Angela bangun karena suara gorden yang dibuka. Ia langsung terburu-buru duduk seolah ada seratus dua puluh band memainkan musik Sousa yang keras di samping tempat tidurnya. Sebastian berdiri di tengah cahaya matahari yang masuk melalui jendela, tertawa.“Mengapa kau bangun seperti itu?”Angela menyipitkan mata dan mengerjapkannya beberapa kali, kemudian terkulai lagi ke belakang seperti boneka kain yang usang, menutupinya matanya dengan lengan. “Ah, aku merasa lapar tapi perutku terasa mual.”Sebastian tertawa lagi, dengan lepas dan ceria, kemudian beringsut mendekati Angela, mencium bibir gadis itu singkat lalu membelai pipinya dengan lembut. “Kamu mau makan sesuatu yang lembut?”“Seperti, ini...?” Angela langsung menarik leher Sebastian dengan kedua tangannya lalu mencium bibir pria itu. Bibir Sebastian terasa manis dengan aroma kopi yang tiba-tiba membuat Angela merasa makin mual.Ia segera melepaskan ciumannya lalu tanpa bisa ditahan mengeluarkan suara seakan ingin memuntahkan ses
Bel lift berbunyi dan mereka sampai. Catherine, seorang reporter media online yang telah lama mengincar berita tentang kebenaran kasus pembunuhan keluarga Sanders memicingkan mata saat melihat Sebastian hanya sendirian tanpa di dampingi petugas keamanan ataupun Edward.Ia tahu, sebelumnya Sebastian tidak pernah pergi sendirian tanpa pengawal keamanan ataupun Edward, apalagi sejak peristiwa teror pembunuhan itu. Kini pikirannya semakin sibuk mencari tahu ada apa dibalik kasus yang menghebohkan negeri lalu tiba-tiba menghilang tanpa kabar berita.Tidak mungkin, tidak mungkin si pelaku tiba-tiba bertaubat dan pergi secara misterius. Tidak, ia lebih dari tahu bagaimana karakter seorang Sebastian. Apalagi dari desas desus yang wanita itu dengar, Angela beberapa kali menjadi target dari si pelaku teror.Sebastian tidak akan berhenti mengejar seseorang yang telah melukai istrinya. Bahkan sampai ke ujung dunia sekalipun.“Mari kita mulai,” Catherine mendesis. “Scott, kau sudah siap?”“Kamera
Edward sebenarnya lebih suka berada di tempat lain hari ini. Oh, ayolah, ini weekend, bukankah seharusnya ia sedang menikmati akhir pekan sambil bergelung dibawah selimut, menikmati kopi pahit sambil menonton netflix?Atau dimana saja tidak menjadi soal, asalkan tidak di ruangan kerja yang sudah lebih seperti rumah baginya. Apartemen nya sampai terasa asing karena ia lebih banyak menghabiskan waktu di ruangan ini.Tapi, ia tidak punya pilihan lain, bukan? Sejujurnya ia memang mencintai pekerjaan ini. Ia menyukai dirinya yang sibuk dan menyukai otaknya sibuk untuk berfikir tentang pekerjaan, ‘sehingga ia tidak mempunyai waktu untuk memikirkan sesuatu yang remeh’.Edward tidak keberatan berperan sebagai budak korporat. Toh, Sebastian juga memberikan ia upah dengan jumlah yang fantastis. Sebuah upah yang sebenarnya tidak berani ia bayangkan saat ia masih menjadi gelandangan di jalan dulu.“Tuan Sebastian sudah terlalu baik padaku dan inilah caraku membalas budi,” ucapnya setiap kali ia m
Edward menyeringai saat melihat Anna terdiam. Ia menghela nafas lalu berdiri tegak dan berjalan ke arah Anna. Dengan tiba-tiba ia menangkap pergelangan tangan wanita itu. Anna memekik. Keterkejutan wanita itu memberikan Edward kepuasan yang aneh. “Lihat, kau tidak benar-benar menginginkan ini, Miss Housel.”Anna tersenyum sinis. Ia memutar pergelangan tangannya, berusaha untuk melepaskannya dari pegangan tangan Edward yang kuat. Anna memelototi Edward, entah mengapa kepercayaan dirinya mendadak lenyap dan kini berganti kemarahan.Ah, Edward lebih menyukai Anna marah dibandingkan terobsesi padanya.”Kau tidak menyangkal apapun, Miss Housel.”“Berhenti memanggilku dengan panggilan itu,” kata Anna sambil mengalihkan tatapannya dari wajah Edward ke pergelangan tangannya sendiri. Sejujurnya ia memang terkejut, ia tidak menduga Edward akan bersikap seperti itu. Ed tidak pernah menyentuhnya, bahkan sedikitpun.Tunggu, bukankah ini adalah sebuah kemajuan yang ‘baik’? Tapi, mengapa ia justru me
“Mengapa? Apa kau juga melakukan hal seperti ini kepada setiap wanita yang mengejarmu? Termasuk... Alex?”Alis mata Edward terangkat sesaat setelah ia mendengar nama gadis itu disebut oleh Anna. Hatinya bertanya-tanya, apakah Anna cemburu terhadap Alex? Atau apakah wanita itu tahu bahwa Edward menyimpan perasaan spesial pada Alex?“Aku hanya melakukannya ini padamu.” Apakah Edward agak membungkuk ke arahnya, ataukah ia yang mendekati lelaki itu? Mereka nyaris bersinggungan sekarang. “Karena kau, wanita nakal yang memerlukan perlakuan khusus dariku. Jika kamu menginginkan tubuhku, aku akan memberikannya padamu. Sekarang juga.”Selama sepersekian detik, Anna menyangka pria itu akan menciumnya. Anna mematung di tempatnya, tidak mampu bergerak, tidak mampu bernapas. Hei, bukankah kau memang menginginkan tubuhnya? Ayo lakukan seperti seseorang yang ahli! Anna sadar sekali, ia seharusnya menjawab dengan tegas, tapi tubuhnya terasa kaku, mematung dengan bodohnya.Edward Harrison memang men
Sebastian meletakkan ponselnya, menatap Edward, ekspresi wajahnya menunjukkan keseriusan. “Edward, aku menemukan beberapa kecurigaan penggelapan uang perusahaan oleh Steve. Apa kau sudah tahu tentang ini sebelumnya?”Sudah ia duga, urusan apa lagi yang membawa seorang Sebastian pada pukul dua dini hari selain daripada urusan perusahaan? “Ya. Aku sudah mengetahuinya, Tuan. Aku juga sudah membentuk tim untuk menyelidiki siapa saja yang terlibat. Besar kemungkinan, uang itu dipakai olehnya untuk menyelamatkan saham dengan nama pribadinya.”"Sejak kapan kau tahu?”“Sejak Tuan mulai sibuk menyiapkan acara pesta pernikahan,” jawab Edward dengan tenang. Sangat kontras dengan ekspresi wajah Sebastian yang melotot kaget.“Kau menyembunyikan berita penting ini selama enam bulan lebih dariku, huh?!”“Tuan... cobalah untuk tenang. Marah-marah tidak baik untuk kesehatan tubuh anda.” Edward menaruh kedua tangannya di samping laptop lalu menatap wajah Sebastian. “Aku sengaja menyembunyikannya dari T
Jam dua siang, Alex memarkirkan mobilnya di depan The Cozy Corner, toko buku yang juga menjual benda-benda untuk hadiah, kartu ucapan, dan toko ini menyombongkan diri sebagai satu-satunya gourmet coffee bar, kedai kopi di kota.Alex pergi ke toko itu untuk mencari novel yang bagus untuk dibaca nanti malam. Ia sangat membutuhkan sesuatu, apapun tidak masalah, untuk mengalihkan Edward Harrison dari pikirannya. Ia harus berhenti memikirkan apakah pria itu mempunyai perasaan yang sama dengannya atau tidak.Ia tidak dapat berlarut-larut membiarkan dirinya terombang-ambing pada perasaan yang seharusnya tidak ia rasakan. Dalam hati ia terus mengutuk dirinya sendiri, bagaimana mungkin seorang gadis kumuh seperti dirinya bermimpi bisa bersama dengan orang nomor dua BCB Royal Bank?“Alex!”Begitu mendengar namanya dipanggil, ia mengamati ruangan itu untuk mencari sumber suara. Di bar. Disana duduklah Livy, temannya sewaktu kuliah yang sekarang bekerja menjadi salah satu karyawan di BCB Royal Ba
Alex buru-buru pergi ke lorong buku fiksi, lalu mulai memeriksa deretan buku. Mungkin fiksi ilmiah atau novel horor atau novel misteri, sesuatu yang dapat membuatnya melayang keluar dari dunia nyata, dan sejenak melupakan masalahnya.Novel romance? Oh, tidak. Ia seperti menggali kuburannya sendiri jika memutuskan untuk memilih novel romance. Tidak, tidak bacaan yang dapat mengingatkannya pada Edward.Sewaktu ia mengambil novel terbaru Judy Conway dari rak, perasaannya berdesir, menyentuh ujung-ujung sarafnya. Ini adalah suatu firasat. Sambil mencoba gara tidak terlalu mencolok dalam memuaskan rasa ingin tahunya, ia menyapukan pandangannya ke segala penjuru dan tidak melihat siapapun berada di dekat tempat itu.Imajinasiku pasti bekerja lembur. Alex berusaha keras mengabaikan gelisah yang menderanya. Ia memutuskan akan membeli buku itu dan langsung pulang.Namun saat melewati lorong non fiksi, ia menangkap sosok seseorang melalui ekor matanya. Ia langsung berhenti, memutar kepala pelan