Angela memarkirkan mobil jaguar-nya di tempat parkir berbatu di halaman belakang villa keluarga itu. setelah mengunci mobilnya, ia membuka pintu bagasi dan menurunkan dua kantong belanjaan bahan makanan.Tadi ia membeli bahan daging panggang untuk dimasak nanti, kentang panggang, anggur merah dan putih, serta satu dus teh. Juga es krim yang harus segera dimasukkan ke dalam lemari es. Ia ingat sekali bahwa Bibi Mattie sangat menyukai es krim.Sinar matahari menyelimuti rumah dan sungai di sekitarnya dengan nuansa putih. Sinarnya keemasan yang lembut, romantis, dan hangat. Sudah sangat lama musim dingin datang dan sinar matahari adalah sesuatu yang sangat ia nantikan.Pagi tadi, Sebastian sempat bertanya padanya apakah ia akan pergi ke suatu tempat hari ini? Dan Angela bilang, dia tidak akan pergi kemana-mana. Ia tidak ingin Sebastian khawatir, lagipula, dia hanya menemui Bibi Mattie yang kesepian. Sebastian pasti akan senang jika ia menemani pengasuh dirinya saat masih kecil dulu.Jad
“Terkejut melihatku, Sayang?” Dengan membiarkan pintu terbuka di belakangnya, Ferdinand Sanders mendekati Angela. “Mattie bercerita bahwa ia sudah membuat janji dengan tikus bodoh di tempat ini.”Ferdinand mengenakan celana jeans lusuh, yang di padu dengan jaket tebal berwarna hitam panjang yang menutupi sampai ke lehernya. Di bahunya, ia mencangklong tas ransel berukuran tidak terlalu besar. Ia menutupi rambut setengah botaknya dengan topi bertuliskan ‘freedom’.“Paman? Aku tidak mengerti. Mengapa Paman yang kesini? Apa Bibi Mattie sakit?” Angela menatap sambil berusaha menyembunyikan alarm ketakutannya. Ia berusaha menenangkan dirinya sendiri bahwa tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi.“Tidak. Dia tidak pernah sakit. Dia sangat sehat.” Ferdinand tersenyum dengan senyuman yang membuat bulu kuduk Angela merinding.“Tapi, kenapa Bibi membatalkan janjinya tanpa memberitahuku?”“Dia tidak pernah berjanji padamu. Apa kau berpura-pura tuli, Angela? Sudah sejak tadi aku menyebutmu tik
Angela melirik pintu yang terbuka. Di sana ada Mattie, seorang wanita tua yang sedang menyeringai menjijikkan. Jika ia tidak berada dalam posisi seperti ini, ia tidak akan percaya ekspresi wajah itu keluar dari wajah Mattie. Seandainya ia tidak pergi. Seandainya ia menuruti perkataan Sebastian.“Lihat sendiri, kan, kau tidak dapat melarikan diri dari pintu depan, karena ada Mattie menunggumu di sana. Dan jangan pernah remehkan wanita tua itu, dia sangat ahli dalam memburu hewan,” kata Ferdinand.“Dimana? Aku tidak melihat Mattie,” sahut Angela berbohong.Ferdinand menoleh sekilas, tapi waktu sekejap itu memberi peluang yang dibutuhkan Angela. Ia mendorong Ferdinand dan berlari ke pintu belakang, yang terbuka ke serambi tertutup dan mengarah ke sungai.“Berhenti, kau tidak dapat melarikan diri!” seru Ferdinand sambil mengejar Angela.Angela meraih pegangan pintu, memutarnya. Pintu itu terkunci. Dengan tergesa-gesa Angela melepaskan grendelnya dan memutar handlenya lagi. Tepat ketika ia
Mattie berjalan dengan angkuh ke arah Sebastian lalu menendang rusuk Sebastian begitu keras hingga ia mendengar suara tulang patah walau mulut Sebastian tidak mengeluarkan suara erangan sedikitpun.“Dasar bajingan,” gumam Mattie.”Kenapa kau menyelidiki kami?! Kenapa kau harus membangkitkan semuanya?! Setidaknya kami sudah hidup menderita karena diburu oleh pembunuh sialan itu tapi kenapa kau menambahkan kami masalah baru, hah?!”Mulut Sebastian tetap terkatup. Sorot matanya terus menatap Angela, menunggu pergerakan dari gadis itu. Ya, perlu sebuah pelajaran berharga agar Angela berani mengambil sikap. Ia harus melatih wanita itu jika Angela ingin terus hidup mendampingi dirinya. Angela meraba-raba pistol di punggungnya, dalam hati mengingat-ingat instruksi yang sudah ditanamkan Sebastian ke kepalanya. Ia melepaskan pengaman senjatanya persis ketika Mattie menodongkan pistolnya ke kepala Sebastian.DOR!!Mattie memutar tubuh mendengar suara itu dan terpana, memandangi pistol Angela se
“Angela.” Andrian bangkit berdiri ketika Angela berlari memasuki pintu UGD. “Ya Tuhan, Angela.” Pria itu mengalungkan lengannya ke tubuh Angela dan memeluknya erat-erat.“Hampir berakhir,” bisik Angela. “Semua ini hampir berakhir.”Andrian menarik diri, tampak jelas gemetaran. “Apa kau terluka, Nak? Dimana kau terluka?”“Ini bukan darahku. Lagipula, siapa yang menghubungi ayah?”“Edward. Katanya, ia diminta Sebastian sebelum ia pingsan untuk segera menyuruhku kesini. Hanya aku, tanpa orang lain.”Angela mengangguk. “Ya. Edward juga yang menghubungi helikopter milik perusahaan. Syukurlah kita tidak terlambat. Ini adalah klinik pribadi tempat Sebastian atau para bawahannya dirawat ketika mereka mendapatkan cedera. Apa ayah tahu tempat ini sebelumnya?”Andrian menggeleng lemah. “Terlalu banyak hal yang tidak aku ketahui tentang anakku sendiri.”“Dan terlalu banyak hal juga yang Sebastian tidak ketahui tentang ayahnya,” bisik Angela lirih. Dan tanpa memperhatikan raut wajah Andrian, Angel
Mattie langsung dikebumikan di lahan perkebunan milik keluarga Sebastian. Itu pun sudah langkah penuh belas kasihan karena Angela merayu Sebastian. Awalnya pria itu memerintahkan agar jasad Mattie dibuang ke kandang Singa peliharaannya saja.Pertemuan keluarga ditunda sampai Sebastian pulih. Setidaknya, sampai ia sudah bisa berdiri dan bisa berbicara normal kembali. Hebatnya, Sebastian melakukan semua ini tanpa terendus sedikit pun dari media.Padahal, Angela tahu persis. Kemanapun mereka pergi, para pengemis berita selalu ada di sekitar mereka dengan menyamar semau mereka. Mereka mungkin bisa membohongi mata Angela tapi tidak dengan mata tajam Edward.Kini, tiga minggu berlalu sejak peristiwa itu dan keluarga besar The Sanders sepakat untuk bertemu di rumah Andrian.Selagi berjalan ke ruang keluarga di rumah Andrian, Angela melihat lewat sudut matanya sosok Ferdinand yang terduduk lemas di ujung koridor, di dekat dapur. Edward berdiri di sebelahnya. Angela menghela nafas, mengingat a
Angela menoleh ke arah Sebastian. “Kamu sudah tahu, ya?”Sebastian bangkit dari kursinya. “Tidak selengkap ini tapi informasi yang kudengar melengkapi cerita menyedihkan ini. Tapi, Mom? Apa kau butuh pelukan dariku?”Sarah melepaskan pegangan tangan Andrian dan menyambut Andrian, yang memutari pinggiran meja dan memeluknya. Ia menghambur ke pelukan anaknya. Menangis melepaskan beban yang mungkin dirasanya hanya Sebastian yang mengerti.“Terima kasih atas penjelasanmu, Andrian,” kata Sebastian saat ia telah melepaskan pelukan ibunya. Tangannya masih merangkul pundak Sarah. “Sekarang, apa yang kau inginkan?”“Aku tidak menginginkan apapun. Rasanya terlalu serakah jika aku menginginkan sesuatu setelah apa yang telah kulakukan selama ini.”“Gadis kecil itu, siapa namanya?” Angela menatap wajah Andrian, menyadari bahwa ia telah melewatkan sesuatu yang penting.“Liza. Aku hanya tahu nama depannya.”“Dan bukankah satu-satunya dosa yang telah keluarga ini lakukan adalah bisnis menjijikkan itu
Ia duduk di tangga basement, menatap pada tubuh wanita yang terikat di meja. Wanita itu juga menatapnya, matanya berkilat-kilat karena terkejut dan sakit. Gemma Sanders memejamkan matanya, membuat butiran air mata jatuh membasahi pipi di wajah yang sudah dipenuhi bekas lebam pukulan, darah yang mengering, dan debu kotoran.Laki-laki itu menunduk, menatap pada pistol di tangan kanannya, lalu beralih ke tangan kirinya. Liontin Liza. Ia memakainya di leher, menggantungkan di rantai kalungnya sejak polisi mengambilnya dari mayat Liza saat di kamar mayat.Ia memutar liontin itu, mengarahkannya pada cahaya, dan menatap pada huruf-huruf inisial yang terukir pada liontin seperti yang sudah sering dilakukannya.“Liza... kita sudah sangat dekat menuju akhir,” bisiknya sambil tersenyum pilu.Saat pria itu memejamkan mata, rasa perih itu terasa semakin nyata. Bukan, ia tidak sedih terhadap apa yang telah dilakukannya. Di belakangnya terdengar suaranya mendengung pembacaan kronologi kejadian ‘pemb