Ahhhh nih 3 couple bener-bener bikin gemas ya! Bab super panjang... Lanjut double up gak nih? Kalau Vote dan komenan ramai mama tambahin 1 bab lagi ya hari ini 🔥
“Tidak Rey...”Reynard terkejut dengan jawaban Eleanor, pria tampan itu terdiam sesaat dan berkata pelan, “Kenapa sayang? Apa kamu masih denganku?”Tapi, jawaban Eleanor malah membuatnya tersenyum. “Bu-bukan itu, Aku masih sangat canggung, Rey,” jawab Eleanor terbata-bata, matanya menatap ke bawah, enggan bertemu pandang dengan pria yang kini resmi menjadi suaminya.Reynard mendekat, meraih dagu Eleanor dengan lembut, memaksa istrinya itu menatapnya. “Kamu tidak perlu canggung di hadapanku, sayang,” bisiknya lembut, lalu mencium bibir Eleanor semakin intens, dalam.Eleanor menggeliat sesekali karena sentuhan Reynard, tapi tidak menolak. "Apakah kamu tidak merindukanku?" tanya Reynard, suaranya parau dengan gairah yang tertahan.Wajah Eleanor memerah, tersipu malu. “Aku sangat merindukanmu, Reynard,” jawabnya pelan namun penuh kejujuran.Reynard menatap Eleanor penuh cinta, mencium wanita yang kini resmi menjadi istrinya. “Kalau begitu mari kita buktikan, mana yang lebih dominant, rasa
Di saat tiga pasangan romantis sedang memadu kasih di atas ranjang dengan panas, berbeda halnya dengan seseorang yang terlihat begitu ambisius di raut wajahnya.Di laboratorium Profesor Graaf, di salah satu ruangan yang dilengkapi fasilitas olahraga dan alat berat, Rafael sedang melakukan latihan untuk membentuk massa ototnya dan memperbaiki postur tubuhnya. Selama beberapa minggu terakhir, dia menghabiskan waktunya di tempat ini setelah menjalani operasi transplantasi.Rafael, dengan keringat mengalir di wajahnya, mengangkat barbel dengan konsentrasi tinggi. Otot-ototnya yang sudah mulai terbentuk tampak mengesankan di bawah pencahayaan ruangan. Seorang pelatih pribadi profesional, Marcus, berdiri di sampingnya, memberikan instruksi.“Ayo, Rafael, lima kali lagi! Kamu bisa melakukannya!” seru Marcus, matanya tajam mengamati setiap gerakan Rafael.Rafael mengerahkan seluruh tenaganya, mengangkat barbel hingga hitungan terakhir. “Ugh!” terdengar desahan berat dari mulutnya, barbel itu a
“Tuan muda, kenapa Anda hanya diam? Tolong jilati aku seperti biasa...” mohon Sara yang sudah membuka lebar kedua kakinya. Rafael menyeringai, mengaminkan apa yang di inginkan Sara, wanita yang berusia kisaran 30 tahunan, bertubuh sensual dengan kulit eksotik, rambut panjang berwarna blonde terurai di atas kasur, bongkahan payu-dara yang kenyal dan padat ia pijat memberikan ransangan sendiri untuk tubuhnya, “Yes, i like it, Rafael...”Rafael tersenyum, melakukan apa yang Sara minta. Dia merendahkan kepalanya, memasuki kedua paha Sara, menjilati area kewanitaan Sara dengan liar dan cepat. Sara menjerit dan mendesah sembari meremas dadanya sendiri.Lila yang melihat itu menjadi terangsang, lalu melumat payu-dara Sara. Dengan posisi naik di atas tubuh Sara, Lila berkata, “Aku juga, Rafael... Jilati aku!”Mulut Rafael berpindah, menjilati kewanitaan Lila dengan penuh gairah, sementara Sara dan Lila saling bergantian menyesap payu-dara mereka. Tangan Rafael tidak berhenti bekerja, merem
Mia tersenyum, paham akan keinginan Sara, ia menjulurkan lidahnya dan menjilati area kewanitaan Sara, “Oh damn! Enak Mia... More...”Lila yang merasa miliknya ikut berkedut pun seketika naik di atas wajah Sara dan mengarahkan miliknya, dengan posisi berhadapan dengan Rafael, “Sara membuka bibir bawah Lila dan memasukkan lidahnya, “Oh yes! Sara! Enak baby...”Rafael dan Lila yang saling berhadapan kembali saling melumat dengan liar, lidah mereka saling membelit. Kemudia pria yang kini hormon tidak terkendali itu menciumi dan menjilati bokong sintal Mia, “Damn! Apakah enak Mia?”Mia hanya bisa mengangguk, napasnya tersengal-sengal karena pikirannya terfokus dengan dua aktifitas gila yang membawa kenikmatan, “Lebih keras, Rafael... lebih keras!” jeritnya yang kembali merasakan miliknya di bawah sana siap meledak.Rafael mempercepat ritmenya, dorongannya semakin dalam dan kuat. Mia menjerit, tubuhnya gemetar hebat. “Oh, Rafael... aku aku...! Ah!” teriaknya, tubuhnya mengejang saat mencapa
Rafael masuk ke dalam ruangan dengan aroma yang begitu kuat dari obat-obatan dan antiseptik. Ruangan itu dipenuhi peralatan medis yang canggih, monitor-monitor yang berkilauan dengan data vital, dan cahaya putih terang yang memantul dari setiap permukaan logam. Di salah satu sudut, Profesor Graaf duduk, tersenyum puas melihat mahakaryanya melangkah masuk."Bagaimana setelah seks bersama tiga wanita sekaligus, Rafael? Apa kau merasa kelelahan?" tanya Profesor Graaf, matanya berbinar penuh antusias.Rafael menyeringai santai dan angkuh, melirik otot lengannya yang kekar. "Bukan masalah, prof," jawabnya dengan nada tenang namun penuh percaya diri.Profesor Graaf tertawa keras, suaranya menggema di ruangan itu. "Bagus, bagus sekali. Kau benar-benar luar biasa, Rafael."Profesor Graaf lalu memberi isyarat kepada asistennya untuk bersiap melakukan pemeriksaan. "Buka kembali seluruh pakaianmu dan masuk ke dalam tabung pemeriksaan," perintahnya dengan tegas.Rafael, tanpa ragu sedikit pun, me
Dua hari pun berlalu, kini di Hotel bintang lima milik Austin terlihat begitu ramai. Hotel tersebut berdiri megah di pusat kota dengan arsitektur yang menggabungkan gaya klasik dan modern. Lobi luasnya dihiasi dengan chandelier kristal yang menggantung elegan di langit-langit tinggi, sementara lantai marmer berkilau memantulkan cahaya, menciptakan suasana yang megah.Dinding-dindingnya dilapisi dengan panel kayu mahoni yang dipernis sempurna, dan ornamen-ornamen emas menambah kesan mewah. Karpet merah yang tebal membentang dari pintu masuk hingga ke setiap sudut lobi, memberikan kesan hangat dan mengundang.Para staf hotel bergerak dengan efisiensi tinggi, mengenakan seragam rapi berwarna hitam dan putih. Wedding organizer tampak sibuk mengatur dekorasi, bunga-bunga segar dalam warna pastel menghiasi setiap meja dan sudut ruangan, sementara kursi-kursi dengan hiasan pita emas ditempatkan rapi di sekitar panggung tempat resepsi akan berlangsung. Musik klasik lembut mengalun dari penger
Sehari sebelumnya, Rafael sudah diperbolehkan keluar dari laboratorium milik Profesor Graaf. Setelah semua pemeriksaan memberikan hasil sempurna. Rafael pun tanpa ragu meminta orang yang dapat ia percayai sebagai tangan kanannya. Di ruang kerja yang dipenuhi alat-alat ilmiah dan tumpukan dokumen, Rafael menatap tajam ke arah Profesor Graaf."Profesor, saya butuh seseorang yang bisa saya andalkan," Rafael berkata tegas, matanya memicing penuh harap.Profesor Graaf mengangguk perlahan, "Tentu, Rafael. Saya punya seseorang yang cocok. Namanya Dante, dia berasal dari Italia dan sudah terlatih dengan baik."Tak lama kemudian, seorang pria bertubuh tegap dengan rambut hitam pekat memasuki ruangan. Dia mengenakan setelan hitam yang rapi. Pria tersebut berdiri tegak, menatap Rafael dengan penuh hormat."Dante, ini Rafael. Mulai sekarang, kamu akan bekerja untuknya," Profesor Graaf memperkenalkan.Dante menundukkan kepala sedikit, matanya menatap Rafael dengan penuh keyakinan, "Saya siap dianda
Arion melirik ke arah foto yang diberikan oleh Rafael, melihat sekilas dan mengerutkan kening. "Maaf, saya harus membawa istri saya untuk beristirahat," katanya tegas. Arion merasakan Emily memegang tangannya dengan kuat, bahkan saat ini wajahnya pucat dan cemas.Tanpa menunggu jawaban Rafael, Arion berlalu membawa Emily menuju kamar hotel mereka, ia tidak peduli dengan sosok pria yang baru saja ia temui, meskipun saat ini dalam pikirannya penuh tanda tanya besar.Rafael mengamati dengan senyum smirk melihat punggung Arion yang membawa kabur istrinya dengan raut wajah gusar. “Ini baru permulaan!” gumamnya dalam hati. Ia lalu menganggukkan kepala kepada Dante, memberikan sinyal untuk tetap mengawasi situasi.Sesampainya di kamar presidential suite, Arion membuka pintu dan langsung memeluk erat tubuh Emily. "Sayang? Kamu baik-baik saja?" tanyanya khawatir.Emily tidak kunjung berbicara sepanjang perjalanan, wajahnya terlihat pucat dan pikirannya seperti teralih ke tempat lain. Arion sek
Di pagi yang cerah di taman mansion mereka, Emily berdiri mengawasi dua buah hatinya, Asher dan Aria, yang tengah berlari-lari dengan riang. Suara tawa mereka membahana di udara yang masih terasa dingin."Asher, Aria, hati-hati sayang!" seru Emily dengan nada lembut, memastikan mereka tetap aman.Di balik jendela, Arion memperhatikan pemandangan itu sambil tersenyum. Ia baru saja selesai membuat secangkir coklat hangat, tak ingin istrinya kedinginan, ia mengambil cardigan, kemudian ia berjalan menuju Emily, yang masih terpaku melihat kedua anak mereka bermain.Dengan penuh kehangatan, Arion meletakkan cardigan di pundak Emily dan memeluknya lembut dari belakang dengan satu tangannya. "Di luar masih dingin, sayang," bisiknya sambil menyodorkan segelas coklat hangat yang baru saja ia buat.Emily tersenyum manis, menerima coklat hangat itu, “Thank you, sayang.”Kehangatan tidak hanya datang dari minuman di tangannya, tetapi juga dari pelukan suaminya yang selalu penuh kasih.Arion kemudi
Bab 258Malam ini, hotel bintang lima milik Harold Grup terlihat sangat ramai. Di depan pintu masuk, mobil-mobil mewah berjejer rapi, memberikan kesan glamor dan elegan. Pengamanan tingkat tinggi juga diperlihatkan oleh kehadiran banyak pria berkemeja hitam di sekeliling hotel, memastikan semua tamu merasa aman dan nyaman. Tidak sembarang orang bisa keluar masuk hotel malam ini, karena ada sebuah acara istimewa yang diselenggarakan di salah satu ballroom mewahnya.Di ballroom yang luas dan penuh dekorasi ceria itu, tiga pasangan suami istri berkumpul untuk merayakan momen yang telah mereka nantikan. Anak-anak mereka, yang semuanya lahir di hari yang sama setahun yang lalu, akan merayakan ulang tahun pertama mereka bersama. Balon berwarna-warni dan hiasan berbentuk bintang dan bulan menghiasi setiap sudut ruangan, sementara lampu-lampu gantung kristal memberikan kesan mewah yang tak terlupakan. Di tengah hiruk-pikuk tawa dan senyum, ketiga pasangan ini, Arion dan Emily, Reynard dan Ele
Bab 257Emily tertawa mendengar cerita Eleanor dan Cecilia, ia tidak menyangka ada kejadian lucu seperti itu.Tentu saja cerita bagian ranjang baik Cecilia maupun Eleanor skip, karena mereka terlalu malu untuk cerita terang-terangan di depan suami mereka.“Lalu bagaimana denganmu, Em?”“Ah, kalau aku tahu saat Check up terakhir kali itu,” ujar Emily dengan senyum merekahnya.Eleanor dan Cecilia memeluk Emily, “Kami sangat bahagia mendengarnya, Em.”Emily dengan mata berkaca-kaca mengangguk, “Aku juga turut bahagia buat Kak Cecil dan kamu Lea.”“Ck pantas saja baumu seperti perempun, Fel!” celutuk Reynard melihat ke arah Felix.“Sial!”Suara tawa menghiasi ruangan.“Eh tapi Kak Cecil tidak masalah dengan parfum nya Rey atau Arion kan?” tanya Eleanor cepat.Cecilia mengerutkan keningnya, “Uhm sedari tadi tidak ada masalah sih, bahkan gak ada perasaan mual.”“Sa-sayang? Jangan bilang hanya aku?”Cecilia mengangguk mantap, “Sepertinya sayang…”“Mau coba bro?” ujar Arion kepada Felix.Felix
Bab 256Berbeda pula dengan cerita lucu Cecilia dan Felix, sehari sebelum keberangkatan ke Jerman, Cecilia dan Felix yang baru pulang dari kantor.Tetiba kepala Cecilia terasa pusing dan ia mual saat mencium berjalan di sisi Felix, “Sayang, kenapa bau kamu sangat aneh.”Felix mengerutkan keningnya, ia mengangkat kedua tangannya bergantian, mencium aroma tubuh di bagian lipatan lengannya, bahkan ia mencium jasnya.“My smells good, lova.” Protes Felix yang memang merasa aroma tubuhnya tidak ada yang aneh.Ia menarik lembut tangan Cecilia agar mencium aroma tubuhnya, “No, serius itu gak enak banget.” Tolak Cecilia yang menjauh dari Felix.“Oh my Cecil!” Ia segera memutar arah tujuannya.“Mau kemana sayang?” tanya Cecilia begitu melihat suaminya memutar jalur.“Kamu yang bantu pilihkan parfum, dan aku akan pakai parfum yang kamu pilih sayang,” ujar Felix mengalah, mengganti parfum kesukaannya selama dua tahun ini.Apalah parfum jika ia tak bisa memeluk istrinya bukan?Cecilia tersenyum da
Bab 255Sontak ke empatnya menoleh dan menatap Arion dan Emily, “Aku juga bakal jadi Ayah Bro!!!” seru Reynard dan Felix bersamaan.“What....???”Bukan hanya Arion dan Emily yang terkejut, bahkan Reynard dan Eleanor pun terkejut, begitu juga Felix dan Cecilia.Ketiga pasangan pengantin baru ini saling melihat satu sama lain, dan akhirnya tertawa bersama-sama, “What’s going on Bro!” seru Reynard tak percaya. Merasa takjub dengan kabar luar biasa ini.“Oh my!” Emily, Cecilia dan Eleanor saling menatap, kedua tangan mereka saling mengulur, seolah mereka saling berpegangan tangan dari jauh.Bagaimana bisa mereka bisa hamil secara bersamaan seperti ini?“Kapan kamu tahu kalau kamu mengandung, Em?” tanya Eleanor kepada sahabatnya itu.“Tiga hari lalu, kalau kamu, Lea? Kak Cecil juga kapan tahu kalau kak Cecil hamil?” Emily bertanya dengan mata berbinar-binar.“Dua hari yang lalu, Em...” jawab Eleanor yang lalu menceritakan kejadian lucu saat ia mengetahui dirinya hamil.“Kalau aku kemarin,
Bab 254Di mansion milik Arion dan Emily terlihat meja panjang yang sudah di penuhi dengan hidangan yang mengugah selera, mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama hingga pencuci mulut.Hari ini beberapa koki terkenal Arion panggil untuk menyajikan hidangan hari ini, hal itu pun karena sang istri keras kepala ingin ikut terjun langsung ke dapur. Mau tidak mau Emily mendengar apa kata Arion, dia hanya menjadi mandor dan bertugas untuk mencicipi makanan yang akan di hidangkan.Bersyukur morning sick seperti kehamilan pertamanya tidak muncul sama sekali atau belum? Entahlah. Tapi selama beberapa hari ini, Emily tidak merasakan mual sama sekali.Tentu saja, Arion dengan keras melarang Emily untuk mengerjakan hal yang melelahkan, “Lihat sayang, semua beres ‘kan?” uajr Arion puas melihat seluruh hidangan yang tersaji.“Iyah... Terima kasih sayang.” Emily memeluk sang suami dengan perasaan bahagia. Arion sendiri mengecup puncak kepala Emily.“No problem, sayang.”Drrzzz DrzzzPonsel Emily
Tiga hari pun berlalu, saat ini Felix dan Cecilia sudah berada di private jet, tepatnya di private room, kedua pasangan suami istri ini sedang berbagi peluh di atas langit.“Oh Fel... Geli sayang...” desis Cecilia saat Felix memainkan klit nya dan meremas kedua payudaranya.Erangan Cecilia membuatnya semakin bersemangat, pria tampan itu berhenti menyesap area intim Cecilia dan kembali berlutut, menghujam liang kewanitaan Cecilia.“Ah! Fel!” Cecilia kembali menjerit dan mendesah kuat saat Felix berpacu dengan dengan cepat. Menghujam inti tubuhnya dengan dalam dan kuat. Wanita cantik melengkungkan pinggangnya.Felix kembali melepaskan penyatuan mereka, kemudian kembali menyesap inti tubuh Cecilia yang basah dengan cairan cinta mereka.“Euhm, Ngh... Fel... Sayang...” Cecilia meremas rambut lebat Felix dan menaikkan bokongnya, bukannya berhenti, felix memasukkan lidahnya jauh kedalam dan memainkan liang kewanitaan sang istri, bergerak keluar masuk, dan jarinya memainkan klit Cecilia.“Sa-s
Bab 252Malamnya di Jerman, pasangan suami istri yang tengah berbahagia itu mendatangi mansion utama keluarga Harold.“Hai sayang, kamu terlihat makin cantik,” Bella menyambut putri menantunya dengan begitu antusias.Emily tersenyum dan membalas pelukan hangat mama mertuanya yang begitu menyayanginya, “Thank you mom, mommy juga selalu cantik!”Austin pun menyambut putri menantunya itu dengan pelukan ringan, mengusap puncak kepala Emily penuh sayang.Arion memeluk sang mommy dengan wajah berbinar-binar, “Sepertinya wajahmu menyilaukan mata mommy, Yon!” goda Bella kepada sang putra.“Hmm, benar love, lihat putraku ini! Semenjak masuk dia terus tersenyum lebar!”Emily tertawa kecil dan memeluk suaminya dari samping, “Bagaimana yank?”Arion mengusap punggung sang istri lalu melihat kedua orang tuanya, “Ayo mom, dad kita ke dalam, ada sesuatu yang ingin Arion dan Emily katakan.”“Hahh... Kamu buat mommy penasaran!”“Ayo sayang,” Austin merangkul sang istri dan berjalan masuk, di susul Ario
Felix dan Cecilia membersihkan sisa percintaan mereka, dengan lembut Felix membersihkan area intim sang istri dan membantu Cecilia mengenakan pakaian, “Aku bisa sendiri sayang.”Cecilia mengecup pipi Felix penuh cinta, perasaan gundah gulana dan kesepiannya kini lenyap, ia memang masih terlalu gengsi untuk melontarkan apa yang ada di dalam hatinya, tapi melihat Felix yang seperti ini, membuat dirinya merasa bersalah.“Setelah ini kita sama-sama cari penggantimu, hmm?” ujar Felix sembari memasang kancing terakhir di kemeja Cecilia.“Iya sayang.”Sepuluh menit Cecilia merapikan kembali make up nya, ia memoles cusion dan lip cream di bibirnya yang ranum, warna glossy yang membuat efek bibir nya terlihat semakin seksi.Sedangkan Felix sendiri sudah rapi sedari tadi, ia saat ini duduk dengan santai di sofa sambil membaca kembali curiculum vitae para pelamar.Pria tampan itu tersenyum menyambut Cecilia yang datang dengan secangkir cappucinno hangat di tangannya, “”Thank you, lova.”“You’re