik saja adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan.Liora telah melakukannya selama sisa liburan mereka dan itu sangat melelahkan dan menguras emosinya.Di hari terakhir liburan Liora malah merasakan perasaan melankolis saat akan meninggalkan resort.Biar bagaimana pun tempat itu telah menjadi saksi bisu sejarah kebersamaannya dengan Zach di level keintiman yang paling dalam.Ah, tidak seharusnya dia berpikir seperti itu. Itu tidak pantas!Dengan rasa hati frustrasi, Liora duduk di pinggiran kolam. Malam telah larut dan Zidane sudah tertidur sejak pukul 8 malam.Tinggal Liora yang masih berusaha keras mengeratkan kepingan hatinya yang telah terhambur tak beraturan.Di bawah sinar rembulan serta desiran angin malam yang sejuk, Liora mengeluarkan cincin pemberian Zach. Cincin itu disimpannya di dompet. Dan karena dia dan Zidane tidak saling mencampuri barang masing-masing, maka Liora merasa menyimpan cincin pemberian Zach adalah
Liora menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Celine.Selama dia bekerja, tidak pernah dia menginginkan suatu posisi hanya karena atasan yang tampan. Jadi Liora tidak mengerti dengan harapan Celine.Oh, mungkin Celine ingin mendapatkan pria tampan, mapan, dan berjabatan tinggi sebagai suaminya.Ya, kalau itu sih, tidak mengherankan jika Celine begitu berharap bisa menjadi sekretaris pribadi CEO yang baru. Gadis itu mungkin berharap bisa menjerat hati sang CEO tampan agar bisa menjadi suaminya.Liora tidak mau memikirkan itu lagi karena kehidupan pernikahannya sendiri pun begitu pelik.Saat ini dia hanya ingin fokus bekerja agar bisa melupakan Zach. Dia harus melupakan Zach karena Zidane telah banyak berkorban untuknya.Di saat itu pun, Celine seakan tahu apa yang Liora pikirkan sehingga dia menyeletuk, “Ya kau kan sudah sold out makanya sudah tidak perlu tebar pesona ke sana kemari. Berbeda denganku yang masih single ini, hehehe.”Liora hanya tersenyum saja kemudian dengan cepat terh
“Kenapa kau bisa di sini?” seru Liora lirih dengan mata membelalak.“Aku datang untuk menemuimu.”“Menemuiku?”“Iya.”“Untuk apa?” tanya Liora lagi saat alarm di benaknya mulai bekerja.Bukankah Zach yang memutuskan untuk pergi dari liburan sebelum liburan usai. Lalu untuk apa sekarang malah ingin mencarinya.“Ada yang ingin kubicarakan.” Zach berkata dengan pelan dengan maniknya melirik ke jari jemari Liora. Saat dia tak menemukan cincin yang dia berikan untuk Liora di salah satu jari itu, sedikit kekecewaan merayapi hatinya.“Ayo kita bicara,” katanya lagi penuh kelembutan seraya memegangi pergelangan tangan Liora hendak mengajaknya pergi dari sana.“Kit- kita mau ke mana?” tanya Liora bingung.“Ke apartemenku.”“Apartemenmu?” Liora semakin bingung. Bukankah Zach tinggal di Maccau? Ah, mungkin Zach datang ke sini dan menyewa apartemen untuk tinggal sementara.“Tidak jauh, Liora. Ayo ikut aku.”“Tap -tapi ...” Liora ragu-ragu namun Zach terus menarik tangannya untuk mengikuti arah l
Liora mengerjap kaget, tapi aroma harum mulut Zach yang dulu sempat begitu merasuk di dirinya kini tercium lagi.Aroma itu merasuki diri Liora dan menyentil kerinduan yang mengendap di dasar hatinya.Tanpa sadar, Liora membalas pagutan dan cecapan Zach. Saat lidah pria itu menyapa lidahnya, Liora membelit dengan penuh kerinduan.Desir jantungnya tak tertahankan.Darahnya bergejolak seakan ini adalah ciuman pertamanya dengan Zach.Hatinya pasrah seketika itu juga.Merasakan tidak ada penolakan dari Liora, Zach menuntun tubuh Liora menuju sofa tanpa melepas pagutan mereka.Direbahkannya Liora dengan perlahan, dengan tubuhnya di atas tubuh Liora.Deru napas mereka saling berlomba dan jari jemari Zach sukses membelai kulit pipi Liora, turun ke leher.Tangan Zach terus merayap turun pada baju kemeja Liora dan mulai melepaskan satu demi satu kancing yang mengatup di sana.Setelah semua kancing terlepas, Zach menyelinapk
“Ada sedikit. Tapi tidak apa-apa. Tidak penting juga.”Liora tidak lagi marah tentang itu. Kini justru kesedihan yang menguasai hatinya.Zach pun menyatukan keningnya dengan kening Liora.Andai mereka bisa bersatu seperti ini di kehidupan nyata ...“Maafkan aku. Aku sungguh frustrasi waktu itu. Dan aku menyesal sudah berlaku kasar padamu. Aku tak bisa melupakan perbuatanku di pantai. Juga di resort. Tidak seharusnya aku terbawa emosi juga nafsuku. Maafkan aku, Liora. Sungguh maafkan aku.”Zach mencium lembut bibir Liora lagi dan mendapat balasan yang sama lembutnya.Kali ini Zach tidak memperdalam ciumannya. Dia mengurai dan menatap kedua mata Liora lagi sembari merapikan rambut panjang Liora yang sedikit bergelombang dengan jari jemarinya.“Kau cantik sekali, Liora. Dan aku sudah jatuh cinta padamu. Tidak mungkin aku menyerah begitu saja. Tunggu aku, Liora. Aku akan mengubah takdir agar berpihak pada kita, Liora.”
Liora mengambil ponselnya dan menelpon Zidane. Panggilan masuk tapi tidak diangkat.Dia mengulanginya lagi tapi masih tidak diangkat.Liora masih menunggu kepulangan Zidane sampai tengah malam sebelum akhirnya dia membuang makan malam yang dimasaknya karena sudah mencapai 6 jam lebih disajikan.Ketika akhirnya Liora terbangun esok paginya, ada pesan dari Zidane.[Maaf, Liora, aku lupa mengabari. Aku belum bisa pulang. Mungkin besok atau lusa baru aku pulang. Kau tidak apa-apa kan sendirian di rumah lebih lama lagi?]Liora menatap pesan itu. Entah apa yang harus dia rasakan. Sejujurnya Liora tidak merasakan apa-apa.Dia pun membalas. [Tidak apa-apa, Zidane. Jaga dirimu ya di sana. Semoga sukses pekerjaanmu.]Setelah semua utangnya dilunasi Zidane, apa lagi yang bisa Liora berikan pada Zidane kecuali doa agar pekerjaannya sukses. Dengan begitu apa yang telah dia keluarkan untuk Liora bisa terbayarkan.Liora menghela napasnya, lalu gegas bersiap untuk ke kantor.Selesai mandi, Liora memb
“Ini apartemenku.”Beberapa jam kemudian, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Zach membukakan pintu apartemen sederahanannya.Berbeda dari apartemen mewah yang dia tempati, apartemen ini memang luas tapi tidak banyak barang dan furnitur. Hanya ada furnitur utama saja.“Masih banyak yang kosong, tapi tidak apa-apa yang penting kau bisa tinggal.”Zach memimpin langkah Liora hingga ke kamar. Di sana, hanya ada sebuah ranjang king size dan lemari baju.Di depan ranjang ada televisi. Hanya itu saja.Ketika Liora masuk dan melihat-lihat pada akhirnya tatapannya bertemu dengan mata Zach.Mereka berpandangan dan Liora pun berdeham lirih.“Terima kasih, Zach. Aku berhutang banyak padamu,” ucap Liora lembut. Dia berharap kemarahan Zach padanya bisa sirna lewat kejadian ini.Di hadapannya, Zach mengangguk kecil. Tapi dia berkata, “Tetap saja, kau akan memilih Zidane.”“Kenapa begitu?” tanya Liora mengernyit heran.“Entahlah. Menurutku begitu. Kau akan tinggal beberapa hari di sini, lalu Zidan
“Ayo cepat!”Zach merasa dirinya sudah gila tak mampu berpikir lagi. Tapi setiap menyangkut Liora, dia memang tak bisa berpikir jernih.Membantu Liora melarikan diri dari rumahnya, memang tidak sulit. Tapi lalu apa?Apakah ini sama dengan membantu Liora mengakhiri pernikahannya dengan Zidane? Lalu Liora akan berlari ke pelukannya?Tidak! Aku sudah menutup pintu hatiku untuk Liora. Aku hanya menginginkan anakku saja!“Ayo!” sahut Liora setelah menyambar tas bahu yang terlihat seperti tas olahraga. Di dalamnya terdapat dompet serta beberapa lembar baju dan peralatan make up sehari-hari.“Kau mau bersembunyi di mana?” tanya Zach lagi ketika dia menutup pintu apartemen Zidane dan mulai menuju lift.“Aku belum tahu. Tapi aku harus bersembunyi dulu, baru kemudian mendatangi ibuku. Atau, aku datang berkunjung saja ke ibuku, tidak perlu ikut tinggal bersamanya. Zidane pasti tahu jika aku tinggal bersa
“Apa yang lagi-lagi tidak kumengerti?”Zach menatap Liora dengan frustrasi. Tapi dia melihat air mata Liora dan tangannya spontan terangkat untuk mengusap.Punggung tangan Zach mengelus pelan sudut mata Liora membuat Liora terkesiap. Dia menatap Zach seakan penuh tanya.Detik itu juga Zach seperti dipecut kesadarannya atas apa yang sedang dia lakukan.Tangannya turun seketika itu juga.Lalu suaranya melunak.“Aku ingin memeriksamu. Tadinya aku antara percaya tidak percaya jika Zidane sampai tega menguurungmu. Ini terlalu tidak realistis.”Liora menggeleng pelan. “Dia marah saat mendengar kabar kehamilanku.”“Kapan kau memberitahunya?”“Aku tidak memberitahunya. Dia mengetahui dari dokter.”Liora mengangkat wajah dan melihat Zach terpana penuh tanya, jadi Liora menjelaskan, “Aku diminta cek kesehatan secara menyeluruh untuk melihat adakah aku-”Liora baru menyadari jika dia nyaris membuka rahasia Zidane. Liora mengerem bibirnya, tapi Zach menyela, “Adakah kau kenapa? Kenapa kau diminta
“Sial!”Zach memaki dirinya sendiri seraya memukul setir mobil ketika tiba-tiba saja dia sudah mendapati dirinya berada di parkiran basement apartemen Zidane.‘Sial, buat apa juga aku ke sini? Mau Zidane mengurung dia, mau Zidane apakan dia juga seharusnya aku tidak perlu peduli lagi!’Zach menyandarkan punggungnya dengan hentakan cukup keras ke jok mobil. Dia perlu berpikir lagi. Haruskah dia turun dan menuju Liora?Jika iya, apa yang bisa dia lakukan?Dia juga tidak mengetahui nomor pin pintu Zidane.Semua pikiran itu memenuhi benak Zach.Sambil berpikir dia mengeluarkan ponsel dan menekan nomor Zidane.Ketika dijawab, Zach berkata, “Aku sekarang memiliki hewan peliharaan. Tapi sore ini aku harus ke luar negeri. Bisa kutitipkan peliharaanku di rumahmu? Aku sudah siapkan makanannya juga.”Zidane terdiam di sana untuk sesaat. Lalu setelahnya dia berkata, “Boleh.”“Oh, baiklah. Aku sudah hampir sampai apartemenmu. Bisa kau berikan pin-mu? Aku akan meletakkan peliharaanku di dekat rak s
Hubungan Liora dan Zidane menjadi dingin. Beberapa kali Liora membicarakan tentang CCTV dan kebebasannya dalam keluar rumah, tapi Zidane tetap tidak bersedia ditawar.Baginya, Liora telah berkhianat sehingga CCTV dan kebebasannya keluar rumah sendirian adalah hukuman yang pantas untuk Liora.Liora yang tadinya hendak meminta belas kasihan Zidane agar bisa melunakkan hukuman, malah memendam kemarahannya.Dia tidak lagi meminta dan menawar.Liora menjalankan hukuman dari Zidane dengan patuh. Namun, di dasar hatinya, rasa pahit itu menumpuk dan menjadi tebal sehingga mulai mengapung dan mempengaruhi mood nya.“Aku harus berbelanja,” katanya saat menelpon Zidane. Tidak ada lagi panggilan lembut untuk Zidane.“Berikan saja apa yang kau perlukan. Aku akan menyuruh Clint membelinya untukmu, lalu mengantarnya ke rumah.”Rasa pahit dari dasar hatinya seakan mendapatkan tekanan dari bawah untuk bisa menyembur ke atas.“Itu tidak sama, Zid! Mana bisa aku membeli semua keperluanku lewat Clint! Di
Zach menatap kehadiran Merlyn di hadapannya. Wanita ini! Walaupun dikatakan berulang kali untuk tidak mendatanginya di kantor, Merlyn terus muncul di kantornya tanpa perjanjian terlebih dahulu.Rasanya Zach ingin memasang palang di depan kantornya, bertuliskan Merlyn dilarang masuk!Tapi itu tidak mungkin, bukan?“Ada apa lagi kali ini muncul?” tanyanya sinis.Dia masih teringat akan kejadian di kediaman Grandpa Hank bagaimana Merlyn membuat drama di keluarga besarnya dengan mengatakan bahwa dia sudah mengandung anak Zach.“Apa-apaan, Merlyn?” hardik Zach marah, tapi Merlyn malah menjawab, “Kejadian malam itu memang membuahkan hasil di rahimku, Zach!”“Itu tidak mungkin! Kita tidak melakukan apa-apa! Aku tidak merasa pernah tidur denganmu!”“Itu kan karena kau tak ingat kejadiannya karena kau terlalu mabuk. Dia minum tujuh shot whiskey dalam waktu setengah jam!”&ldquo
“Tap- tapi, Zid, kau tidak mengenal orangnya, untuk apa kau mengetahui namanya?”Zidane semakin pahit hatinya. Dipandanginya Liora dengan berjuta kekecewaan yang kini mulai dilapisi dengan kemarahan yang luar biasa.“Bagaimana denganmu? Apa kau mengenalnya dengan baik?”Tatapan Zidane semakin tajam dan kedua tangannya kini terlipat di depan dada.Liora pun kembali berkilah, “Aku juga tidak terlalu baik mengenalnya. Ehm ... bisakah kita membahas yang lain saja? Kenapa kita malah membahas ini?”“Kenapa memangnya kalau membahas ini?”“Kej- kejadian itu sangat membuatku tidak nyaman, Zid. Mengingatnya masih membuatku merasa sakit hati. Bisakah kita membahas yang lain?”Masalahnya, Zidane tak mau melepaskan Liora kali ini. Dia menatap semakin dalam dan bertanya lagi, “Bukankah katamu kau sedang mabuk waktu itu? Jika iya, seharusnya kau tidak mengingat apa-apa. Saat mabuk sampai bisa melakukan hal seperti itu, berarti kau benar-benar sudah kehilangan pikiranmu!”Liora tersudutkan. “Maafkan
“Memangnya kau mau mengumumkan apa, Merlyn?” tanya ibunya Zach dan Zidane yang merasa antusias dan sangat penasaran.Merlyn yang berdiri di hadapannya tersenyum lebar. Dia segera menarik tangan Zach dan memeluknya lagi membuat orang tua Zach jadi terheran-heran.Grandpa Hank pun ikut terheran.“Ada apa ini?” tanya pria tua itu.“Aku mau mengumumkan hubunganku dengan Zach. Kami berkencan, hehehe.”Semua orang terperangah termasuk Zach yang sudah beberapa kali mendengar kalimat ini dari Merlyn tapi tetap tak menyangka wanita ini bisa bertindak sejauh ini, mengumumkannya pada keluarga besar.“Jangan asal bicara, Merlyn!” desis Zach dengan gigi terkatup.Tapi Merlyn begitu tebal muka. Dia mendelik Zach dengan senyum yang tetap lebar.“Apa maksudmu, Merlyn? Kau dan Zach berkencan?” Grandpa Hank jadi tak tahan untuk menanyakannya.“Iya, Grandpa. Kami berpacaran.”“Haa? Tapi- kalian sepupu!”Merlyn tersenyum lembut. “Benar. Tapi kan jarak kami sudah jauh. Dan marga kami pun sudah berbeda, Gr
“Lepaskan ...!” Dengan susah payah, Liora mendorong dada kokoh Zach dan akhirnya Zach melepaskannya dengan kemarahan yang masih sangat kental di wajahnya.“Kenapa? Beritahukan aku, kenapa?”“Apanya yang kenapa?” Liora mengatur deru napasnya sambil mengeringkan bibirnya yang basah terkena ciuman Zach.“Kenapa kau memilih dia? Apanya yang dari dia membutuhkanmu?”Liora baru hendak menjawab, tapi Zach saking marahnya sudah melanjutkan lagi.“Atau kau yang membutuhkan dia? Kau sudah tidur dengannya, hah? Lalu kau memutuskan bersamanya?”Sungguh, Liora tak pernah melihat kemarahan Zach yang seperti ini.Wajah itu seperti mengerahkan segenap tenaga agar kemarahannya bisa muncul di permukaan berupa wajah yang merah menghitam lalu urat-urat biru bermunculan seakan urat-urat itu bisa menjulur ke arahnya.Liora sampai ketakutan melihat Zach yang seperti ini.“Aku tidak tidur dengannya,” sahut Liora menatap Zach dengan tajam.“Oh yeah?” ejek Zach menampakkan wajah yang jelas-jelas tak percaya de