Bel lift berbunyi dan mereka sampai. Catherine, seorang reporter media online yang telah lama mengincar berita tentang kebenaran kasus pembunuhan keluarga Sanders memicingkan mata saat melihat Sebastian hanya sendirian tanpa di dampingi petugas keamanan ataupun Edward.Ia tahu, sebelumnya Sebastian tidak pernah pergi sendirian tanpa pengawal keamanan ataupun Edward, apalagi sejak peristiwa teror pembunuhan itu. Kini pikirannya semakin sibuk mencari tahu ada apa dibalik kasus yang menghebohkan negeri lalu tiba-tiba menghilang tanpa kabar berita.Tidak mungkin, tidak mungkin si pelaku tiba-tiba bertaubat dan pergi secara misterius. Tidak, ia lebih dari tahu bagaimana karakter seorang Sebastian. Apalagi dari desas desus yang wanita itu dengar, Angela beberapa kali menjadi target dari si pelaku teror.Sebastian tidak akan berhenti mengejar seseorang yang telah melukai istrinya. Bahkan sampai ke ujung dunia sekalipun.“Mari kita mulai,” Catherine mendesis. “Scott, kau sudah siap?”“Kamera
Edward sebenarnya lebih suka berada di tempat lain hari ini. Oh, ayolah, ini weekend, bukankah seharusnya ia sedang menikmati akhir pekan sambil bergelung dibawah selimut, menikmati kopi pahit sambil menonton netflix?Atau dimana saja tidak menjadi soal, asalkan tidak di ruangan kerja yang sudah lebih seperti rumah baginya. Apartemen nya sampai terasa asing karena ia lebih banyak menghabiskan waktu di ruangan ini.Tapi, ia tidak punya pilihan lain, bukan? Sejujurnya ia memang mencintai pekerjaan ini. Ia menyukai dirinya yang sibuk dan menyukai otaknya sibuk untuk berfikir tentang pekerjaan, ‘sehingga ia tidak mempunyai waktu untuk memikirkan sesuatu yang remeh’.Edward tidak keberatan berperan sebagai budak korporat. Toh, Sebastian juga memberikan ia upah dengan jumlah yang fantastis. Sebuah upah yang sebenarnya tidak berani ia bayangkan saat ia masih menjadi gelandangan di jalan dulu.“Tuan Sebastian sudah terlalu baik padaku dan inilah caraku membalas budi,” ucapnya setiap kali ia m
Edward menyeringai saat melihat Anna terdiam. Ia menghela nafas lalu berdiri tegak dan berjalan ke arah Anna. Dengan tiba-tiba ia menangkap pergelangan tangan wanita itu. Anna memekik. Keterkejutan wanita itu memberikan Edward kepuasan yang aneh. “Lihat, kau tidak benar-benar menginginkan ini, Miss Housel.”Anna tersenyum sinis. Ia memutar pergelangan tangannya, berusaha untuk melepaskannya dari pegangan tangan Edward yang kuat. Anna memelototi Edward, entah mengapa kepercayaan dirinya mendadak lenyap dan kini berganti kemarahan.Ah, Edward lebih menyukai Anna marah dibandingkan terobsesi padanya.”Kau tidak menyangkal apapun, Miss Housel.”“Berhenti memanggilku dengan panggilan itu,” kata Anna sambil mengalihkan tatapannya dari wajah Edward ke pergelangan tangannya sendiri. Sejujurnya ia memang terkejut, ia tidak menduga Edward akan bersikap seperti itu. Ed tidak pernah menyentuhnya, bahkan sedikitpun.Tunggu, bukankah ini adalah sebuah kemajuan yang ‘baik’? Tapi, mengapa ia justru me
“Mengapa? Apa kau juga melakukan hal seperti ini kepada setiap wanita yang mengejarmu? Termasuk... Alex?”Alis mata Edward terangkat sesaat setelah ia mendengar nama gadis itu disebut oleh Anna. Hatinya bertanya-tanya, apakah Anna cemburu terhadap Alex? Atau apakah wanita itu tahu bahwa Edward menyimpan perasaan spesial pada Alex?“Aku hanya melakukannya ini padamu.” Apakah Edward agak membungkuk ke arahnya, ataukah ia yang mendekati lelaki itu? Mereka nyaris bersinggungan sekarang. “Karena kau, wanita nakal yang memerlukan perlakuan khusus dariku. Jika kamu menginginkan tubuhku, aku akan memberikannya padamu. Sekarang juga.”Selama sepersekian detik, Anna menyangka pria itu akan menciumnya. Anna mematung di tempatnya, tidak mampu bergerak, tidak mampu bernapas. Hei, bukankah kau memang menginginkan tubuhnya? Ayo lakukan seperti seseorang yang ahli! Anna sadar sekali, ia seharusnya menjawab dengan tegas, tapi tubuhnya terasa kaku, mematung dengan bodohnya.Edward Harrison memang men
Sebastian meletakkan ponselnya, menatap Edward, ekspresi wajahnya menunjukkan keseriusan. “Edward, aku menemukan beberapa kecurigaan penggelapan uang perusahaan oleh Steve. Apa kau sudah tahu tentang ini sebelumnya?”Sudah ia duga, urusan apa lagi yang membawa seorang Sebastian pada pukul dua dini hari selain daripada urusan perusahaan? “Ya. Aku sudah mengetahuinya, Tuan. Aku juga sudah membentuk tim untuk menyelidiki siapa saja yang terlibat. Besar kemungkinan, uang itu dipakai olehnya untuk menyelamatkan saham dengan nama pribadinya.”"Sejak kapan kau tahu?”“Sejak Tuan mulai sibuk menyiapkan acara pesta pernikahan,” jawab Edward dengan tenang. Sangat kontras dengan ekspresi wajah Sebastian yang melotot kaget.“Kau menyembunyikan berita penting ini selama enam bulan lebih dariku, huh?!”“Tuan... cobalah untuk tenang. Marah-marah tidak baik untuk kesehatan tubuh anda.” Edward menaruh kedua tangannya di samping laptop lalu menatap wajah Sebastian. “Aku sengaja menyembunyikannya dari T
Jam dua siang, Alex memarkirkan mobilnya di depan The Cozy Corner, toko buku yang juga menjual benda-benda untuk hadiah, kartu ucapan, dan toko ini menyombongkan diri sebagai satu-satunya gourmet coffee bar, kedai kopi di kota.Alex pergi ke toko itu untuk mencari novel yang bagus untuk dibaca nanti malam. Ia sangat membutuhkan sesuatu, apapun tidak masalah, untuk mengalihkan Edward Harrison dari pikirannya. Ia harus berhenti memikirkan apakah pria itu mempunyai perasaan yang sama dengannya atau tidak.Ia tidak dapat berlarut-larut membiarkan dirinya terombang-ambing pada perasaan yang seharusnya tidak ia rasakan. Dalam hati ia terus mengutuk dirinya sendiri, bagaimana mungkin seorang gadis kumuh seperti dirinya bermimpi bisa bersama dengan orang nomor dua BCB Royal Bank?“Alex!”Begitu mendengar namanya dipanggil, ia mengamati ruangan itu untuk mencari sumber suara. Di bar. Disana duduklah Livy, temannya sewaktu kuliah yang sekarang bekerja menjadi salah satu karyawan di BCB Royal Ba
Alex buru-buru pergi ke lorong buku fiksi, lalu mulai memeriksa deretan buku. Mungkin fiksi ilmiah atau novel horor atau novel misteri, sesuatu yang dapat membuatnya melayang keluar dari dunia nyata, dan sejenak melupakan masalahnya.Novel romance? Oh, tidak. Ia seperti menggali kuburannya sendiri jika memutuskan untuk memilih novel romance. Tidak, tidak bacaan yang dapat mengingatkannya pada Edward.Sewaktu ia mengambil novel terbaru Judy Conway dari rak, perasaannya berdesir, menyentuh ujung-ujung sarafnya. Ini adalah suatu firasat. Sambil mencoba gara tidak terlalu mencolok dalam memuaskan rasa ingin tahunya, ia menyapukan pandangannya ke segala penjuru dan tidak melihat siapapun berada di dekat tempat itu.Imajinasiku pasti bekerja lembur. Alex berusaha keras mengabaikan gelisah yang menderanya. Ia memutuskan akan membeli buku itu dan langsung pulang.Namun saat melewati lorong non fiksi, ia menangkap sosok seseorang melalui ekor matanya. Ia langsung berhenti, memutar kepala pelan
Dibuat tertegun tanpa dapat bicara oleh basa-basi Edward yang santai dan wajar itu, Alex mengangguk dan tidak melepaskan pandangannya ketika pria itu berlalu.“Astaga, apa yang telah terjadi?” seru Livy dengan tatapan tak percaya. “Pria tadi Edward, bukan? Aku tidak salah lihat, kan?”“Kami hanya kebetulan bertemu,” sahut Alex, ia merasa bahwa ia tidak berbohong. Edward dan dirinya memang tidak sengaja bertemu disini. “Dia hanya menyapaku sebentar lalu menanyakan tentang perkembangan toko.”“Alex, Alex,Alex. Kau ini bicara denganku. Sahabat karibmu selama empat tahun semasa kuliah. Tempatmu mencurahkan hati,” Livy mengingatkan. “Aku melihat bagaimana kalian saling memandang. Kawan, kau sedang bermain api.”“Mengapa ia bermain api? Apa yang salah dari seorang wanita dan laki-laki normal yang saling tertarik?” Boy mengernyitkan dahinya. Tampak tidak setuju dengan perkataan Livy.“Dasar bodoh,” maki Livy sambil memukul punggung Boy. “Kau tahu bahwa Edward sudah memiliki hubungan dengan w
Angela membantu Sebastian mencuci peralatan makan dengan mesin cuci piring, lalu membersihkan dapur setelah mereka selesai makan. Angela tidak tahu apa yang tengah terjadi, Sebastian tiba-tiba mengajaknya berlibur ke villa dekat pantai dan menugaskan tidak ada satu pelayan pun yang ikut bersama mereka. Ini aneh, pikir Angela. Mereka terbiasa liburan ke villa tapi Sebastian tidak pernah meliburkan pelayan di villa. Apalagi, saat aku sedang hamil, pikir Angela. Tetapi ia menduga, mungkin Sebastian hanya ingin menghabiskan waktu berdua, benar-benar berdua dengan dirinya. Sudah seminggu berlalu sejak pertemuannya dengan Mark dan pria itu jelas pembual yang ulung. Kurang dari dua puluh empat jam katanya? Huh, sudah berlalu tujuh hari dan Mark belum melaporkan apapun padanya. Pria itu bahkan terkesan menghindari dirinya. Telepon iseng itu memang sudah berhenti. Tapi Angela tidak menemukan ada satu pun pelayan yang menghilang atau diberhentikan. Semua berjalan seperti biasa. Seperti tidak
Diluar dugaan, Anna justru tertawa. Suara tawa keras yang membuat Edward bingung haruskah ia ikut tertawa atau hanya menunggu tawa Anna selesai.“Apa kau berharap aku mempercayaimu begitu saja?” tanya Anna sambil menepuk pundak Edward. “Kau tidak bisa membodohiku, Ed. Aku sudah melakukan segala upaya untuk mendapatkan dirimu tapi kau jelas-jelas menolakku. Lalu tiba-tiba, setelah tiga hari aku merawatmu saat kau sakit, kau datang padaku dan bilang bahwa kau mencintaiku?”Edward tidak mengatakan apapun. Untuk sesaat mereka hanya saling memandang berlama-lama, pandangan yang makin lama membuat nafas mereka sesak dan tak pelak lagi, pandangan itu membuat mereka bergairah.Edward mengambil langkah maju. Ia mencium lagi. Lebih lembut. Semesra mungkin. Anna tidak menolak, tidak melawan, tidak berusaha lari. Edward menggoda mulut Anna dengan kecupan-kecupan lembut, gigitan mesra, dan gelitikan kecil di lidahnya.Ketika Anna mendesah senang, Edward memanfaatkannya untuk memasukkan lidahnya ke
“Kau jelas menyukainya, Mr. Harrison. Kau menyukainya lebih dari yang kau duga.”Edward terdiam. Cornelia benar. Bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya selama ini? Bagaimana mungkin orang lain bahkan lebih mengetahuinya dibandingkan dirinya sendiri?“Lalu, bagaimana perasaanmu melihat pemandangan itu?”Edward menatap wajah Cornellia bingung lalu mengikuti arah matanya. Kini ia melihat Alex, wanita yang menjadi alasan kehadirannya ke tempat ini, wanita itu membuat seolah matanya terhipnotis. Teman lelakinya, memojokkan Alex ke tikar, rok wanita itu tersingkap sehingga menampakkan pahanya yang langsing. Lalu tangan si lelaki menyelinap ke balik rok, mendekap bokong Alex.Mulut Cornelia menganga. “Aku tidak menyangka Alex seberani itu.”Edward kehilangan kata-kata. Bagaimana mungkin Alex yang polos dan ceria, yang bahkan Edward tidak menyangka usianya sudah dua puluhan, melakukan hal itu di tengah keramaian acara yang bertema keluarga seperti ini?“Aku tanya, bagaimana perasaanmu, Ed?”
Edward Harrison mengedarkan pandangannya ke lapangan tempat para pengunjung membentangkan selimut di tanah di depan panggung, dan asyik menikmati daging panggang sambil mendengarkan musik yang dibawakan band berirama country dan penyanyi lokal.Ia bertanya-tanya, dimana Alexandria di tengah lautan manusia ini. Ia tadi mengunjungi toko roti Alex dan menurut karyawannya, Alex menghadiri perayaan tanggal empat juli yang selalu diadakan setiap tahun di taman ini, jadilah Edward tahu gadis itu ada disini.Terlintas dalam benaknya untuk mengajak Alex datang bersamanya, tapi, itu sungguh perbuatan yang lancang. Ya, setelah apa yang dilakukannya pada gadis itu. Edward cukup tahu diri untuk tidak terlalu bertingkah meski tahu bahwa ia menguasai hati dan pikiran Alex.Banyak lelaki hari ini merasa iri padanya karena seorang wanita seksi, berambut panjang dan pirang dengan kedua tonjolan yang memukau di dadanya, duduk di sebelahnya. Ya, ia sengaja mengajak Cornellia Marshall, Asistennya di kanto
Callahan’s ramai oleh suara tamu mengobrol selama jam makan siang di rumah makan itu, sejak jam sebelas sampai jam dua selama hari kerja. Terletak di pusat kota, bangunan yang sudah di restorasi itu, yang dulu pernah dipakai sebagai toko obat pada awal tahun tiga puluhan hingga pertengahan tahun delapan puluhan.Mereka menempati lokasi yang sangat strategis untuk melayani kegiatan bisnis sehari-hari, termasuk karyawan pengadilan, perbankan serta para karyawan yang kantornya tersebar di segala penjuru kota. Pesaing mereka hanya rumah kana cepat saji yang melayani pengendara mobil, dan restoran kecil yang melayani roti isi.Jika seseorang ingin mengadakan rapat atau pertemuan sambil makan siang, Callahan’s-lah tempat yang paling nyaman.Ketika Angela tiba, pelayan mengantarkannya ke meja di belakang yang agak terpencil, di tempat Mark sudah menunggu. Mark, kepala keamanan rumah Sebastian dan Angela yang menggantikan posisi Zoe.Angela sengaja mengajak Mark bertemu di luar. Selain ia tid
Diluar dugaan, Anna mengantar Edward sampai ke depan pintu. Hal itu membuat Edward merasa, minimal ia harus mengundang wanita itu bertemu atau makan malam. Jika ia memang belum yakin dengan perasaannya, bukankah seharusnya ia membalas budi?“Bukankah banyak hal yang harus kau kerjakan, Ann?” tanya Edward. “Dan kau bisa tidak menunggu dan mengantarkanku seperti ini, lagipula...”“Jangan terlalu percaya diri, Ed.”Edward tergagap mendengar ucapan itu. Merasa malu tapi juga sekaligus membenarkan ucapan Anna. Ya, ada apa dengannya? Mengapa ia mengeluarkan kalimat sampah itu dari mulutnya?“Aku hanya terlambat karena mengerjakan beberapa hal tadi. Dan kebetulan waktu selesainya bersamaan dengan waktu kau keluar.”“Ya. Kau benar. Maafkan aku.”Pengecut. Anna mengumpat dirinya sendiri setelah ia mengatakan kalimat itu. Sistem pertahanan dirinya memang luar biasa. Entah ia harus bangga atau marah pada dirinya sendiri saat ini. Ia bangga karena mampu membuat wajah Edward memerah malu sekaligus
Sudah dua hari Edward hanya berada di atas tempat tidur. Dan sudah dua hari Anna melayaninya layaknya seorang pasien. Anna melakukannya secara profesional. Tidak ada candaan nakal atau celetukan yang membuatnya marah.Seharusnya hidup terasa damai, bukan? Tapi entah mengapa, sesuatu terasa hilang. Hambar.Ia benar-benar dilayani seperti orang yang asing bagi Anna. Pagi hari, ia akan masuk ke kamar, mengunjungi Edward, tersenyum dengan hanya bibir yang tertarik ke samping tanpa guratan. Kelihatan sekali sebenarnya ia tidak ingin tersenyum tapi ia memaksakan senyum itu keluar.Lalu kemudian ia akan memeriksa kondisi Edward, memeriksa infus lalu memastikan apa saja yang boleh Edward lakukan hari itu, kemudian ia akan berbicara dengan seorang perawat laki-laki di sampingnya lalu setelah itu ia pergi.Perawat itulah yang datang setiap dua puluh menit sekali, secara rutin memeriksa cairan infus Edward, lalu kondisinya secara keseluruhan. Sedangkan Anna, Ed tidak tahu kemana gadis itu pergi.
Dipenuhi ketidakpastian, Anna berhenti di ambang pintu kamar tamu di rumahnya. Terakhir kali melihat Edward di rumah ini, ia hanya berada di koridor antara ruang tamu dan ruang tengah rumahnya. Tapi kali ini, pria itu tergeletak tak berdaya di kamar tamu.Anna sengaja membawa Edward kerumahnya, bukan ke klinik pengobatan miliknya atau rumah sakit. Sudah menjadi kebiasaan bagi Sebastian, Edward ataupun beberapa orang di perusahaan untuk lebih memilih di rawat di rumah Anna daripada harus kerumah sakit atau klinik.Sekarang, berdiri disini merupakan sebuah momen yang canggung. Edward berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup, dengan selang infus yang menempel di tangannya. Terlihat sangat lemah, jauh dari keangkuhan dan sikap arogan yang sering ia tunjukkan.“Dia akan baik-baik saja,” gumam Anna pada dirinya sendiri. Ia memejamkan matanya, meremas ujung gaun hitam yang ia pakai lalu menghela nafas panjang. Ia hanya takut ketika Edward bangun dan membuka mata, maka pria itu akan mar
Begitu Alex memusatkan perhatian kepada teman makan siangnya, senyum di wajah Edward lenyap. Pandangannya terpusat ke tempat pria di samping Alex yang dengan lancang memeluk pinggang gadis itu.Ingin benar ia menyeberang jalan, merebut Alex dari tangan pria itu, memanggilnya ke tempat yang menjamin privasi lalu mengatakan, “Kau sudah menemukan pria baru, Alexandria Porter?”Pada saat Alex dan pria itu menghilang masuk ke Callahan’s, Edward langsung menyebrang dan mengikuti mereka masuk ke dalam Restoran. Pelayan sedang mengantarkan pasangan itu menuju meja mereka ketika Edward duduk di bar.Ia dapat melihat mereka berdua dari tempatnya, karena area bar letaknya lebih tinggi sekitar satu meter daripada restoran. Ia memesan sekaleng kola dan memasukkan beberapa butir kacang ke dalam mulutnya, berusaha untuk bersikap seolah-olah tidak peduli.Edward melepaskan kaca mata hitamnya, memasukkannya ke dalam saku kaosnya, dan mengawasi pasangan yang berada di meja di pojok ruangan itu.Edward