“Aku semakin merasa bersalah padanya. Indira wanita yang baik, bagaimana bisa kita menyakitinya seperti ini?” tanya Chacha membuat Elang menghela napasnya panjang.
“Kita sudah membahas ini sebelumnya. Sudahlah jangan dibahas lagi, jangan pedulikan apapun. Seharusnya kita menikmati waktu berdua saja, saat ini perasaan kita jauh lebih penting dari apapun. Sebentar lagi aku akan pulang dan aku tak bisa seperti ini lagi denganmu. Andai saja aku bisa menetap di sini bersamamu, aku pasti akan melakukannya. Aku mencintaimu sayang,” ucap Elang mesra dan mencoba mencium telinga Chacha kembali.
“Kamu buat Indira khawatir dan curiga, kenapa kamu nggak coba kasih kabar pada Indira?” tanya Chacha.
“Aku lupa memberitahu mereka jika sudah bersama denganmu. Aku sangat menikmati kebersamaan kita, maka itu aku lupa. Saat ini aku ingin fokus saja denganmu disaat kita bisa bersama. Ini hal yang jarang terjadi, maka itu aku tak mau memikirka
Chacha meminum wine miliknya dan secara sengaja menumpahkan dibajunya sehingga membuat bajunya basah. Andrew berdecak kesal karena hal itu membuat bagian dada Chacha terlihat karena wanita itu memakai baju berwarna putih. Andrew melepaskan jas miliknya dan memakaikannya pada Chacha.“Kau sengaja melakukannya?” bisik Andrew membuat Chacha tertawa.“Sepertinya aku harus membeli baju, apa kau mau menemaniku?” tanya Chacha dengan lembut membuat Eleanor semakin kesal.“Baiklah, aku akan menemanimu,” kata Andrew sambil bangkit berdiri. “Kalian lanjutkan saja makannya, kami hanya sebentar,” kata Andrew lagi.Pria itu menggenggam tangan Chacha dan membawa kekasihnya itu pergi dari sana. Eleanor melipat tangannya di depan dada dan bersikap acuh dengan kedua anak Andrew itu. Sedangkan Andrew membawa Chacha ke salah satu butik yang cukup mahal dan memilihkan beberapa gaun untuk dicoba. Tak sabar menunggu Chacha, Andrew
Saat bangun Chacha sudah tak menemukan ada Andrew di sebelahnya. Chacha melihat jam dan sudah pukul sebelas siang, ia bangun sangat lama. Wajar jika Andrew sudah tidak ada karena harus berangkat bekerja. Chacha mengambil handphonenya dan menghidupkannya. Begitu banyak notifikasi yang masuk begitu dihidupkan. Salah satunya dari Andrew dan ada Elang.Chacha membuka pesan dari Andrew yang mengatakan sudah berangkat kerja dan mengucapkan terima kasih atas permainan yang menggilakan itu. Hal itu membuat Chacha mengingat permainan mereka dan tersenyum senang saat mengingat bagaimana Andrew begitu memujanya dan melakukannya dengan sensual dan manis.Lalu Chacha membaca pesan Elang yang begitu banyak. Pria itu menanyakan keberadaannya dan mengatakan merindukannya. Chacha menghela napasnya panjang ketika membaca pesan tersebut. Saat hendak membalas, panggilan video dari Andrew menundanya membalas pesan dari Elang sehingga Chacha mengangkat panggilan video tersebut.&ldqu
“Aku lagi olahraga, ini lagi lari di treadmill sambil teleponan sama kamu. Semuanya amankan? Anak-anak sehat?” tanya Elang sebagai bentuk basa-basi.“Iya, mereka sehat. Kerjaannya nanyain kamu terus, aku harap kamu cepat pulang. Aku juga kangen sama kamu, aku butuh kamu. Anak kamu yang diperut juga kangen sama Papanya,” kata Indira manja.Chacha yang mendengar itu memejamkan matanya tak tega. Rasa bersalah kini benar-benar memenuhi Chacha, ia sudah tak menikmati sentuhan yang diberikan Elang padanya. Saat ini Chacha hanya pasrah saja ketika Elang menghujamnya, tak ada keinginan lagi saat ini.“Iya kamu sabar aja, besok aku udah pulang. Kita bisa ketemu lusa, yaudah aku tutup ya. Besok kalau udah di bandara aku kabarin kamu,” kata Elang ingin segera mengakhiri panggilan tersebut.“Oke, I love you,” ucap Indira. Elang mematikan sambungan tersebut dengan cepat karena tak menyangka Indira akan mengatakan itu. Ma
“Cha,” panggil Elang sambil mengetuk pintu kamar mandi. “Kamu ngapain? Ayo keluar, Cha kamu ngapain di dalam? Aku dengar kamu nangis Cha, sayang,” panggil Elang.Namun Chacha masih tak menjawab. Sampai akhirnya Chacha merasa cukup akhirnya keluar dari kamar mandi. Elang yang sudah menunggu akhirnya mendekati Chacha, pria itu melihat mata Chacha yang merah dan sembab.“Cha, kamu kenapa? Apa yang kamu bahas sama Indira?” tanya Elang. Chacha menghindar, memakai pakaiannya kembali dan mengabaikan pria itu. “Cha, kamu belum jawab pertanyaan aku. Kenapa nangis? Indira bilang apa sama kamu? Dia nyakitin kamu?” tanya Elang membuat Chacha menepis tangan Elang dan menatap pria itu tajam.“Indira nggak pernah nyakiti aku. Tapi sebaliknya aku yang menyakiti Indira dengan sama kamu di sini. Keputusan aku udah bulat Lang, nggak seharusnya kita seperti ini. Aku harap ini pertemuan kita terakhir, aku nggak mau semakin menyak
“Good morning,” sapa Andrew ketika Chacha mulai bergerak dan membuka matanya.Chacha mengucek matanya dan berusaha membuka matanya secara sempurna. Andrew berbaring di sebalahnya sambil menopang kepalanya dengan tangannya dan menatapnya sambil tersenyum. Biasanya Chacha tak pernah menemukan Andrew ada di sampingnya ketika bangun, namun kini pria itu ada di sampingnya dengan rambut yang masih basah tanda bahwa pria itu baru saja selesai mandi.“Kau tak bekerja?” tanya Chacha.“Aku mau menunggumu bangun dan kita sarapan bersama. Aku merindukanmu, sudah lama sepertinya kita tak bersama dipagi hari seperti ini. Apa aku mengganggu tidurmu?” tanya Andrew lembut dan Chacha menggelengkan kepalanya.“Sudah jam berapa?” tanya Chacha lagi.“Jam sepuluh pagi, sepertinya kau sangat lelah belakangan ini karena selalu bangun siang. Maaf karena aku tak mengerti keadaanmu,” kata Andrew membuat Chacha meras
“Chacha udah pergi?” tanya Andrew pada sekretarisnya dan wanita itu menganggukkan kepalanya.Andrew berlari menuju lift untuk mencari kekasihnya itu. Andrew meninggalkan Eleanor yang masih terkulai lemas di ruangannya setelah bermain tiga jam. Saat ke depan Andrew melihat mobil milik Chacha.“Chacha di mana?” tanya Andrew pada supir dan pengawalnya itu.“Bukankah nyonya Chacha ada di dalam? Kami tidak ikut masuk karena kami pikir Nyonya bertemu denganmu Tuan. Kami datang setelah selesai pemotretan dari tadi, Nyonya belum ada keluar dari tadi,” jawab supir Chacha itu membuat Andrew berteriak kesal. Andrew menghubungi Chacha namun nomor wanita itu tidak aktif.“Cepat kalian cari dia sekarang! Temukan!” teriak Andrew.Pria itu masuk ke dalam dan menghubungi seluruh pengawalnya, Andrew juga menghubungi ke rumah untuk bertanya apakah Chacha ada pulang dan ternyata kekasihnya itu belum pulang ke rumah. Andr
Suasana saat itu terlihat sangat tegang, Indira masih saja menangis sambil menangkup wajahnya. Sedangkan dua orang yang ketahuan sedang berselingkuh ini duduk berdampingan di hadapan Indira. Elang hanya menggunakan boxernya dengan atasan tanpa menggunakan apapun.Sedangkan Chacha memakai kemeja putih milik Elang tanpa memakai dalaman apapun di dalamnya. Melihat Indira yang menangis membuat Chacha merasa bersalah, dari tadi Chacha menautkan tangannya karena gelisah.“Indira,” panggil Chacha pelan. Dari tadi baik Elang dan Chacha sudah berusaha memanggil Indira, namun wanita itu hanya diam dan menangis. Elang menahan Indira agar tidak pergi, maka kini mereka bertiga berada di ruangan televisi duduk saling berhadapan.Setelah cukup lama Indira menangis akhirnya wanita itu menghapus air matanya dan mulai menatap Chacha dan Elang yang ada di depannya secara bergantian. Wajah Indira terlihat sangat sembab, hatinya terasa sakit melihat suaminya bersama dengan wanita dari masa lalunya.“Sudah
“Tidak, dia nggak tahu aku di sini. Jangan sampai dia tahu aku disini, terutama tentang hubunganku dengan Elang. Aku mohon jangan beritahu dia, kalau dia tahu aku akan mati,” kata Chacha dengan takut. Indira terkejut melihat raut wajah ketakutan Chacha saat ini. “Tolong jangan kasih tahu Andrew, ini hanyalah sebuah kesalahan. Aku janji tak akan mengganggu hubungan kalian lagi, aku janji tak akan datang dikehidupan kalian lagi. Aku minta maaf Indira atas smeuanya, maaf sudah datang. Aku hanya mau bersenang-senang saja tak lebih. Aku akan pergi, aku tak akan mengganggu kalian lagi. Aku akan benar-benar hilang dalam kehidupan kalian,” kata Chacha tegas sambil bangkit berdiri. Namun Elang menahan tangan Chacha supaya wanita itu tak pergi.“Jangan pergi, aku nggak mau kamu pergi,” kata Elang.“Kamu gila Lang? Apa lagi yang kamu harapkan dariku? Ada Indira di sini, dia sedang hamil anakmu. Kalian sudah punya keluarga, bagaimana