Sebastian sedang duduk, tangannya memegang secangkir coffee yang masih mengepul, sedang sorot matanya fokus melihat ke luar jendela yang cukup lebar. Pemandangan yang ia lihat hanyalah taman yang tertutup oleh salju, yang bahkan rumput atau bunga pun tidak terlihat.Beberapa saat kemudian, ia menoleh, menatap seorang wanita yang sejak tadi duduk di hadapannya. Mulutnya memang tidak mengatakan apapun tapi tatapan matanya jelas bertanya tentang alasan tatapan wanita di depannya.Angela tertawa. Ia menyibak rambut panjangnya ke samping lalu mengangkat gelas teh nya, “Kita baru saja menginap di rumah ini. Berdua.”“Lalu?” Sebastian bisa melihat bahwa wanita itu terperangah. Bibir Angela terbuka dan tatapan di mata gadis itu mengatakan padanya bahwa gadis itu merasa terpojok. “Maksudku, kita bahkan tidur di kamar terpisah, Angela. Kau tahu, cuaca kemarin malam tidak memungkinkan untuk kita pulang.”“Bukan itu maksudku.” Wajah Angela memerah malu. Ia mengalihkan pandangannya ke arah beberap
Melihat wajah Anthony yang kebingungan menjawab pertanyaannya membuat Angela tertawa pelan. Ia sungguh merasa payah dan bodoh saat ini. Bagaimana bisa ia menanyakan pertanyaan payah seperti itu? Alat perekam itu sudah jelas ikut hangus sekarang.Rahang Anthony mengejang, hanya sekilas sehingga Angela pikir itu cuman bayangannya saja. “Mengapa kamu menyelipkan alat perekam di mobil itu, Angela?”“Mobil itu dulu adalah milikku. Saat Lavenska merebut paksa mobil itu, aku menyelipkan alat perekam disana, berharap jika aku bisa mendapatkan pembelaan agar mobil itu bisa kembali padaku. Tapi dengan beberapa kejadian yang terjadi begitu saja, aku melupakan tentang alat perekam itu. Aku kembali ingat beberapa saat yang lalu saat Daddy menelponku.”“Dan apa yang kamu harapkan ada di dalam alat perekam itu?”“Entahlah. Aku tidak yakin.” Angela mengepalkan tangan di pangkuannya. “Mungkin itu bisa juga menjadi bukti penting tentang menghilangnya Lavenska. Andai alat itu masih ada.”Anthony mencata
Sangat gelap. Dan ia masih tidak dapat bergerak. Aku lumpuh. Tapi kalau lumpuh seharusnya tidak bisa merasakan rasa sakit. Ia seharusnya tidak bisa merasakan apa-apa dan saat ini ia merasakan semua. Tubuhnya sakit, dari ujung kepala sampai ujung kaki.Perlahan seluruh inderanya menyesuaikan diri. Ternyata bukan kegelapan, matanya ditutup oleh kain. Dan aku tidak lumpuh. Kaki dan tangannya diikat, mulutnya disumpal.Diikat, disumpal, mereka menangkapku. Laki-laki itu ketakutan. Dan sendirian.Punggungnya kram karena posisi tubuhnya yang tidak enak dan dipaksakan. Laki-laki itu mendengar beberapa suara menggema dari luar. Sepertinya ia sedang di kurung di salah satu tempat yang lembab. Ia bisa mengetahuinya dari kakinya yang telanjang saat ini.Ya Tuhan, tolong aku. Siapapun tolong aku.Laki-laki itu merasakan kepalanya berdenyut dan jantungnya berdebar sangat keras sampai terasa sakit. Laki-laki itu menarik nafas dalam-dalam, mencium bau tanah basah dan busuk. Dan tiba-tiba telinganya
Satu hari yang singkat sebelum perceraian, ditambah dengan segala persiapan panjang yang Sebastian lakukan. Ia bahkan tidak menghitung sudah berapa kali ia memastikan keamanan rumah yang akan ditempati Angela, penjaga keamanan yang akan bersiaga siang dan malam, sejumlah uang yang sudah di dikirim ke rekening Angela, dan sekarang ia tinggal menyerahkan black card yang bisa Angela pakai untuk membeli sesuatu.Mereka menjadi lebih sering bersama. Seperti saat malam setelah Sebastian pulang dari Kota Dullas, dimana penjara bawah tanahnya berada. Angela ternyata menunggu kepulangannya. Wanita itu masih menonton TV sambil menahan kantuk saat Sebastian datang.“Kamu sudah pulang? Sudah makan?” tanyanya saat itu. Dan Sebastian menahan kuat dirinya agar tidak berlari dan menarik tubuh wanita itu ke dalam pelukannya.Ia belum siap berpisah dan ia tidak ingin berpisah. Tapi kehadiran dirinya di dekat Angela hanya menyakiti wanita itu dan Sebastian tidak ingin hal itu terjadi.Namun waktu tiga b
“Begitu pula denganku.” Sahut Angela tegas. Ia tidak ingin meninggalkan keraguan sekecil apapun.“Kalau begitu, mendekatlah padaku.” Undang Sebastian sambil membentangkan tangan.“Kau tahu, aku mempunyai persyaratan.”“Katakan.” Sebastian masih terus membentangkan tangannya, dengan kesan mengundang.“Katakan bahwa kamu mencintaiku.”Sebastian memutar matanya. “Ayolah, bukankah seharusnya aku yang meminta pernyataan itu darimu?”“Katakan lebih dulu,” pinta Angela sambil menatap jari-jari Sebastian yang kokoh dan telapak tangan yang sudah menantinya.“Kesinilah agar aku bisa mengatakannya dari dekat,” Sebastian mengatakannya sambil berbisik.Dengan perlahan, Angela mengulurkan tangan untuk menyentuhkan ujung jari Sebastian dengan jarinya. Tapi Sebastian belum beranjak, sampai Angela melintasi setengah jarak mereka, mengatakan pada Sebastian bahwa ia pun menginginkannya, saat telapak tangannya yang dingin berada diatas telapak tangan Sebastian yang hangat.Tangan Sebastian menggenggam ta
Angela membutuhkan waktu dua hari untuk membawa semua barang-barangnya. Butuh dua hari berikutnya sebelum seorang petugas pengadilan datang ke rumah Angela dengan membawa surat-surat perceraian.Butuh seminggu sebelum Sarah Sanders menelpon, suara wanita itu tampak tidak peduli, jelas sekali ia sudah menduga dengan kabar perpisahan mereka. Dan butuh waktu satu minggu sebelum Angela bisa mengumpulkan keberanian untuk menemui Ayahnya dan mengatakannya.Namun hanya butuh waktu setengah jam bagi Angela untuk mulai merindukan Sebastian.Hari-hari berikutnya adalah hari yang paling menyedihkan dalam kehidupan Angela. Ia mendapati dirinya menatap kosong ke arah barang-barang dan perabotan yang mereka beli bersama, ada banyak sekali barang-barang berwarna coklat kesukaan Sebastian. Tempat ini lebih pantas menjadi rumah Sebastian, daripada rumahnya.Tidak bisakah kita tetap melakukan ini untuk malam-malam berikutnya? Pertanyaan Sebastian malam itu terus berdengung di telinganya dan ia menahan
Kuda-kudaan di komedi putar sangat indah di bawah cahaya rembulan. Ia selalu menikmati taman ini waktu masih kecil. Bersama adiknya. Tapi sekarang ia bukan anak-anak lagi dan kepolosan taman bermain itu terasa menghinanya kala ia duduk di bangku, memikirkan betapa kacau hidupnya kini.Kursi tempatnya duduk bergoyang kemudian terdiam ketika ditimpa beban seseorang yang duduk. “Dasar bodoh,” bisiknya, matanya tetap tertuju pada kuda-kudaan komedi putar itu. “Menelfonku seperti waktu itu tidak masalah, tapi mengajakku bertemu di sini... kalau sampai ada yang melihat kita...”“Sialan.” Desisan yang sarat akan ketakutan. “Aku tahu dimana laki-laki tua itu berada.”Ia duduk lebih tegak. “Jangan bilang ia berada di kantor polisi.”“Lebih buruk. Ia berada dalam genggaman Sebastian.”“Sialan. Kita akan mati.” Bisikannya terdengar histeris. “Dia bukan lagi anak kecil yang bisa kita suap dengan coklat, Henry! Aku... aku tidak mau dipenjara, atau yang lebih buruknya lagi, aku tidak mau dipenjara
Sebastian sedang duduk di kursi dalam ruangannya yang gelap. Ia mendengar suara gumaman di lorong dan tahu Edward telah datang membawa laporannya. Ini minggu ketiga setelah perceraiannya, dan ia menyibukkan diri setengah mati untuk membunuh kerinduannya.Tidak semuanya berantakan. Ia masih bisa mengencangkan tali yang sudah diikatkan pada beberapa tempat. Dan kali ini, saatnya menarik tiap umpan. Jika hubungannya terhadap Angela hancur, tapi tidak dengan rencananya.Laki-laki itu akan sangat marah.Sebastian terkekeh saat membayangkan wajah laki-laki itu. Ia sangat hafal bahwa laki-laki itu sangat terobsesi terhadap kesempurnaan. Ia akan sangat marah ketika mengetahui satu dari sekian targetnya menghilang. Ia akan sangat kesal hingga akan membunuh lagi.Tapi Sebastian tidak akan membiarkannya. Sudah cukup keluarga Sanders yang jadi korban kelalaiannya. Tidak lagi. Tidak ada lagi permainan dengan mengorbankan nyawa The Great Sanders.Edward masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu. Rua