Malam semakin larut. Jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Tapi bagi laki-laki itu, semua malam terasa sama. Ia seakan terus mengulang hari yang sama, rasa sakit yang sama dan kegeraman yang hampir membuatnya gila.Laki-laki itu suka kegelapan. Ia suka saat tenang dan sunyi. Ia suka saat kegelapan bisa menyembunyikan manusia. Luar dan dalam. Dahulu ia adalah jenis manusia seperti itu, tersembunyi, luar dan dalam. Semuanya ia lakukan sendiri.Ia duduk di meja dapur, menatap butiran peluru buatannya yang nampak mengkilat. Ya, semua harus ia lakukan sendiri.Cahaya bulan menembus gorden jendela, menerpa salah satu sisi susunan peluru di atas meja. Jemari panjangnya mengambil salah satu peluru, matanya memicing mengamati salah satu peluru, memutarnya dari sisi ke sisi, terus memutar dan memutarnya. Sudut bibirnya terangkat, ia sedang membayangkan apa yang bisa dihancurkan oleh benda sekecil itu.Seketika suara tawa memenuhi ruangan. Ia sampai terbatuk tersedak oleh cairan sa
Krug 1928. Merk wine satu ini diproduksi oleh Charles Krug Winery. Charles Krug sendiri merupakan nama dari sebuah kilang anggur terkenal di daerah Napa Valley, California. Konon katanya Krug 1928 menjadi salah satu wine multi generasi yang mengkombinasikan tradisi dan inovasi dalam menciptakan wine terbaik, terenak dan juga termahal di dunia.Meski dilansir mahal, peminat wine ini termasuk cukup banyak. Salah satunya adalah Sebastian, yang pada saat ini sedang menikmatinya.Ia sedang duduk di kamarnya sambil memegang gelas anggur dan menikmati alunan musik. Seakan tidak ada beban yang mengganggu hidupnya. Semua berada di dalam genggamannya.Suara ketukan pintu samar-samar terdengar di telinganya. Ia pun langsung menekan remot untuk mengecilkan suara musik."Ya! Masuk!"Perintah yang diturunkan Sebastian seketika membuat dua daun pintu dari kayu itu terbuka di tengahnya, yang kemudian disusul langkah kaki seorang wanita.Sebastian berbalik dari posisi sebelumnya, melihat seorang wanit
PYAR!!Edward dan dua pria tegap yang sedang berada di ruangan yang sama memejamkan mata, mereka sudah tidak kaget lagi, ini adalah pemandangan yang sangat biasa. Sangking biasanya, mereka tidak perlu menoleh pada serpihan gelas yang Sebastian lempar ke arah dinding."Aku, paling tidak menyukai mulut yang tidak bisa tegas mengatakan dengan jelas perasaannya. Apa dia pikir aku mempunyai banyak stok kesabaran?!" Kedua mata Sebastian memicing tajam. Begitu tajam dan menakutkannya sorot mata itu hingga membuat Celvin, dan Zoe tertunduk, menahan kaki mereka yang melemas."Apa yang harus kami lakukan, Tuan?" Edward memberanikan diri membuka suara. Walau bagaimanapun ia harus bicara. Sudah satu jam Sebastian memanggil dirinya dan dua orang lainnya ke ruang bawah tanah. Dan selama satu jam itu mereka hanya memandangi Sebastian yang meluapkan emosinya.Pandangan matanya beralih pada sudut ruangan, entah sudah berapa gelas yang Sebastian lempar. Tumpukan pecahan kaca membuat ia kesulitan mengin
BCB Royal Bank masih ramai dan sibuk seperti biasanya, terutama saat pagi hari seperti ini. Namun meski sibuk, mereka tetap memberi hormat saat Sebastian datang. Bukan menjadi hal yang aneh, walau pria itu mewarisi jabatan dari ayahnya, tetapi kharisma pemimpin dan kecakapannya mampu membius setiap pasang mata yang melihatnya.Sebastian dan Edward melenggang begitu saja masuk ke dalam lift, kemudian pergi ke ruang kerjanya. Pria itu baru saja masuk, dan seorang wanita langsung datang memberi secangkir coffee. Tapi sebelum wanita itu berhasil melewati ambang pintu, seseorang merebut nampan yang ia bawa. "Apa Kakak sudah lama mengenali pelayan ini?"Seorang wanita berdiri di hadapan Sebastian, meletakkan cangkir coffee di atas meja kerjanya. Rambut kecoklatannya terurai bebas, warna bola matanya pun senada dengan rambutnya. Riasan wajah deep matte dan lipstik berwarna nude menambah kesan keanggunan yang menawan."Maksudku, dengan kejadian yang baru saja terjadi, apakah kakak yakin akan
Terlepas dari segala kepahitan dan kesialan dalam hidupnya, Angela tetap adalah seorang wanita normal. Hatinya masih bisa merasakan sakit atau bahkan ketertarikan pada mahakarya ciptaan Tuhan.Saat masuk keruangan Sebastian tadi, tenggorokan Angela tercekat saat matanya melihat ke bahu Sebastian yang lebar, tubuh yang terbentuk sempurna dan cambang yang terlihat samar-samar di pipinya. Itu semua membuat Angela kesulitan menelan ludah Ya, Angela masih seorang wanita biasa. Dan juga sudah seharian ia tidak melihat wajah tampan suaminya. Apakah mungkin ia rindu? Perasaan rindukah yang membawa kakinya sampai di kantor Sebastian pagi ini?Satu lagi yang harus diakui oleh Angela. Darahnya ternyata masih mengalir dengan deras, detak jantungnya masih bisa berdegup kencang bukan karena rasa takut. Dan ini adalah sesuatu yang bodoh. Yang paling bodoh adalah saat aku tidak mampu berpaling dari matanya, pikir Angela. Bahkan ketika Sebastian secara terang-terangan menunjuk
Dengan semangat itu, tidak sulit bagi Angela untuk menemukan alamat Philip. Mobil Angela sampai pada rumah putih bangunan model lama dengan taman yang cukup luas di depannya.Angela melemaskan pundaknya, “Siap?”“Apa aku punya pilihan lain?” Pandangan wajah Frisca tampak tidak terlalu peduli. Tanpa menunggu perintah, ia keluar terlebih dulu dari dalam mobil.Angela dan Frisca berdiri, jari telunjuk Frisca menekan bel pintu. Seorang laki-laki tinggi, berperawakan kurus dan kulit coklat membuka pintu. Sepertinya ia tidak suka dengan kedatangan tamunya. Mulutnya tidak berkata apapun, sebaliknya, pandangan matanya sudah sangat mewakili bertanya tentang alasan kelahiran dua orang wanita asing di depan pintunya pada pagi hari jam sepuluh pagi.“Philip Reahan?” Tanya Angela dengan ekspresi wajah seriusnya.Philip memicingkan mata, berusaha mencerna wajah dua orang wanita di depannya. Berusaha mengingat apakah ia pernah mengenal mereka tapi sekuat apapun ia berusaha mengingat, ia belum pernah
Tim olah TKP telah berada di lokasi. Beberapa orang mengerumuni rumah Philip Reagen. Di dalam rumah, tampak banyak petugas polisi dan olah forensik. Rumput-rumput yang tumbuh pendek nampak coklat dan tandus. Gerimis mulai turun. Sudah masuk musim dingin. Edward menarik penutup yang ada di tempat parkir mobil, yang berjarak tidak jauh dari rumah Philip. Tim olah TKP pasti sudah menemukan sesuatu sekarang.Sambil melawan hawa dingin, Sebastian turun dari mobil SUV Rolls-Royce Cullinan yang tinggi dan mengambil jalan melewati kubangan es dengan sepatu yang sudah dipilihnya cocok dengan kondisi itu. Tubuh besar Edward berjalan di sampingnya. Sudah empat jam sejak ia menerima telepon Angela dan juga kepala penyelidik. Ia sengaja mengulur waktu, sejak awal situasi ini berada dalam jangkauannya.Ia tahu kemana Angela pergi, seorang bawahannya mengikuti Angela kemanapu
Mereka belum menanyakan detail tentang alasan kedatanganku, pikir Angela cemas, sambil memperhatikan kendaraan Sebastian dan Edward yang mulai pergi. Setengah lusin personel olah TKP telah tiba, dipimpin oleh seorang petugas berkumis tipis, bertubuh tinggi, kulit coklatnya terlihat makin terang saat terkena sinar matahari. Walau tidak setinggi Sebastian, namun Angela memperkirakan tingginya mencapai 180 cm. Laki-laki itu, sepertinya aku mengenalnya... Angela tertawa pelan. Ia bahkan tidak mengerti mengapa saat ini ia justru memikirkan perkiraan tinggi badan seorang pria asing. Sejujurnya, ia memerlukan pengalih perhatian dari kejadian yang baru saja ia alami. Semua orang telah meninggalkannya sendirian kecuali petugas medis. Tidak ada seorangpun yang memaksanya memberikan keterangan lebih dari apa yang dikatakannya tadi. Termasuk Sebastian. Wanita itu memejamkan mata, berusaha memulihkan sendiri rasa kecewa yang menyesakkan dada. Wajarkah ia merasakan kecewa? Ditinggalkan sendiri s
Angela membantu Sebastian mencuci peralatan makan dengan mesin cuci piring, lalu membersihkan dapur setelah mereka selesai makan. Angela tidak tahu apa yang tengah terjadi, Sebastian tiba-tiba mengajaknya berlibur ke villa dekat pantai dan menugaskan tidak ada satu pelayan pun yang ikut bersama mereka. Ini aneh, pikir Angela. Mereka terbiasa liburan ke villa tapi Sebastian tidak pernah meliburkan pelayan di villa. Apalagi, saat aku sedang hamil, pikir Angela. Tetapi ia menduga, mungkin Sebastian hanya ingin menghabiskan waktu berdua, benar-benar berdua dengan dirinya. Sudah seminggu berlalu sejak pertemuannya dengan Mark dan pria itu jelas pembual yang ulung. Kurang dari dua puluh empat jam katanya? Huh, sudah berlalu tujuh hari dan Mark belum melaporkan apapun padanya. Pria itu bahkan terkesan menghindari dirinya. Telepon iseng itu memang sudah berhenti. Tapi Angela tidak menemukan ada satu pun pelayan yang menghilang atau diberhentikan. Semua berjalan seperti biasa. Seperti tidak
Diluar dugaan, Anna justru tertawa. Suara tawa keras yang membuat Edward bingung haruskah ia ikut tertawa atau hanya menunggu tawa Anna selesai.“Apa kau berharap aku mempercayaimu begitu saja?” tanya Anna sambil menepuk pundak Edward. “Kau tidak bisa membodohiku, Ed. Aku sudah melakukan segala upaya untuk mendapatkan dirimu tapi kau jelas-jelas menolakku. Lalu tiba-tiba, setelah tiga hari aku merawatmu saat kau sakit, kau datang padaku dan bilang bahwa kau mencintaiku?”Edward tidak mengatakan apapun. Untuk sesaat mereka hanya saling memandang berlama-lama, pandangan yang makin lama membuat nafas mereka sesak dan tak pelak lagi, pandangan itu membuat mereka bergairah.Edward mengambil langkah maju. Ia mencium lagi. Lebih lembut. Semesra mungkin. Anna tidak menolak, tidak melawan, tidak berusaha lari. Edward menggoda mulut Anna dengan kecupan-kecupan lembut, gigitan mesra, dan gelitikan kecil di lidahnya.Ketika Anna mendesah senang, Edward memanfaatkannya untuk memasukkan lidahnya ke
“Kau jelas menyukainya, Mr. Harrison. Kau menyukainya lebih dari yang kau duga.”Edward terdiam. Cornelia benar. Bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya selama ini? Bagaimana mungkin orang lain bahkan lebih mengetahuinya dibandingkan dirinya sendiri?“Lalu, bagaimana perasaanmu melihat pemandangan itu?”Edward menatap wajah Cornellia bingung lalu mengikuti arah matanya. Kini ia melihat Alex, wanita yang menjadi alasan kehadirannya ke tempat ini, wanita itu membuat seolah matanya terhipnotis. Teman lelakinya, memojokkan Alex ke tikar, rok wanita itu tersingkap sehingga menampakkan pahanya yang langsing. Lalu tangan si lelaki menyelinap ke balik rok, mendekap bokong Alex.Mulut Cornelia menganga. “Aku tidak menyangka Alex seberani itu.”Edward kehilangan kata-kata. Bagaimana mungkin Alex yang polos dan ceria, yang bahkan Edward tidak menyangka usianya sudah dua puluhan, melakukan hal itu di tengah keramaian acara yang bertema keluarga seperti ini?“Aku tanya, bagaimana perasaanmu, Ed?”
Edward Harrison mengedarkan pandangannya ke lapangan tempat para pengunjung membentangkan selimut di tanah di depan panggung, dan asyik menikmati daging panggang sambil mendengarkan musik yang dibawakan band berirama country dan penyanyi lokal.Ia bertanya-tanya, dimana Alexandria di tengah lautan manusia ini. Ia tadi mengunjungi toko roti Alex dan menurut karyawannya, Alex menghadiri perayaan tanggal empat juli yang selalu diadakan setiap tahun di taman ini, jadilah Edward tahu gadis itu ada disini.Terlintas dalam benaknya untuk mengajak Alex datang bersamanya, tapi, itu sungguh perbuatan yang lancang. Ya, setelah apa yang dilakukannya pada gadis itu. Edward cukup tahu diri untuk tidak terlalu bertingkah meski tahu bahwa ia menguasai hati dan pikiran Alex.Banyak lelaki hari ini merasa iri padanya karena seorang wanita seksi, berambut panjang dan pirang dengan kedua tonjolan yang memukau di dadanya, duduk di sebelahnya. Ya, ia sengaja mengajak Cornellia Marshall, Asistennya di kanto
Callahan’s ramai oleh suara tamu mengobrol selama jam makan siang di rumah makan itu, sejak jam sebelas sampai jam dua selama hari kerja. Terletak di pusat kota, bangunan yang sudah di restorasi itu, yang dulu pernah dipakai sebagai toko obat pada awal tahun tiga puluhan hingga pertengahan tahun delapan puluhan.Mereka menempati lokasi yang sangat strategis untuk melayani kegiatan bisnis sehari-hari, termasuk karyawan pengadilan, perbankan serta para karyawan yang kantornya tersebar di segala penjuru kota. Pesaing mereka hanya rumah kana cepat saji yang melayani pengendara mobil, dan restoran kecil yang melayani roti isi.Jika seseorang ingin mengadakan rapat atau pertemuan sambil makan siang, Callahan’s-lah tempat yang paling nyaman.Ketika Angela tiba, pelayan mengantarkannya ke meja di belakang yang agak terpencil, di tempat Mark sudah menunggu. Mark, kepala keamanan rumah Sebastian dan Angela yang menggantikan posisi Zoe.Angela sengaja mengajak Mark bertemu di luar. Selain ia tid
Diluar dugaan, Anna mengantar Edward sampai ke depan pintu. Hal itu membuat Edward merasa, minimal ia harus mengundang wanita itu bertemu atau makan malam. Jika ia memang belum yakin dengan perasaannya, bukankah seharusnya ia membalas budi?“Bukankah banyak hal yang harus kau kerjakan, Ann?” tanya Edward. “Dan kau bisa tidak menunggu dan mengantarkanku seperti ini, lagipula...”“Jangan terlalu percaya diri, Ed.”Edward tergagap mendengar ucapan itu. Merasa malu tapi juga sekaligus membenarkan ucapan Anna. Ya, ada apa dengannya? Mengapa ia mengeluarkan kalimat sampah itu dari mulutnya?“Aku hanya terlambat karena mengerjakan beberapa hal tadi. Dan kebetulan waktu selesainya bersamaan dengan waktu kau keluar.”“Ya. Kau benar. Maafkan aku.”Pengecut. Anna mengumpat dirinya sendiri setelah ia mengatakan kalimat itu. Sistem pertahanan dirinya memang luar biasa. Entah ia harus bangga atau marah pada dirinya sendiri saat ini. Ia bangga karena mampu membuat wajah Edward memerah malu sekaligus
Sudah dua hari Edward hanya berada di atas tempat tidur. Dan sudah dua hari Anna melayaninya layaknya seorang pasien. Anna melakukannya secara profesional. Tidak ada candaan nakal atau celetukan yang membuatnya marah.Seharusnya hidup terasa damai, bukan? Tapi entah mengapa, sesuatu terasa hilang. Hambar.Ia benar-benar dilayani seperti orang yang asing bagi Anna. Pagi hari, ia akan masuk ke kamar, mengunjungi Edward, tersenyum dengan hanya bibir yang tertarik ke samping tanpa guratan. Kelihatan sekali sebenarnya ia tidak ingin tersenyum tapi ia memaksakan senyum itu keluar.Lalu kemudian ia akan memeriksa kondisi Edward, memeriksa infus lalu memastikan apa saja yang boleh Edward lakukan hari itu, kemudian ia akan berbicara dengan seorang perawat laki-laki di sampingnya lalu setelah itu ia pergi.Perawat itulah yang datang setiap dua puluh menit sekali, secara rutin memeriksa cairan infus Edward, lalu kondisinya secara keseluruhan. Sedangkan Anna, Ed tidak tahu kemana gadis itu pergi.
Dipenuhi ketidakpastian, Anna berhenti di ambang pintu kamar tamu di rumahnya. Terakhir kali melihat Edward di rumah ini, ia hanya berada di koridor antara ruang tamu dan ruang tengah rumahnya. Tapi kali ini, pria itu tergeletak tak berdaya di kamar tamu.Anna sengaja membawa Edward kerumahnya, bukan ke klinik pengobatan miliknya atau rumah sakit. Sudah menjadi kebiasaan bagi Sebastian, Edward ataupun beberapa orang di perusahaan untuk lebih memilih di rawat di rumah Anna daripada harus kerumah sakit atau klinik.Sekarang, berdiri disini merupakan sebuah momen yang canggung. Edward berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup, dengan selang infus yang menempel di tangannya. Terlihat sangat lemah, jauh dari keangkuhan dan sikap arogan yang sering ia tunjukkan.“Dia akan baik-baik saja,” gumam Anna pada dirinya sendiri. Ia memejamkan matanya, meremas ujung gaun hitam yang ia pakai lalu menghela nafas panjang. Ia hanya takut ketika Edward bangun dan membuka mata, maka pria itu akan mar
Begitu Alex memusatkan perhatian kepada teman makan siangnya, senyum di wajah Edward lenyap. Pandangannya terpusat ke tempat pria di samping Alex yang dengan lancang memeluk pinggang gadis itu.Ingin benar ia menyeberang jalan, merebut Alex dari tangan pria itu, memanggilnya ke tempat yang menjamin privasi lalu mengatakan, “Kau sudah menemukan pria baru, Alexandria Porter?”Pada saat Alex dan pria itu menghilang masuk ke Callahan’s, Edward langsung menyebrang dan mengikuti mereka masuk ke dalam Restoran. Pelayan sedang mengantarkan pasangan itu menuju meja mereka ketika Edward duduk di bar.Ia dapat melihat mereka berdua dari tempatnya, karena area bar letaknya lebih tinggi sekitar satu meter daripada restoran. Ia memesan sekaleng kola dan memasukkan beberapa butir kacang ke dalam mulutnya, berusaha untuk bersikap seolah-olah tidak peduli.Edward melepaskan kaca mata hitamnya, memasukkannya ke dalam saku kaosnya, dan mengawasi pasangan yang berada di meja di pojok ruangan itu.Edward