"Kenapa kau tidak bisa datang? Apa kau tahu aku menunggu begitu lama!" Mona terlihat sangat kesal dan Marah, karena acaranya dengan Andri batal begitu saja. Padahal dia sudah bersiap sampai berjam-jam lamanya, tapi lelaki itu membantalkan nya begitu saja. "Sayang maafkan aku. Ada acara yang benar-benar harus aku datangi. Kau jangan khawatir, jika sudah selesai aku akan segera menjemputmu disana."Andri mencoba untuk memberikan pengertian pada wanita itu, terlebih ketika acara yang mereka susun harus batal. Mona sangat bosan karena beberapa hari ini terus saja berada dirumah, belum lagi Raka yang sangat sulit untuk dihubungi. Hati Mona semakin kesal, ketika Andri membatalkan janjinya. Dia pun buru-buru mematikan panggilan itu, lalu membanting ponselnya ke ranjang."Dasar menyebalkan! Banyak alasan sekali lelaki itu. Padahal aku ingin sekali pergi untuk bersenang-senang. Arghh menyebalkan!"Dengan mata yang berkaca-kaca, wanita itu membaringkan tubuhnya di ranjang. Mengeluarkan semua
"Andri? Mau apa kau kemari?" tanya Raka pada adiknya itu."Loh, Kakak? Kapan datang?" Pertemuan kakak dan adik itu membuat suasana yang akward. Andri sudah terlanjur menyapa kakak iparnya, bahkan membawa belanjaan yang sengaja dia beli untuk menghibur kekasih hatinya. Sekarang, apa yang harus dia lakukan? Andri tidak tahu jika sang kakak sudah pulang tanpa sepengetahuannya. Astaga, kenapa dia datang disaat seperti ini? Bukankah Andri juga tidak tahu jika Raka sudah pulang? Batin Mona resah."Aku baru saja pulang. Kau datang kemari setiap hari? Apa yang kau bawa?" tanya Raka kembali."Iya aku datang setiap hari, bukankah itu yang Kakak perintahkan padaku?" tanya balik lelaki itu.Mona memberikan kode lewat tatapannya, dia tidak ingin jika hubungan mereka terbongkar saat ini. Akan menjadi sebuah masalah besar, jika sang suami tahu jika dia main-main dengan adik iparnya sendiri."Iya memang. Tapi kenapa kau berkunjung dengan semua barang itu? Apa yang kau bawa?" tanya balik Raka pada a
"Heh! Kau itu kenapa?"Kania terlihat kesal karena sejak tadi Andri terus saja bolak-balik di hadapannya. Padahal malam ini beliau sedang mengerjakan sebuah proyek besar yang sangat penting, namun anak bungsunya itu begitu menggaggu."Bu, anakmu ini sedang resah. Jadi tolong mengertilah sedikit," ucap Andri pada ibunya.Kania menatap dengan serius. Dia tahu jika lelaki itu baru saja minum dengan kakaknya. Sebuah kebiasaan yang tidak terlalu ibu dua anak itu sukai."Kau itu sedang mabuk. Lebih baik tidur sana! Jangan ajak lagi Kakakmu berbuat yang macam-macam, dia itu sudah menikah."Andri mengerutkan bibirnya, lagi pula dia tidak mengajak sang kakak minum, tapi malah sebaliknya. Akan tetapi wanita itu lebih percaya Raka daripada dirinya."Aku mencintai seseorang Bu, tapi dia sudah jadi milik orang lain. Apa yang harus aku lakukan?"Sebuah pertanyaan yang membuat wanita paruh baya itu menyemburkan kopi di mulutnya. Dia buru-buru menutup laptop yang sedang dipegangnya, kemudian menatap
Mona tidak bisa berkata-kata sekarang, lelaki itu benar-benar mementingkan dirinya sendiri. Dia takut jika sampai mereka berbuat macam-macam disini, ada orang yang melihat. Nama baiknya akan semakin tercoreng, bahkan rusak dengan mudah. Tapi ancaman dari lelaki itu membuat Mona tidak bisa melakukan apapun, kecuali menurut.Andri membelai wajah cantik kakak iparnya itu dengan gaya sensual. Bibirnya bahkan tak segan mencium setiap detail pipi putih nan mulus itu. Malam ini adalah malam yang penuh nafsu bagi Andri, dia tidak akan melepaskan Mona walau hanya sedetik."Layani aku sekali saja, setelah itu aku akan pulang."Andri meminta jatah yang biasa wanita itu berikan padanya. Bukan salah dia karena Mona yang memulai semua ini sejak awal. Ketergantungan akan seks, membuat lelaki itu tidak bisa jauh-jauh dari kakak iparnya. Dia bahkan merasa begitu cemburu ketika Mona dekat dengan suaminya sendiri. "Tidak bisakah kau tunda nafsumu itu nanti Andri? Ini bukan waktu yang tepat untuk kita b
"Sayang, apa yang sedang kau bicarakan?"Mona berusaha untuk meyakinkan sesuatu, jika suaminya tidak menuduh dia macam-macam. Namun semua itu baru dugaan saja, karena dia tidak tahu apa isi kepala sang suami sebenarnya."Banyak sekali bicara. Lebih baik kau cepat bawakan aku makanan!" tegas Raka Raka istrinya.Wanita itu tidak akan banyak bertanya lagi, lebih baik dia menuruti apa yang dikatakan oleh suaminya. Lagi pula Mona juga sudah memasak untuk Raka, sayang jika makanan itu tidak disentuh oleh sang suami.Dengan pikiran yang masih kemana-mana, Mona menyiapkan satu persatu lauk yang dia masak. Dia bahkan membawanya ke kamar, karena sang suami tidak bisa pergi ke meja makan. Wanita itu melihat Raka sedang menatap laptopnya, kemudian menatap ketika tahu jika dia sudah sampai di sana."Apa yang kau masak?" tanya Raka."Semua makanan kesukaanmu sayang. Kau ingin aku suapi?" tanya Mona."Tidak perlu. Kau bisa tidur jika mengantuk, aku bisa makan sendiri."Lelaki itu mengambil piring ya
"Kau mau pergi kemana?"Raka menatap penuh curiga, ketika sang istri berdandan begitu cantiknya. Mona tidak biasa berdandan seperti itu, bahkan dengan pakaian yang pendek dan modis. Sebagai seorang suami, dia merasa curiga dan penuh rasa cemburu."Aku ingin keluar sebentar, berbelanja beberapa keperluan rumah tangga. Bukankah kau sendiri lihat? Di dapur sudah banyak barang-barang yang habis."Mona mencoba mencari sebuah alasan, agar dia bisa pergi keluar. Hari ini, Andri mengajaknya untuk bertemu. Kebetulan dia juga ada beberapa hal yang ingin disampaikan pada lelaki itu, semoga saja Raka bisa memberikan Mona ijin."Kau pergi sendirian?" Tanya sang suami.Mona mengangguk, "Iya sendirian. Bukankah kau ada acara hari ini? Jadi tidak masalah jika kau tidak bisa mengantarku berbelanja."Iya memang. Hari ini aku harus pergi ke bank, mengurus beberapa berkas untuk mencairkan uang. Kau pergilah sendiri, jika sempat aku bisa menjemputmu."Raka mencoba memberikan pengertian, mungkin dengan mak
"Banyak sekali belanjaan yang kau bawa. Apa kau tidak kerepotan membawa semuanya?"Raka mengambil beberapa belanjaan yang dipegang oleh istrinya, kemudian menaruhnya di meja. Sedangkan Mona mengambil sisanya untuk langsung menyimpannya di dapur. Wajah wanita itu terlihat sangat lelah hari ini, bukan tentang berbelanja, tapi tentang ucapan Andri yang membuatnya pusing. Dia memang sudah berhasil membujuk adik iparnya itu dengan mudah, namun permintaan yang diberikan Andri cukup sulit. Mereka harus tetap menjalani hubungan ini seperti layaknya orang berpacaran, dan Mona harus selalu membagi waktunya pada dua orang bersaudara itu."Aku sangat lelah hari ini. Bolehkah aku beristirahat?" Tanya Mona pada suaminya."Oh baiklah," jawab Raka.Wanita itu masuk ke dalam kamarnya, membiarkan sisa barang belanjaan berserakan di atas meja. Raka pun merasa heran, apakah sang istri tengah marah? Mungkin karena dia yang tidak bisa menjemputnya."Kenapa aku harus repot-repot memikirkan wanita itu? Sifat
"Kau ingin merebut perusahaan dariku Andri?"Wajah Andri terlihat sumringah sekali, entah mengapa dia tak tahu. Jika Mona sangat bangga dengan suaminya yang seorang pengusaha, maka dia pun akan menjadi seorang pengusaha. Andri akan merebut perusahaan yang sebelumnya adalah milik dua Bersaudara itu. Namun karena dulu dia sempat menolak karena tidak ketertarikannya, Andri akan merebutnya kembali. "Kenapa harus menggunakan kata merebut? Bukankah dulu Ayah memberikan kita perusahaan itu untuk dibagi dua?" Raka tersenyum kecil, rupanya adik lelaki itu masih mengingat wasiat yang dikatakan oleh ayahnya dulu. Mereka memang diberikan satu perusahaan untuk dikelola bersama, namun entah mengapa dia jadi tidak senang karena Andri menginginkannya.Perusahaan itu adalah miliknya, dia bangun sendiri dengan susah payah. Jika Andri menginginkannya begitu saja, ini seperti sebuah perebutan. Jika saja sejak dulu sang adik mau membantunya dari nol, mungkin Raka tidak akan mempermasalahkannya. Akan tet
"Lebam? Kau yakin jika itu ulah Kakakmu?"Kania menatap serius pada putra bungsunya itu, dia memastikan jika ini bukanlah bualan yang dibuat oleh Andri. Kania hanya khawatir, jika menantunya itu membuat sebuah fitnah, agar Raka semakin terpojokkan. Memanfaatkan kepolosan Andri sebagai jalan. Benar-benar wanita licik yang hanya mementingkan harta dan kedudukan."Bu, bisa saja lelaki itu marah dan melampiaskan semuanya amarahnya pada kak Mona. Bukanlah Ibu lihat? Bagaimana Kakak begitu kesalnya mendengar kedudukan yang selama ini dia miliki, Ibu berikan padaku. Lelaki itu memiliki temperamen yang buruk," ucap Andri pada sang Ibu."Iya aku memang melihat tempramen lelaki itu berbeda dari sebelumnya, iya mungkin karena keadaan yang dia rasakan saat ini. Namun apapun itu, kau tidak berhak ikut campur dalam urusan rumah tangga Kakakmu. Biarkan saja meraka mengurus masalah mereka masing-masing Andri," ucap Kania pada putranya itu.Andri bingung harus berkata apa lagi, dia seolah dibatasi ten
"Sialan!"Andri mengumpat kesal, dengan wajah paniknya. Bukan hanya lelaki itu saja, tetapi Mona juga. Kedua orang yang sudah ketahuan basah tengah bercinta di ruangan terbuka itu, tidak bisa berkata-kata lagi. Mereka saling menatap, sembari memperbaiki penampilan yang acak-acakan. Mona benar-benar bingung, bagaimana jika kejadian ini sampai kepada suami dan mertuanya?!"Apa yang kau lihat? Pergi sana!"Lelaki itu membentak wanita paruh baya yang sejak tadi masih berdiri kaku memandang dirinya. Itu adalah bi Mina, pembantu yang sudah bekerja bersama keluarganya 20 tahun. Dia sangat syok, melihat pemandangan yang tidak menyenangkan seperti ini. Namun apapun itu, dia tidak bisa menegur bahkan menasehati majikan kesayangannya itu."Maafkan Bibi, permisi..."Bi Mina pergi meninggalkan kedua pasangan yang masih terengah-engah itu, berusaha tidak ikut campur tentang apa yang terjadi. Sementara Mona sibuk mencari cara, agar hal buruk tidak menimpanya."Andri bagaimana ini? Dia pasti mengadu
"Office boy??"Mona membulatkan matanya, mendengar cerita dari suaminya itu. Mertua yang begitu dia hormati, mulai bertindak diluar nalar terhadap Raka, setelah kejadian yang menimpanya beberapa waktu yang lalu. Satu kesalahan lelaki itu lakukan, namun Kania membalasnya dengan banyak hal yang cukup mengejutkan. Dari mulai mencabut jabatan, hingga kehidupan mewah yang selama ini Raka rasakan. Mona pun ikut terjerat dalam situasi ini, karena dia adalah istrinya. Walaupun sang ibu mertua tidak menyalahkan dia atas apapun, tetap saja Mona merasa ikut terpojokkan sekarang ini.Sekarang, sebuah pekerjaan baru Raka lakoni. Posisi yang tidak pernah dia bayangkan seumur hidupnya. Bagaimana nanti orang-orang akan menilai dirinya? Jika seorang bos besar seperti dirinya, kini tak memiliki kekuasaan apapun. "Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa wanita tua itu memberiku pekerjaan yang sangat rendah seperti itu. Apa anak sialan itu yang meminta Ibu melakukannya?!" Gerutu Raka pada sang istri.Mona
"Jadi kau memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan pusat?"Kania menatap serius wajah putra bungsunya itu, dia merasa kaget karena keputusan Andri yang mendadak seperti ini. Setelah menaklukkan perusahaan yang dia rebut dari kakaknya, dia menginginkan perusahaan pusat yang ibu nya kuasai. Karena dengan begitu, Andri bisa leluasa mengawasi Mona dari kakaknya yang brengsek itu. Dia juga sedang menyiapkan rencana yang akan merusak rumah tangga Mona dan sang suami. Setelah itu dia akan memiliki wanita yang sangat dia cintai itu."Memangnya aku tidak boleh ikut bergabung dengan perusahaan kesayangan ibu itu? Bukankah aku juga anak kesayangan Ibu?" tanya Andri dengan senyuman kecil diwajahnya.Kania tertawa mendengar ucapan lelaki itu. Sejak kapan dia bersikap manis seperti ini? Karena sejak awal Andri tidak pernah tertarik sedikitpun dengan yang namanya dunia bisnis. Dia bahkan selalu marah jika disangkut pautkan dengan hal seperti itu. Namun sekarang? Lelaki itu sangat terobsesi, seol
"Apa yang terjadi dengan wajahmu? Siapa yang melakukan semua ini Mona?!"Andri dibuat syok dengan keadaan wajah Mona yang penuh dengan memar. Setelah cukup jauh diperjalanan dan menahan perasaan rindu, lelaki ini malah dibuat syok setengah mati. Wanita yang dia cintai penuh dengan luka lebam, bahkan raut wajahnya penuh dengan rasa takut. "Raka, dia menyiksaku setiap hari Andri."Mata lelaki itu semakin membulat sempurna, ketika tahu sang kakak lah yang melakukan semua ini pada kekasihnya Mona. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan, dan benar-benar tidak bisa termaafkan. Emosi lelaki itu jelas memuncak, mengetahui wanita yang sangat dia cintai di perlakukan seperti ini. "Lelaki sialan! Berani sekali dia berbuat seperti ini padamu. Kenapa kau tidak bilang padaku dari awal hah? Kenapa kau biarkan Kakakku menyiksamu seperti ini?!"Hati Andri rasanya remuk, hancur, tak berbentuk. Dia tidak bisa berkata-kata lagi dengan kondisi yang sedang Mona alami sekarang. Ini mungkin jawaban dari semu
"Kau senang melihat suamimu hancur? Bukankah ini yang kau tunggu-tunggu selama ini Mona?"Sudah hampir sebulan Raka tidak kembali ke perusahaan itu, mengurus bisnis keluarga yang dulu dia jalani setiap harinya. Kini lelaki itu sudah menganggur, tak diperlukan lagi oleh ibunya. Setiap Minggu dia hanya mendapat jatah uang dari Kania, untuk hidup sehari-hari. Uang di dalam tabungannya tidak cukup banyak, karena dia berikan pada wanita selingkuhannya. Namun hubungan mereka benar-benar berakhir, karena Raka tak memiliki apapun lagi. Andri adalah orang paling penting di perusahaan sekarang, dan semua orang menghormatinya. Raka merasa iri sekali."Kau bicara apa? Apa kehadiranku disini tidak cukup untuk membuktikan apapun Raka?"Mona menahan amarahnya, dengan menusuk roti di atas piring itu dengan garpu. Selama Raka berada dirumah, dia tidak bisa melakukan apapun kecuali melayani lelaki itu. Mona juga harus menahan rasa rindunya pada sang kekasih karena lelaki ini. Andri, entah kapan mereka
"Tidak bisa katanya? Kau pikir bisa lepas dariku begitu saja Mona? Jangan harap."Andri terlihat sangat kesal dengan lengan yang mengepal kuat, dia bahkan melampiaskan semua amarahnya pada dedaunan yang berjejer di jalanan. Setelah mengantar wanita itu pulang, Andri tidak berniat sedikitpun untuk mampir. Dia sudah sangat marah, kesal, dan takut mengontrol emosinya. Kata-kata yang keluar dari mulut Mona membuat hatinya sakit dan kecewa. Wanita itu seakan menolak ajakannya untuk menikah, bahkan melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius lagi. Padahal Andri sudah hampir berhasil, membuat rumah tangga kakaknya hancur. Dia tidak perduli tentang apa yang terjadi, jika Mona menjadi janda, maka kesempatan memilikinya lebih besar lagi."Lihat saja, bagaimana aku menghancurkan rumah tanggamu sialan!"Lelaki itu masuk ke dalam kamarnya, lalu berbaring di atas ranjang yang empuk. Sejak tadi suara ketukan pintu terus menggangu, namun Andri membiarkannya. Itu adalah sang kakak yang mu
"Mona, tinggalkan saja kakakku ini. Dia bukan lelaki yang bisa membuatmu bahagia.""Bicara apa kau brengsek!"Raka semakin terpancing emosinya, dia mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa ditebak oleh Mona. Dia begitu kasar, dengan gestur tubuh yang mendukung. Andri hanya menatapnya dengan senyuman tipis, dia akan membuat lelaki itu mengeluarkan sifat aslinya. karena dengan begitu, sang istri akan semakin muak padanya."Kenapa? kakak tidak suka aku mengatakan itu?" pancing Andri kepada Kakaknya."Kau ingin mencari muka? tidak kusangka sifatmu itu benar-benar licik," ucap Raka dengan smirk khas di wajahnya. "Iya, aku memang licik. Seperti yang kau lihat sekarang ini."Mona tidak mengerti tentang apa yang mereka bicarakan, keduanya seperti sedang memperebutkan sesuatu. Posisi, mungkin Andri berusaha untuk mengambil hak yang dimiliki Raka sekarang. Kedua pertikaian lelaki itu semakin memanas, bahkan kini Raka tak segan untuk mendorong adiknya. Mona memang cukup senang jika sampai Andri
Mona mungkin sudah tahu kemana jalan ucapan dari Andri, namun dia berusaha untuk bersandiwara. Walaupun sebenarnya dia sudah sangat gemas dengan situasi ini, tidak tahan untuk segera membongkar kebusukan suaminya. Dia yang menyebabkan hidupnya hancur, terbelenggu dalam kehidupan rumah tangga yang semu. Tak ada kata kebahagiaan, karena yang ada adalah derita. Jika saja boleh memilih, Mona mungkin akan menikahi adik iparnya. Lelaki yang kini, lebih mengerti dirinya dari siapapun."Apa yang kau sembunyikan dariku Raka?" tanya Mona pada lelaki itu.Raka tertawa kecil, "Apa yang kau bicarakan? Tidak ada hal yang aku sembunyikan disini.""Jangan bersandiwara lagi Kak, wanita itu harus mengetahui apa yang kau lakukan."Andri mulai memancing perdebatan, dia ingin hubungan pasangan suami istri itu benar-benar hancur. Mona tidak akan terikat lagi dengan kakaknya, dan dia bisa dengan bebas memiliki wanita itu.Egois? ini bukan saatnya membicarakan tentang hal itu. Kebahagiaan Mona adalah hal pal