Ia khawatir jika ia akan meninggal lebih dulu daripada Sebastian, maka Sebastian akan mencari pengganti dirinya dan sialnya, jika Sebastian salah memilih, maka anak itu akan mengalami nasib yang buruk seperti dirinya.Luka pengasuhan saat kecil rupanya begitu membekas dalam hati dan pikiran Angela. Dan Sebastian tidak akan menyalahkan Angela untuk itu. Mereka sudah membahasnya dan mereka akan mempunyai bayi saat Angela sudah benar-benar siap.Lalu sekarang, Angela mengatakan bahwa ia hamil? Sesuatu yang pantas dirayakan atau justru menjadi masalah baru bagi pernikahan mereka?“Maafkan aku, Sayang. Seharusnya bukan seperti ini suasana yang aku ciptakan, bukan?” Angela menarik tangan Sebastian lalu ia mencium punggung tangan pria tersebut. Pandangan matanya tersiksa, ia menyesali mengapa tidak bisa membawa kabar ini menjadi kabar bahagia seperti layaknya pasangan lain di luar sana.Hal itu membuat hati Sebastian terasa teriris. Ia duduk bertumpu pada lututnya, mendongak menatap wajah ca
Anna mengetukkan jemarinya pada meja kerjanya. Sudah sepuluh menit ia duduk di ruangan kerja dan ia tidak melakukan apapun selain menatap layar komputer yang mati sementara tangannya mengetuk meja, hanya untuk menciptakan sebuah suara sehingga suasana lengang tidak begitu mencekik dirinya.Sudah pukul sebelas malam dan ia masih belum juga tahu akan melakukan apa. Haruskah ia tidur? Atau mandi setelah seharian berpeluh keringat dengan banyak pasien? Atau haruskah ia pergi menemui Zoe?Kepalanya terasa sakit setiap kali ia mengingat nama pria itu. Pria bodoh yang begitu mudahnya jatuh ke dalam perangkap Anthony. Ia tidak habis pikir mengapa seorang Zoe yang keras kepala dan begitu menghormati Sebastian bisa mengkhianatinya seperti itu. Mengkhianati mereka.“Laki-laki itu menunjukkan bukti bahwa Sebastian pernah melecehkanmu, Ann,” kata Zoe dua bulan setelah kejadian itu. Saat Anna mengumpulkan tekad yang kuat untuk menjenguknya di dalam penjara yang kumuh dan bau tersebut.Waktu itu ia
Edward menghentikan langkahnya. Ia sudah melewati koridor ruang tengah tepat dimana matanya menyaksikan pemandangan yang membuatnya hampir memuntahkan seluruh isi perutnya. Dalam hati ia masih memaki kebodohan keputusan yang ia ambil.Mengapa ia harus datang ke rumah Anna hanya karena masalah pencernaannya yang terganggu akhir-akhir ini?Dan pertanyaan terpenting adalah, mengapa ia nekat masuk ke dalam rumah Anna? Oh, ayolah, ia hanya berfikir sesuatu terjadi pada diri wanita itu. Ia hanya merasa khawatir setelah memencet bel rumah berkali-kali dan tidak ada respon dari orang di dalamnya.Dan lihat apa yang ia dapatkan dari sikap sok perhatiannya kali ini!“Hey, dengar aku. Aku tahu mungkin kau merasa aku tidak sopan datang ke rumahmu tengah malam dan membobol rumahmu tanpa izin, tapi...”“Apa kau mengkhawatirkan aku, Ed?” Anna tersenyum setelah dengan panik menyambar selembar selimut tipis yang tergeletak di atas sofa untuk menutupi bagian tubuh vitalnya.Edward tertawa sinis. “Apa k
Kepala Angela terkulai di atas kursi. Sebastian mencondongkan tubuh ke dekat Angela, mengguncangkan siku gadis itu dengan lembut. “Bangun, Sayang.”Cahaya dari lampu mobil memainkan serangkaian kilau kehitaman yang mempesona di ujung bulu mata Angela, yang terlihat seperti kipas yang membayangi pipi dan hidung gadis itu. Rambut Angela berantakan di satu sisi, terjepit di kursi dan sedikit bertumpuk di seputar telinga.Bibir Angela terlihat santai, semua kilau lipstiknya sudah hilang. Ujung lidah Angela terlihat dari sela-sela gigi. Urat leher Angela tampak menonjol, menciptakan bayangan inti dibaliknya. Aroma parfume Angela masih samar-samar tercium disana.Mereka baru saja pulang dari pesta kecil yang diadakan oleh Sarah. Ia sangat senang begitu mengetahui bahwa Angela sedang mengandung. Pesta kecil? Ya, pengertian kecil bagi Sarah tentu beda dengan bayangan yang Angela maksud. Pesta kecil yang bahkan mengundang penyanyi top yang album terbarunya sedang menduduki puncak billboard.“A
Seperti biasa, acara makan malam yang diadakan oleh Sebastian sukses besar. Dengan dukungan masakan koki handal yang lezat dan dikombinasikan dengan kepribadian Sebastian yang menawan, membuat tiada jarak antara Sebastian dan para bawahannya.Oh, tidak. Sebastian tidak pernah menyebut mereka sebagai bawahannya. Ia selalu bilang bahwa mereka adalah orang-orang kepercayaannya. Ya, Angela bisa maklum, setelah apa yang mereka alami, orang-orang yang tersisa bagaikan orang-orang pilihan dari Tuhan.Sebastian tidak pernah pergi dari sampingnya. Ia seolah mengetahui bahwa Angela tidak begitu merasa nyaman. Meski sudah beberapa kali pria itu memintanya naik ke atas dan beristirahat tapi Angela seperti mempunyai tugas untuk mendampingi suaminya.Meski kecil kemungkinan, tapi Angela berhak menjaga miliknya dari gangguan serangga liar.“Aku tidak ingin merusak acara makan yang sempurna ini, tapi, aku ingin sekali mengatakan sesuatu,” kata Alex secara tiba-tiba, ia menatap Angela, “Angela, kau ta
“Bagaimana rasanya?”Edward menoleh ke samping. Ia mengangguk hormat pada Sebastian lalu pandangannya kembali mengarah ke depan. “Apa maksudmu, Tuan? Rasa apa?”Sebastian tersenyum. “Rasanya dikejar oleh dua orang wanita.”Edward mengerutkan keningnya. “Maksud Tuan, aku?”Sebastian menghela nafas. Ia menoleh ke arah Edward lalu menatap wajah pria itu dengan kesal. “Jika kau bukan orang kesayanganku, sudah ku pukul kepalamu sampai pingsan sekarang.”“Aku...benar-benar tidak mengerti maksudmu, Tuan.” Wajah Edward terlihat kebingungan. Ia menggaruk tengkuknya, tanda bahwa ia memang benar-benar tidak mengerti. Sebastian kembali menghela nafas, Edward tidak berpura-pura, ia memang laki-laki yang payah dalam urusan percintaan.“Berapa usiamu sekarang, Ed?” tanya Sebastian sambil berjalan menuju taman. Ia menunjuk kursi taman di sebelahnya, sebagai perintah bagi Edward untuk duduk di sampingnya.Pria itu menurut, ia berjalan ke arah Sebastian lalu duduk di sampingnya. “Dua puluh sembilan tah
“Lihat apa yang diseret masuk oleh si kucing,” kata Alexandria Porter dengan senyum lebar. Edward menyelipkan tubuh di ke balik meja kecil di sudut bakery. Ia sengaja mengambil tempat duduk yang menghadap pintu dapur karena ia suka menonton kesibukan para pegawai dan menatap wajah Alex.Astaga, pekik Edward dalam hati, apa yang sedang kulakukan disini? Pagi hari, pukul sembilan, ia tiba-tiba datang, memakai kemeja yang hampir sepuluh menit membuatnya kebingungan dalam memilih warna kemeja.Hanya untuk mendatangi bakery Alex, ia harus membuang waktu sepuluh menit untuk memilih warna kemeja. Sial, makinya lagi dalam hati, apa yang terjadi denganku?Edward meletakkan kunci mobil, handphone dan dompetnya di atas meja lalu membalas senyuman Alex dengan kaku. “Senang bertemu lagi denganmu, Alex. Kelihatannya bisnismu berjalan dengan baik.”Antrean para pemesan makan pagi untuk di bawa pulang mengular ke pintu. Sebagian besar meja di ruang makan kuno sudah dipenuhi oleh pelanggan yang ingin
Angela bangun karena suara gorden yang dibuka. Ia langsung terburu-buru duduk seolah ada seratus dua puluh band memainkan musik Sousa yang keras di samping tempat tidurnya. Sebastian berdiri di tengah cahaya matahari yang masuk melalui jendela, tertawa.“Mengapa kau bangun seperti itu?”Angela menyipitkan mata dan mengerjapkannya beberapa kali, kemudian terkulai lagi ke belakang seperti boneka kain yang usang, menutupinya matanya dengan lengan. “Ah, aku merasa lapar tapi perutku terasa mual.”Sebastian tertawa lagi, dengan lepas dan ceria, kemudian beringsut mendekati Angela, mencium bibir gadis itu singkat lalu membelai pipinya dengan lembut. “Kamu mau makan sesuatu yang lembut?”“Seperti, ini...?” Angela langsung menarik leher Sebastian dengan kedua tangannya lalu mencium bibir pria itu. Bibir Sebastian terasa manis dengan aroma kopi yang tiba-tiba membuat Angela merasa makin mual.Ia segera melepaskan ciumannya lalu tanpa bisa ditahan mengeluarkan suara seakan ingin memuntahkan ses