"Kau yakin wanita itu akan datang kemari?"
Seorang wanita paruh baya sedang makan dengan lahapnya, dia terlihat begitu sibuk dengan notepad yang ada atas meja makan itu.Kania. Dia adalah ibu dari Andri dan juga Raka, mertua Mona. Wanita paruh baya itu memang jarang sekali terlihat di rumah, dia selalu sibuk dengan pekerjaan kantor yang begitu menumpuk. Seperti hari ini, rencananya untuk libur harus gagal karena rapat dadakan di kantor. Padahal menantunya sendiri akan datang dengan maksud yang baik, Mona ingin bertemu dengan ibu dari lelaki yang dia cintai."Iya, Mona akan datang kemari. Tidak bisakah Ibu libur hari ini saja? Kak Mona begitu kesepian di rumah, jadi dia aku ajak main kemari saja."Andri memang bermaksud baik, dia ingin membuat kakak iparnya itu bahagia. Di hari-harinya yang penuh dengan perasaan sepi, setidaknya wanita itu akan merasa terhibur di sini. Bertemu dengan mertua, dan juga adik iparnya. Namun sayang, Kania adalah tipikal orang yang sibuk. Dia sangat menyukai dunia bisnis, sama seperti anak sulungnya Raka."Ibu tidak bisa sayang, hari ini ada rapat yang sangat penting di perusahaan. Jika dia kemari, kau saja yang temani ya."Wanita paruh baya itu seolah tidak merasa khawatir. Padahal mereka sudah sangat dewasa, bahkan tidak pantas untuk tinggal bersama di rumah. Hal yang tidak di inginkan bisa saja terjadi pada keduanya, dan membuat rumah tangga anak sulungnya hancur. Tapi Kania seolah tidak perduli tentang hal itu, sekali dia fokus dengan satu hal, maka akan terus seperti itu."Iya sudah, sepertinya rapat itu memang lebih penting dari pada menantu Ibu," ucap Andri dengan lancarnya.Kania menatap anak bungsunya itu, Andri memang sangat spontan jika berbicara. Apalagi tentang pernikahan kakaknya itu. Dia seolah ingin ikut campur dengan semua permasalahan mereka, padahal tidak seharusnya hal itu terjadi. Kania sendiri tidak terlalu paham, kenapa Andri bisa seperhatian itu? Terlebih pada kakak iparnya."Kau tidak suka Ibu mengurus perusahaan? Kalau begitu kau saja yang menggantikan Ibu, bagaimana?" Tanya wanita paruh baya itu dengan nada sinis nya.Andri tidak suka dengan pembahasan seperti ini, sejak awal lelaki itu tidak pernah ingin terjun ke dunia bisnis. Dan ketika sang ibu memintanya untuk kedua kali, Andri semakin malas saja untuk membahas."Please Bu, aku tidak ingin membahas tentang hal ini. Aku tidak pernah sudi terjun ke dunia seperti itu, menghabiskan waktu!" Jawab Andri sinis."Iya sudah, kalau begitu Ibu berangkat sekarang. Kau jangan kemana-mana, jaga rumah!" Tegas Kania pada anak bungsunya.Wanita paruh baya itu pergi meninggalkan anak bungsunya, sedangkan Andri hanya bisa menatap dengan perasaan kesal. Sang ibu memang cuek sekali, pada anaknya dan juga menantu. Mungkin karena hal ini, dia tidak pernah memiliki suami lagi.Karena sudah berjanji akan menjemput Mona di rumahnya, Andri pun bersiap-siap. Namun ternyata wanita itu sudah ada di depan teras dengan tas kecil di tangannya. Dia terlihat sangat cantik, dengan dress merah atas lutut."Loh kak Mona?" Ucap Andri dengan mata yang membulat.Wanita itu tersenyum manis, "Aku datang sendiri ya Ndri, maaf tidak mengabari.""Kakak kemari dengan siapa?" Tanya lelaki itu."Aku naik taksi tadi, habis kau lama sekali menjemputku!" Jawab Mona.Andri menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "Maaf ya Kak, tadi aku ada urusan dulu dengan Ibu.""Oh iya Ibu dimana? Lama sekali aku tidak bertemu dengannya."Mona masuk begitu saja ke dalam rumah, bahkan tanpa harus menunggu Andri mempersilahkannya. Matanya mencari dimana keberadaan sang mertua, yang sudah pergi ke kantor sejak tadi itu."Bu..." Panggil Mona penuh semangat.Andri berjalan mendahuluinya, dia duduk di sofa dengan santai sembari tersenyum manis kepada kakak iparnya itu."Ibu pergi ke kantor, katanya ada rapat dadakan."Wanita itu membulatkan matanya, dia pun ikut duduk di sofa dengan wajah penuh kekecewaan. Padahal dengan sengaja Mona datang kemari untuk bertemu dengan mertuanya. Tapi wanita paruh baya itu malah mementingkan rapat dari pada sang menantu."Aku kira dia di rumah, lalu kita hanya berdua disini?"Sebuah pertanyaan yang langsung membuat Andri berpikir mesum, karena di dalam rumah ini mereka hanya berdua. Apa yang akan keduanya lakukan?"Iya berdua, memangnya dengan siapa lagi?" Tanya balik Andri pada wanita itu.Mona juga mungkin baru menyadari, jika mereka hanya berdua. Hal yang sebenarnya dia tidak sukai, karena pikiran wanita ini selalu berlarian Kemanapun. Jika saja ada sang mertua, mungkin Mona tidak akan tiba-tiba canggung seperti ini."Kalau begitu, kita pergi keluar saja bagaimana?" Ajak Mona pada adik iparnya itu.Ctarr!Suara petir menyambar begitu kuat, tidak bisa di duga jika tiba-tiba hujan di pagi ini. Andri menatap ke luar jendela, begitu juga Mona. Kini keduanya saling menatap, apa yang akan mereka lakukan di tengah hujan?"Bisa-bisanya hujan di pagi hari seperti ini. Padahal tadi cuaca terlihat cerah sekali, apa ini pertanda kit tidak boleh pergi ya?" Tanya Mona dengan wajah polosnya.Andri refleks mengangguk, "Iya tentu saja. Mungkin sesuatu yang buruk bisa saja terjadi di luar sana, oleh karena itu lebih baik kita diam saja di rumah.""Apa yang akan kita lakukan Andri?" Tanya Mona pada lelaki itu."Mungkin sesuatu yang menyenangkan. Oh iya aku ingin mengajak Kakak ke ruangan atas, di sana ada bekas kamar kak Raka."Seketika wanita itu langsung tertarik, dia memang sedang merindukan suaminya itu. Jadi dengan melihat semua kenangan tentangnya, mungkin bisa sedikit mengobati hatinya yang kelam.Tanpa berpikiran macam-macam, Mona mengikuti Andri yang berjalan di depannya. Mereka menuju lantai dua dengan penuh hati-hati, melewati lorong-lorong untuk sampai ke tempat tujuan.Sebuah pintu coklat, dengan gagang yang mulai rusak, menjadi tempat keduanya terdiam. Andri membuka kamar itu untuk mempersilahkan Mona masuk, dan wanita itu pun dengan santai berjalan ke dalam sana.Matanya menatap sekitar, tentang foto dan barang-barang klasik yang tertata begitu rapi. Dengan cepat Mona menyentuhnya, melihat secara detail benda milik suaminya itu. Seketika air matanya menetes, melihat sebuah bingkai foto pernikahan mereka berdua. Benda itu masih ada di sana, dan tetap menjadi pajangan paling indah.Ingin sekali Mona menjerit, merasakan hatinya yang sakit. Kenapa semua ini bisa terjadi? Ketika pernikahan indah yang sebelumnya dia impikan, berubah menjadi begitu dingin. Entah apa yang sudah terjadi pada suaminya itu, hingga membuat Andri tega meninggalkan dia di rumah seorang diri.Mona sempat berfikir, jika sang suami memiliki wanita atau istri idaman lain. Tapi Raka tidak mungkin juga melakukan itu padanya, dia memang fokus pada pekerjaan, bukan hal lain."Kakak kenapa menangis?" Tanya Andri dengan wajah penuh penyesalan. Dia merasa sudah salah membawa kakak iparnya kemari, karena hal itu Mona menangis tanpa sebab. Wanita itu bahkan memeluk erat sebuah bingkai foto, hingga membuat Andri ingin merebutnya."Lebih baik, Kakak berikan saja bingkai foto itu padaku!" Ucap Andri dengan nada sedikit membentak.Mona menatap sang adik ipar dengan perasaan heran, "Kenapa? Aku hanya ingin memeluk foto pernikahan kami."Prank!Andri merebut lalu melempar bingkai foto itu hingga pecah, pecahan beling nya sampai berceceran ke lantai. Mona menatap sedih , dia menyayangkan sikap yang dilakukan oleh Andri padanya."Lupakan saja lelaki brengsek itu! Kau hanya akan sedih jika terus mencintainya!"“Lupakan saja lelaki brengsek itu! Kau hanya akan sedih jika terus mencintainya!”Sebuah kata-kata yang membuat Mona membulatkan matanya. Dia menatap sang adik kakak yang terlihat penuh dengan amarah. Apa yang terjadi dengan lelaki itu? Kenapa Andri tiba-tiba berbicara seperti itu padanya?Dia meminta Mona untuk melupakan Raka, sang suami. Padahal selama ini, Andri sendiri yang berusaha untuk berpikir positif pada kakaknya itu. Raka sibuk bekerja di sana, sehingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk keluarganya sendiri. Hal yang begitu dipercaya oleh Andri.Namun sekarang kenapa cara berpikirnya tiba-tiba berubah? “Kenapa kau berbicara seperti itu Andri? Dia itu Kakakmu, kau tidak boleh berbicara hal yang buruk tentangnya. Bukankah kau sendiri tahu jika Raka sangat sibuk dengan pekerjaannya? Jadi aku akan sangat mengerti.”Mona berusaha untuk selalu berpikiran positif, walaupun pada kenyataan hatinya merasa risau. Dia hanya ingin pernikahannya dengan lelaki yang begitu dia cintai
Tubuh Mona terasa begitu gelisah. Ciuman yang dilakukan oleh adik iparnya itu berhasil membuat birahinya naik. Dia tidak tahan lagi, terlebih karena Mona sudah lama tidak mendapatkan sentuhan dari sang suami. Lelaki itu berhasil mengisi kesepian di dalam hatinya, hingga membangkitkan gairah yang selalu wanita itu tahan setiap saat.Ciuman yang semakin membara itu terhenti oleh dorongan yang dilakukan Mona. Membuat Andri menatap kakak iparnya dengan penuh kebingungan. Kenapa wanita itu menghentikan ciuman mereka? Apakah Mona merasa menyesal?"Ada apa?" Tanya Andri pada kakak iparnya itu."Ini terlalu berlebihan. Lebih baik kita hentikan saja Andri," ucap wanita itu.Mona berusaha untuk lepas dari dekapan lelaki itu, namun Andri menahannya. Dia sudah terpancing nafsunya oleh Mona, tapi wanita itu malah meminta untuk berhenti. Rasanya tanggung sekali, apalagi milik Andri sudah menegang seperti ini."Aku tidak ingin menghentikan permainan ini. Kau yang sudah memulai semuanya Kak, jadi jan
"Eh Mona, kau masih di rumah ternyata. Aku pikir kau sudah pulang," ucap wanita paruh baya itu.Kania baru saja pulang dari kantor, dia langsung duduk di samping Mona yang saat itu tengah menonton televisi. Andri memang belum sempat mengantarkan wanita itu pulang, karena tubuhnya yang terasa lemas. Mereka sudah melakukan perbuatan menyenangkan itu beberapa kali. Padahal sebelumnya Mona sempat menolak, bahkan munafik. Wanita itu penuh dengan gairah, dia terus meminta Andri untuk melayaninya. Sekarang lelaki itu kewalahan, kedua kakinya gemetar dan lemas, belum lagi wajahnya yang lesu tak bertenaga."Belum Bu. Tadi diluar hujan, jadi sembari menunggu Ibu pulang aku main dulu saja."Wanita itu tersenyum manis, dia meneguk teh yang ada di atas meja. Mona bahkan sempat menawarkan minuman itu pada sang mertua, namun Kania menolaknya."Bagaimana Raka, apa dia sering menelpon? Ibu dengar, pekerjaannya sudah tidak terlalu sibuk. Mungkin dia bisa pulang lebih sering," ucap wanita paruh baya it
"Kau? Kenapa kalian bisa bersama malam-malam begini?"Suara Raka terdengar sangat marah, dia merasa sangat curiga ketika adik dan juga istrinya berada di tempat yang sama. Apalagi sekarang waktu sudah memasuki malam hari, orang-orang seharusnya tidur bukan malah berduaan seperti itu. Andri sepertinya sudah salah langkah, dia terlalu kesal karena mendengar suara kakaknya berbicara dengan nada tinggi. Lelaki itu memarahi wanita yang sangat dia cintai saat ini."Apa yang harus aku katakan?" Bisik Andri sembari menjauhkan ponselnya.Mona menggelengkan kepalanya, "Mana aku tahu. Oh iya, bilang saja jika kau baru mengantarku pulang.""Oh, ok ok!" Sahut Andri cepat.Lelaki itu kembali mendekatkan ponselnya ke arah telinga, lalu menjawab pertanyaan sang kakak yang sejak tadi terus saja mengoceh tanpa henti. Hati lelaki itu merasa penuh curiga, dengan kedekatan Andri dan juga Mona."Andri?! Apa kau tidak mendengarkan Kakakmu bicara!" Bentak Raka dari dalam telpon."Sinyalnya sedang jelek Kak
"Arghh... Andri jangan lakukan itu!""Ahh..."Suara desahan terus saja keluar tanpa henti, walaupun Mona berusaha untuk menahannya. Lelaki tampan bertubuh kekar itu, begitu lihai memainkan klitoris yang basah dan berlendir. Bagi sebagian orang memang sangat menjijikan. Namun untuk Andri, ini adalah rasa ternikmat yang mampu membangkitkan gairahnya.Wanita itu sudah mengalami klimaks berkali-kali, namun Andri tetap merasa tidak cukup. Dia kembali menghujani kakak iparnya dengan jilatan dan lumayan yang cepat, mematikan. Bahkan tak sungkan, dua buah jari masuk ke dalam sana untuk mengocoknya."Andri cukup! Arghhh..."Tubuh Mona bergetar karena tidak kuat lagi menahan nikmat. Andri pun melepaskannya, kemudian membuka celana yang sejak tadi terasa begitu sesak. Benda panjang dan cukup besar itu sudah mulai mengeras, bahkan tak sabar untuk segera keluar. Haus akan kehangatan yang baru saja dia rasakan beberapa saat yang lalu.Lengan berurat itu meminta Mona untuk memegang miliknya terlebih
"Ahhh.. mghhh... yes baby! Faster!""Fuck! Ahh... Ahh.. ahh..."Suara desahan yang memilukan keluar dari speaker ponsel. Seolah menunjukan betapa nikmat dan kasarnya permainan yang tengah mereka lakukan. Seorang wanita tanpa busana terlihat serius menatapnya, mata indah itu seolah tak berkedip dengan pemandangan yang dia lihat. Pikiran dia bahkan tengah kemana-mana, membayangkan dirinya berada di posisi tersebut. Untung saja di rumah tidak ada siapapun lagi kecuali dirinya, karena jika tidak akan sangat memalukan.Mona. Sejak kapan dia jadi budak seks seperti ini? Ketika dirinya begitu haus akan sentuhan laki-laki. Padahal wanita ini sudah berusaha sangat keras, untuk menahan gairah yang senantiasa muncul. Namun kedatangan Andri di dalam hidupnya, membuat Mona tidak bisa menahan diri. Lelaki itu mampu membuat gejolak yang selama ini dia tahan muncul dengan brutal."Aishh.. aku benar-benar masih ingin melakukannya. Andri, kenapa dia masih belum datang juga? Bukankah kemarin lelaki itu
Lelaki tampan itu membimbing Mona untuk melakukan apa yang dia inginkan. Sebuah gaya bercinta yang baru wanita itu ketahui setelah sekian lama menikah.Andri, lelaki itu membuka lebar paha sang ipar untuk menjilati benda basah beraroma khas itu. Sementara Mona, terpaku sesak dengan kejantanan Andri yang terus menusuk ke dalam mulutnya. Posisi yang bisa dikatakan sangat nikmat, namun cukup menyiksa karena tidak nyaman.Wanita itu tidak bisa mengeluarkan desahan, karena mulutnya penuh dengan batang keras nan panjang itu. Apalagi ketika Andri menyundulkan miliknya lebih dalam dari pada ini, hingga membuat Mona terbatuk-batuk karena menyentuh ujung tenggorokannya.Lelaki itu berkata tidak berpengalaman, namun mampu membuat Mona terlihat sangat bodoh. Dia dipermalukan karena tidak mengetahui gaya seperti ini, bahkan dengan permainan kecil yang seharusnya wanita bersuami itu ketahui.Andri memang terlalu banyak tahu, walaupun dia belum pernah mempraktekkan nya. Dia belajar banyak dari buku
"Loh, kenapa motor Andri ada di sini? Padahal ini sudah sangat larut, tapi bagaimana mungkin dia ada di rumah kakak iparnya?"Wanita paruh baya itu terlihat heran, apalagi ketika melihat motor anak bungsunya terparkir sempurna di depan sana. Padahal hari sudah sangat larut, namun kenapa dia bisa berada di rumah seorang wanita? Orang itu bahkan istri dari Kakaknya sendiri.Sedikit perasaan curiga melintas di pikiran wanita itu, apakah Mona dan Andri memiliki hubungan spesial? "Cih, tidak mungkin. Kenapa aku harus berburuk sangka seperti itu?! Andri tidak akan mungkin berbuat macam-macam pada Kakak nya sendiri."Kania pun menepis hal buruk yang terus saja muncul di pikirannya. Anak bungsu itu tidak mungkin berbuat sesuatu yang buruk, apalagi pada kakak iparnya sendiri. Andri begitu sopan, dan Kania tahu itu. Dia masuk dengan santainya, sembari mencari keberadaan sang menantu. Sebenarnya ada keperluan mendadak yang harus dia lakukan malam ini, tidak bisa ditunda sampai besok. Raka memi
"Lebam? Kau yakin jika itu ulah Kakakmu?"Kania menatap serius pada putra bungsunya itu, dia memastikan jika ini bukanlah bualan yang dibuat oleh Andri. Kania hanya khawatir, jika menantunya itu membuat sebuah fitnah, agar Raka semakin terpojokkan. Memanfaatkan kepolosan Andri sebagai jalan. Benar-benar wanita licik yang hanya mementingkan harta dan kedudukan."Bu, bisa saja lelaki itu marah dan melampiaskan semuanya amarahnya pada kak Mona. Bukanlah Ibu lihat? Bagaimana Kakak begitu kesalnya mendengar kedudukan yang selama ini dia miliki, Ibu berikan padaku. Lelaki itu memiliki temperamen yang buruk," ucap Andri pada sang Ibu."Iya aku memang melihat tempramen lelaki itu berbeda dari sebelumnya, iya mungkin karena keadaan yang dia rasakan saat ini. Namun apapun itu, kau tidak berhak ikut campur dalam urusan rumah tangga Kakakmu. Biarkan saja meraka mengurus masalah mereka masing-masing Andri," ucap Kania pada putranya itu.Andri bingung harus berkata apa lagi, dia seolah dibatasi ten
"Sialan!"Andri mengumpat kesal, dengan wajah paniknya. Bukan hanya lelaki itu saja, tetapi Mona juga. Kedua orang yang sudah ketahuan basah tengah bercinta di ruangan terbuka itu, tidak bisa berkata-kata lagi. Mereka saling menatap, sembari memperbaiki penampilan yang acak-acakan. Mona benar-benar bingung, bagaimana jika kejadian ini sampai kepada suami dan mertuanya?!"Apa yang kau lihat? Pergi sana!"Lelaki itu membentak wanita paruh baya yang sejak tadi masih berdiri kaku memandang dirinya. Itu adalah bi Mina, pembantu yang sudah bekerja bersama keluarganya 20 tahun. Dia sangat syok, melihat pemandangan yang tidak menyenangkan seperti ini. Namun apapun itu, dia tidak bisa menegur bahkan menasehati majikan kesayangannya itu."Maafkan Bibi, permisi..."Bi Mina pergi meninggalkan kedua pasangan yang masih terengah-engah itu, berusaha tidak ikut campur tentang apa yang terjadi. Sementara Mona sibuk mencari cara, agar hal buruk tidak menimpanya."Andri bagaimana ini? Dia pasti mengadu
"Office boy??"Mona membulatkan matanya, mendengar cerita dari suaminya itu. Mertua yang begitu dia hormati, mulai bertindak diluar nalar terhadap Raka, setelah kejadian yang menimpanya beberapa waktu yang lalu. Satu kesalahan lelaki itu lakukan, namun Kania membalasnya dengan banyak hal yang cukup mengejutkan. Dari mulai mencabut jabatan, hingga kehidupan mewah yang selama ini Raka rasakan. Mona pun ikut terjerat dalam situasi ini, karena dia adalah istrinya. Walaupun sang ibu mertua tidak menyalahkan dia atas apapun, tetap saja Mona merasa ikut terpojokkan sekarang ini.Sekarang, sebuah pekerjaan baru Raka lakoni. Posisi yang tidak pernah dia bayangkan seumur hidupnya. Bagaimana nanti orang-orang akan menilai dirinya? Jika seorang bos besar seperti dirinya, kini tak memiliki kekuasaan apapun. "Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa wanita tua itu memberiku pekerjaan yang sangat rendah seperti itu. Apa anak sialan itu yang meminta Ibu melakukannya?!" Gerutu Raka pada sang istri.Mona
"Jadi kau memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan pusat?"Kania menatap serius wajah putra bungsunya itu, dia merasa kaget karena keputusan Andri yang mendadak seperti ini. Setelah menaklukkan perusahaan yang dia rebut dari kakaknya, dia menginginkan perusahaan pusat yang ibu nya kuasai. Karena dengan begitu, Andri bisa leluasa mengawasi Mona dari kakaknya yang brengsek itu. Dia juga sedang menyiapkan rencana yang akan merusak rumah tangga Mona dan sang suami. Setelah itu dia akan memiliki wanita yang sangat dia cintai itu."Memangnya aku tidak boleh ikut bergabung dengan perusahaan kesayangan ibu itu? Bukankah aku juga anak kesayangan Ibu?" tanya Andri dengan senyuman kecil diwajahnya.Kania tertawa mendengar ucapan lelaki itu. Sejak kapan dia bersikap manis seperti ini? Karena sejak awal Andri tidak pernah tertarik sedikitpun dengan yang namanya dunia bisnis. Dia bahkan selalu marah jika disangkut pautkan dengan hal seperti itu. Namun sekarang? Lelaki itu sangat terobsesi, seol
"Apa yang terjadi dengan wajahmu? Siapa yang melakukan semua ini Mona?!"Andri dibuat syok dengan keadaan wajah Mona yang penuh dengan memar. Setelah cukup jauh diperjalanan dan menahan perasaan rindu, lelaki ini malah dibuat syok setengah mati. Wanita yang dia cintai penuh dengan luka lebam, bahkan raut wajahnya penuh dengan rasa takut. "Raka, dia menyiksaku setiap hari Andri."Mata lelaki itu semakin membulat sempurna, ketika tahu sang kakak lah yang melakukan semua ini pada kekasihnya Mona. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan, dan benar-benar tidak bisa termaafkan. Emosi lelaki itu jelas memuncak, mengetahui wanita yang sangat dia cintai di perlakukan seperti ini. "Lelaki sialan! Berani sekali dia berbuat seperti ini padamu. Kenapa kau tidak bilang padaku dari awal hah? Kenapa kau biarkan Kakakku menyiksamu seperti ini?!"Hati Andri rasanya remuk, hancur, tak berbentuk. Dia tidak bisa berkata-kata lagi dengan kondisi yang sedang Mona alami sekarang. Ini mungkin jawaban dari semu
"Kau senang melihat suamimu hancur? Bukankah ini yang kau tunggu-tunggu selama ini Mona?"Sudah hampir sebulan Raka tidak kembali ke perusahaan itu, mengurus bisnis keluarga yang dulu dia jalani setiap harinya. Kini lelaki itu sudah menganggur, tak diperlukan lagi oleh ibunya. Setiap Minggu dia hanya mendapat jatah uang dari Kania, untuk hidup sehari-hari. Uang di dalam tabungannya tidak cukup banyak, karena dia berikan pada wanita selingkuhannya. Namun hubungan mereka benar-benar berakhir, karena Raka tak memiliki apapun lagi. Andri adalah orang paling penting di perusahaan sekarang, dan semua orang menghormatinya. Raka merasa iri sekali."Kau bicara apa? Apa kehadiranku disini tidak cukup untuk membuktikan apapun Raka?"Mona menahan amarahnya, dengan menusuk roti di atas piring itu dengan garpu. Selama Raka berada dirumah, dia tidak bisa melakukan apapun kecuali melayani lelaki itu. Mona juga harus menahan rasa rindunya pada sang kekasih karena lelaki ini. Andri, entah kapan mereka
"Tidak bisa katanya? Kau pikir bisa lepas dariku begitu saja Mona? Jangan harap."Andri terlihat sangat kesal dengan lengan yang mengepal kuat, dia bahkan melampiaskan semua amarahnya pada dedaunan yang berjejer di jalanan. Setelah mengantar wanita itu pulang, Andri tidak berniat sedikitpun untuk mampir. Dia sudah sangat marah, kesal, dan takut mengontrol emosinya. Kata-kata yang keluar dari mulut Mona membuat hatinya sakit dan kecewa. Wanita itu seakan menolak ajakannya untuk menikah, bahkan melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius lagi. Padahal Andri sudah hampir berhasil, membuat rumah tangga kakaknya hancur. Dia tidak perduli tentang apa yang terjadi, jika Mona menjadi janda, maka kesempatan memilikinya lebih besar lagi."Lihat saja, bagaimana aku menghancurkan rumah tanggamu sialan!"Lelaki itu masuk ke dalam kamarnya, lalu berbaring di atas ranjang yang empuk. Sejak tadi suara ketukan pintu terus menggangu, namun Andri membiarkannya. Itu adalah sang kakak yang mu
"Mona, tinggalkan saja kakakku ini. Dia bukan lelaki yang bisa membuatmu bahagia.""Bicara apa kau brengsek!"Raka semakin terpancing emosinya, dia mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa ditebak oleh Mona. Dia begitu kasar, dengan gestur tubuh yang mendukung. Andri hanya menatapnya dengan senyuman tipis, dia akan membuat lelaki itu mengeluarkan sifat aslinya. karena dengan begitu, sang istri akan semakin muak padanya."Kenapa? kakak tidak suka aku mengatakan itu?" pancing Andri kepada Kakaknya."Kau ingin mencari muka? tidak kusangka sifatmu itu benar-benar licik," ucap Raka dengan smirk khas di wajahnya. "Iya, aku memang licik. Seperti yang kau lihat sekarang ini."Mona tidak mengerti tentang apa yang mereka bicarakan, keduanya seperti sedang memperebutkan sesuatu. Posisi, mungkin Andri berusaha untuk mengambil hak yang dimiliki Raka sekarang. Kedua pertikaian lelaki itu semakin memanas, bahkan kini Raka tak segan untuk mendorong adiknya. Mona memang cukup senang jika sampai Andri
Mona mungkin sudah tahu kemana jalan ucapan dari Andri, namun dia berusaha untuk bersandiwara. Walaupun sebenarnya dia sudah sangat gemas dengan situasi ini, tidak tahan untuk segera membongkar kebusukan suaminya. Dia yang menyebabkan hidupnya hancur, terbelenggu dalam kehidupan rumah tangga yang semu. Tak ada kata kebahagiaan, karena yang ada adalah derita. Jika saja boleh memilih, Mona mungkin akan menikahi adik iparnya. Lelaki yang kini, lebih mengerti dirinya dari siapapun."Apa yang kau sembunyikan dariku Raka?" tanya Mona pada lelaki itu.Raka tertawa kecil, "Apa yang kau bicarakan? Tidak ada hal yang aku sembunyikan disini.""Jangan bersandiwara lagi Kak, wanita itu harus mengetahui apa yang kau lakukan."Andri mulai memancing perdebatan, dia ingin hubungan pasangan suami istri itu benar-benar hancur. Mona tidak akan terikat lagi dengan kakaknya, dan dia bisa dengan bebas memiliki wanita itu.Egois? ini bukan saatnya membicarakan tentang hal itu. Kebahagiaan Mona adalah hal pal