Beberapa menit sebelumnya, Cecilia yang tengah menunggu Felix di dalam mobil, membuka-buka artikel tentang cara menjalin hubungan semakin intin dan mencari beberapa tips untuk membahagiakan pasangan. Dan soalnya semua website yang ia buka memberikan ide tentang hal nakal yang di sukai oleh pria, “Oh my? Apa aku harus juga memberikan kejutan kecil seperti ini untuk Felix? Tapi aku benar-benar malu!” “Tapi dari kemarin aku sudah mnejahilinya dan membuatnya khawatir, huft… Aku hanya ingin membuatnya senang dengan tindakan kecilku.” Gumamnya sambil menggigit bibir bawahnya. Bip bip bip Cecilia melihat ponselnya dan tersenyum membaca pesan dari Felix, ‘Sayang, aku mungkin sedikit terlambat, please jangan marah dan tunggu aku.’ Wanita cantik itu memilih tidak membalas pesan yang dikirimkan oleh Felix dan melanjutkan apa yang tadi hendak ia ingin lakukan. “Ok Cecil! Sekarang atau tidak sama sekali!” gumamnya meneguhkan hatinya. Tapi sebelum itu ia memastikan semua pintu mobil sudah ter
Suara desahan tertahan Cecilia terus saja lolos dari bibir tipisnya, tubuhnya terus menggeliat merasakan sensasi liar yang pertama kali ia rasakan. “Fel… Ra-rasanya aneh… Ah!” Felix menyapu lidahnya di inti tubuh Cecilia, daging kecil yang berwarna pink terus menggodanya untuk ia isap tiada henti, di gelitiknya membuat Cecilia semakin menggelinjang. “Kenapa tubuhnya sangat sensitive seperti ini? Dan ini benar-benar menggairahkan!” batinnya yang tidak mengehtnikan aktifitasnya. Ia menaikkan pinggul Cecilia, membuat tubuh bagian atas Cecilia jauh lebih tinggi, alhasil membuat lidah Felix bisa bergerak semakin bebas masuk ke dalam liangnya. "Oh my! Felix! Ah!” Cecilia menjerit, kedua tangannya memegang kulit jok mewah marcedes benz tersebut untuk menahan gelanyar aneh di sekujur tubuhnya. “Ini sangat wangi dan manis, Cecil! Milikmu sudah sangat basah!” “Fel… akuh… merasa aneh di bawah sana! Ah!” Cecilia mengangkat tinggi pinggulnya, ia merasa desakan aneh di inti tubuhnya, semakin
Dua hari berlalu, semua persiapan untuk proses transpalasi Rafael telah selesai di siapkan oleh Profesor Graaf di laboratorium pribadinya. Saat ini Rafael tengah bersiap bersama Naina yang akan mendampinginya selama beberapa hari di laboratorium sebelum Rafael menjalani operasi. “Apa Martin yang akan mengantar kami ke laboratorium Profesor Graaf, pa?” tanya Rafael kepada Fabio. “Orang dari Profesor Graaf yang akan menjemput kalian, karena operasi kamu nantinya bukan di laboratorium yang pernah kamu datangi.” Jawab Fabio. “Baik Pa.” jawab Rafael. “Naina, apa semua barang-barang Rafael sudah kamu siapkan?” tanya Fabio beralih ke Naina yang berdiri di belakang Rafael, mengenakan baju perawat yang press body membuat lekukan tubuh Naina terbentuk dengan jelas. Naina tersenyum, “Sudah Tuan besar.” “Hmm, baiklah. Perhatikan semua keperluan Rafael di sana. Dan jika Profesor memintamu untuk kembali, hubungi Martin untuk menjemputmu.” “Baik Tuan besar.” Tidak lama kemudian, mini van ber
Dua jam berlalu begitu saja, dan selama satu jam itu Naina berhasil mengambil beberapa gambar foto jalanan yang mereka lewati dengan kamera super canggih miliknya, dan hasil foto tersebut langsung sampai kepada rekannya untuk melacak lokasinya secara realtime. Karena dosis obat yang di berikan Naina tidaklah banyak, maka pria yang Ia jebak saat ini tidak merasakan apapun dan hanya berpikir jika nafsu birahinya lah yang telah berpacu saat ini karena melihat tubuh seksi Naina. Dan berkat itu pula ia benar-benar bisa merayu pengawal tersebut. “Jika tuan menginginkan bantuanku, panggil saja aku.” Ujar Naina sambil menyerahkan nomor ponselnya. Setelah pakaiannya rapih dan tak ada jejak perbuatannya tadi, karena hanya ia yang tahu jika tuan mudanya itu bisa melihat. Ia segera menoleh dan mengusap lembut lengan Rafael, “Tuan muda, bangun. Kita akan segera tiba…” ucapnya pelan. Namun, di saat itu pula ia menyuntikkan penawar obat tidur di lengan Rafael. “Tuan muda…?” ia melepaskan handfr
Di kamar apartment milik Felix, terlihat seorang wanita cantik yang baru saja bangun dari tidurnya.Ya, Cecilia sudah dua hari ini tidur di apartment Felix selama ia berada di Berlin, Jerman.Wanita cantik itu tersenyum manis saat melihat wajah Felix yang masih tertidur lelap. Pria tampan itu memeluknya dengan manja dan posesif.Cecilia menaikkan tangannya dan mengusap wajah Felix, ia tidak menyangka dalam dua hari ini Felix benar-benar memegang kata-katanya jika ia tidak melakukan hal lebih dari itu.Meskipun semalam mereka hampir saja kelepasan saat Cecilia beberapa kali mendapatkan puncak orgasme ketika Felix melayaninya dengan mulut dan jari-jari pria itu.Cecilia yang telah di penuhi gairah memegang milik Felix dan bermain di milik pria itu.Namun, Felix dengan kesadaran penuh menatap wajah kekasihnya dan berkata dengan suara beratnya, “Sayang, jika kamu belum mengizinkan aku, please jangan menyentuhnya, aku tidak mau melakukannya sebelum kamu benar-benar yakin padaku.”Kata-kata
“Hem, ayo katakan pada mereka,” ucap Cecilia pelan. Deg! Felix lagi-lagi di buat terkejut dengan penurutan kekasihnya itu, ia mengurai pelukannya dan meraih wajah Cecilia, menangkupnya dan menatap manik indah wanitanya itu. “Apa aku tidak salah dengar, Cecil?” Cecilia menyunggingkan senyuman di wajah manisnya dan mengangguk pelan, “Iya, aku tidak akan menutupi hubungan kita lagi dari orang tua dan orang-orang.” Seperti ada kembang api yang baru saja meledak di dada Felix-bergemuruh, namun ia berusaha bersikap setenang mungkin dan memeluk Cecilia dengan penuh cinta. “Terima kasih sayang.” “Bagaimana kalau kita siap-siap sekarang?” usul Cecilia. Cup! Feli mengecup kening Cecilia dan turun dari tempat tidur, “Ayo sayang.” Serunya semangat dan menarik lembut tangan Cecilia, membantu Cecilia untuk bangun. Cecilia tertawa kecil dan duduk di atas kasur, memperbaiki rambutnya dan berkata, “Kamu mandi duluan Fel, biar aku buat sarapan dulu.” Tanpa aba-aba, Felix membungkuk dan meraih
Di perjalanan tadi, Felix dan Cecilia menyempatkan diri untuk sarapan di salah satu restaurant. Bukan hanya sekedar sarapan biasa, karena tenaga mereka pagi ini benar-benar terkuras.Cecilia memakan sarapan paginya sangat lahap, begitu juga dengan Felix. Hal yang membuat Felix sangat menyukai melihat Cecilia yang tidak pernah gengsi saat makan bersama dirinya.Kekasihnya itu tidak menjaga imagenya, menjadi wanita apa adanya.“Sudah kenyang sayang?” tanya Felix sembari mengecup punggung tangan Cecilia yang sedari tadi tidak ia lepaskan. Hanya menggunakan satu tangan ia mengemudikan mobil marcedes benz miliknya.Cecilia mengangguk pelan, “Sangat!” jawabnya sembari menyunggingkan senyuman manis di wajah cantiknya.Dua puluh lima menit pun berlalu, karena jarak Restaurant yang mereka singgahi tadi tidak jauh dari kediaman orang tua Cecilia, Kenan dan Siska.Pintu gerbang besar terbuka lebar secara otomatis saat mereka tiba. Salah satu security keamanan menyapa mereka dengan memberi hormat
Usai Siska berkata seperti itu terdengar suara derap langkah terburu-buru. “Papa dan mama di mana?” tanya Reynard kepada pelayan rumah yang ia lewati.“Tuan dan Nyonya ada di ruang keluarga.”“Ok!” sahut Reynard sambil menarik lembut tangan kekasihnya.“Rey, kamu yakin?” Eleanor menatap punggung Reynard.Reynard berhenti dan menunggu langkah Eleanor agar mereka sejajar. “Sangat yakin, Lea! Aku akan katakan kepada Papa dan Mama, setelah itu kita pergi ke Ayah dan Ibu kamu, hmm?”Eleanor tersenyum dan mengangguk, “Hmm, terserah kamu saja.”Reynard mengedipkan matanya dan mereka kembali jalan menuju ruang keluarga mansion bergaya Modern Klasik ini.Reynard membuka pintu, “Pa, ma.”Kenan dan Siska menoleh ke asal suara, dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Eleanor yang tengah berpegangan tangan dengan putra mereka.“Iya Rey? Dan ada Lea? Halo sayang.” Sahut Siska dan menyapa Eleanor dengan senyuman merekah.“Pagi aunty, pagi uncle.” Eleanor menyapa Kenan dan Siska.“Pagi, Lea.” Jawa