Sesampainya di rumah Chacha melihat Andrew seperti sedang menunggunya sambil menonton televisi. Hal yang tak pernah pria itu lakukan sebelumnya, saat ada waktu Andrew biasanya akan menghabiskan waktunya di ruangan kerjanya berkutat dengan pekerjaannya.
Bukan menunggunya seperti ini sambil menonton televisi. Terlihat sekali jika Andrew memang sedang menunggu Chacha, karena baru saja wanita itu masuk Andrew langsung dengan sigap bangkit berdiri dan mendekati Chacha dengan senyuman yang begitu girang.
“Akhirnya kau pulang juga! Aku takut kau tak pulang malam ini Baby,” kata Andrew dengan sendu. Chacha menghela napasnya panjang lalu menatap Andrew dengan dalam.
“Aku sangat lelah, aku tak ingin bertengkar. Aku ingin beristirahat, jadi jangan ganggu aku Andrew,” pinta Chacha dengan pelan.
“Baiklah, aku tak akan menganggumu Baby. Kau bisa beristirahat, maaf untuk hari ini,” mohon Andrew. Namun Chacha hanya diam dan berjalan me
“Aku tidak terima Andrew, selama ini aku yang mengandung dan berjuang melahirkannya. Bagaimana bisa dia tidak mau mengakui kalau aku Mommynya?” tanya Eleanor tidak terima.“Mom, kau Mommyku bukan? Aku tahu hanya kau saja Mommyku, aku tidak mau yang lain!” teriak Adelicia akhirnya sambil menangis.“Sssst hey jangan menangis, aku Mommymu Sweetheart,” bujuk Chacha.“Jangan memaksanya kalau dia tidak mau, kau tak benar-benar ada untuknya! Chacha yang ada untuknya bukan kau!” bela Andrew membuat Chacha dan Agrata tersenyum.“Agrata, boleh bawa adikmu ke kamar? Bantu aku menenangkannya,” pinta Chacha pada anak sulung Andrew itu.“Ya Mom!” kata Agrata dengan tegas sambil mengedipkan matanya pada Chacha.Agrata sengaja mengatakan itu supaya semakin membuat Eleanor semakin marah, Chacha yang paham ikut senang mendengarnya. Chacha tidak tahu bahwa ternyata Agrata bisa segila itu,
Peluh keringat membasahi tubuh keduanya saat ini. Chacha yang ada di bawah dan Elang yang berada di atas sedang memimpin permainan mereka saat ini. Entah sudah berapa lama dan sudah berapa kali keduanya melakukannya. Mereka seolah tidak pernah kehabisan tenaga dan tak pernah puas. Bahu Elang sudah menjadi sasaran cengkraman kuku Chacha.Permainan Elang yang kasar dan gila membuat Chacha tak bisa menahan dirinya. Namun Chacha sangat menikmati permainan kasar yang mereka sedang lakukan itu. Handphone Chacha berdering, dengan perlahan wanita itu mengambil handphonenya yang di atas nakas dengan tangannya sambil Elang yang sedang menyerangnya.Pria itu menghujamnya dengan sangat keras dan menyentuh titik sensitifnya, Chacha takut kalau Andrew menghubunginya. Namun saat melihat nomor yang tak dikenal menghubunginya membuat Chacha bertanya. Namun wanita itu tetap mengangkatnya dengan Elang yang masih menghujam di atasnya.“Hallo,” sapa Chacha.&ldquo
“Aku semakin merasa bersalah padanya. Indira wanita yang baik, bagaimana bisa kita menyakitinya seperti ini?” tanya Chacha membuat Elang menghela napasnya panjang.“Kita sudah membahas ini sebelumnya. Sudahlah jangan dibahas lagi, jangan pedulikan apapun. Seharusnya kita menikmati waktu berdua saja, saat ini perasaan kita jauh lebih penting dari apapun. Sebentar lagi aku akan pulang dan aku tak bisa seperti ini lagi denganmu. Andai saja aku bisa menetap di sini bersamamu, aku pasti akan melakukannya. Aku mencintaimu sayang,” ucap Elang mesra dan mencoba mencium telinga Chacha kembali.“Kamu buat Indira khawatir dan curiga, kenapa kamu nggak coba kasih kabar pada Indira?” tanya Chacha.“Aku lupa memberitahu mereka jika sudah bersama denganmu. Aku sangat menikmati kebersamaan kita, maka itu aku lupa. Saat ini aku ingin fokus saja denganmu disaat kita bisa bersama. Ini hal yang jarang terjadi, maka itu aku tak mau memikirka
Chacha meminum wine miliknya dan secara sengaja menumpahkan dibajunya sehingga membuat bajunya basah. Andrew berdecak kesal karena hal itu membuat bagian dada Chacha terlihat karena wanita itu memakai baju berwarna putih. Andrew melepaskan jas miliknya dan memakaikannya pada Chacha.“Kau sengaja melakukannya?” bisik Andrew membuat Chacha tertawa.“Sepertinya aku harus membeli baju, apa kau mau menemaniku?” tanya Chacha dengan lembut membuat Eleanor semakin kesal.“Baiklah, aku akan menemanimu,” kata Andrew sambil bangkit berdiri. “Kalian lanjutkan saja makannya, kami hanya sebentar,” kata Andrew lagi.Pria itu menggenggam tangan Chacha dan membawa kekasihnya itu pergi dari sana. Eleanor melipat tangannya di depan dada dan bersikap acuh dengan kedua anak Andrew itu. Sedangkan Andrew membawa Chacha ke salah satu butik yang cukup mahal dan memilihkan beberapa gaun untuk dicoba. Tak sabar menunggu Chacha, Andrew
Saat bangun Chacha sudah tak menemukan ada Andrew di sebelahnya. Chacha melihat jam dan sudah pukul sebelas siang, ia bangun sangat lama. Wajar jika Andrew sudah tidak ada karena harus berangkat bekerja. Chacha mengambil handphonenya dan menghidupkannya. Begitu banyak notifikasi yang masuk begitu dihidupkan. Salah satunya dari Andrew dan ada Elang.Chacha membuka pesan dari Andrew yang mengatakan sudah berangkat kerja dan mengucapkan terima kasih atas permainan yang menggilakan itu. Hal itu membuat Chacha mengingat permainan mereka dan tersenyum senang saat mengingat bagaimana Andrew begitu memujanya dan melakukannya dengan sensual dan manis.Lalu Chacha membaca pesan Elang yang begitu banyak. Pria itu menanyakan keberadaannya dan mengatakan merindukannya. Chacha menghela napasnya panjang ketika membaca pesan tersebut. Saat hendak membalas, panggilan video dari Andrew menundanya membalas pesan dari Elang sehingga Chacha mengangkat panggilan video tersebut.&ldqu
“Aku lagi olahraga, ini lagi lari di treadmill sambil teleponan sama kamu. Semuanya amankan? Anak-anak sehat?” tanya Elang sebagai bentuk basa-basi.“Iya, mereka sehat. Kerjaannya nanyain kamu terus, aku harap kamu cepat pulang. Aku juga kangen sama kamu, aku butuh kamu. Anak kamu yang diperut juga kangen sama Papanya,” kata Indira manja.Chacha yang mendengar itu memejamkan matanya tak tega. Rasa bersalah kini benar-benar memenuhi Chacha, ia sudah tak menikmati sentuhan yang diberikan Elang padanya. Saat ini Chacha hanya pasrah saja ketika Elang menghujamnya, tak ada keinginan lagi saat ini.“Iya kamu sabar aja, besok aku udah pulang. Kita bisa ketemu lusa, yaudah aku tutup ya. Besok kalau udah di bandara aku kabarin kamu,” kata Elang ingin segera mengakhiri panggilan tersebut.“Oke, I love you,” ucap Indira. Elang mematikan sambungan tersebut dengan cepat karena tak menyangka Indira akan mengatakan itu. Ma
“Cha,” panggil Elang sambil mengetuk pintu kamar mandi. “Kamu ngapain? Ayo keluar, Cha kamu ngapain di dalam? Aku dengar kamu nangis Cha, sayang,” panggil Elang.Namun Chacha masih tak menjawab. Sampai akhirnya Chacha merasa cukup akhirnya keluar dari kamar mandi. Elang yang sudah menunggu akhirnya mendekati Chacha, pria itu melihat mata Chacha yang merah dan sembab.“Cha, kamu kenapa? Apa yang kamu bahas sama Indira?” tanya Elang. Chacha menghindar, memakai pakaiannya kembali dan mengabaikan pria itu. “Cha, kamu belum jawab pertanyaan aku. Kenapa nangis? Indira bilang apa sama kamu? Dia nyakitin kamu?” tanya Elang membuat Chacha menepis tangan Elang dan menatap pria itu tajam.“Indira nggak pernah nyakiti aku. Tapi sebaliknya aku yang menyakiti Indira dengan sama kamu di sini. Keputusan aku udah bulat Lang, nggak seharusnya kita seperti ini. Aku harap ini pertemuan kita terakhir, aku nggak mau semakin menyak
“Good morning,” sapa Andrew ketika Chacha mulai bergerak dan membuka matanya.Chacha mengucek matanya dan berusaha membuka matanya secara sempurna. Andrew berbaring di sebalahnya sambil menopang kepalanya dengan tangannya dan menatapnya sambil tersenyum. Biasanya Chacha tak pernah menemukan Andrew ada di sampingnya ketika bangun, namun kini pria itu ada di sampingnya dengan rambut yang masih basah tanda bahwa pria itu baru saja selesai mandi.“Kau tak bekerja?” tanya Chacha.“Aku mau menunggumu bangun dan kita sarapan bersama. Aku merindukanmu, sudah lama sepertinya kita tak bersama dipagi hari seperti ini. Apa aku mengganggu tidurmu?” tanya Andrew lembut dan Chacha menggelengkan kepalanya.“Sudah jam berapa?” tanya Chacha lagi.“Jam sepuluh pagi, sepertinya kau sangat lelah belakangan ini karena selalu bangun siang. Maaf karena aku tak mengerti keadaanmu,” kata Andrew membuat Chacha meras