Pria tampan itu menyisipkan anak rambut Eleanor ke belakang telinganya, Reynard terdiam beberapa saat dan berkata, “Eleanor, maukah kamu menjadi kekasihku?” Eleanor tersipu dan tersenyum lembut, “Tentu saja, Rey.” Reynard menekan kepala belakang Eleanor , membuat wajah mereka tak berjarak. Reynard kembali melumat bibir kekasihnya itu dengan lembut. Di sesapnya bibir bawah Eleanor, dan wanita cantik itu membalasnya dengan melumat bibir atas Reynard. Mereka berciuman dan saling melumat cukup lama. Suara decapan dan desahan kecil terdengar semakin menuntut, Reynar melepaskan lumatannya dan berkata. “Apa ada cara mencegahmu pergi, sayang?” Eleanor menaikkan tangannya dan membersihkan sudut bibir Reynard, “Hmm, sepertinya tidak bisa karena kalau Ayah sudah menyuruhku pergi, artinya aku harus pergi.” “Ok, ini juga akan menjadi ajang pembuktianku ke Uncle dan Ayah bahwa aku serius denganmu.” Ujar Reynard tegas. “Ududuhhh… Yang lagi serius nih…” Eleanor menggoda kekasih itu. “Sayanggg…
Jam dua siang, Emily terbangun dari tidurnya. Setelah keliling rumah tadi, ia dan Arion memilih istirahat sejenak, dan akhirnya mereka tertidur pulas.Dan saat ia membuka mata, ia tidak melihat Arion di sampingnya. “Yon?” panggilnya. Tapi taka da sahutan dari suaminya itu.Ia bangun dan menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, matanya mulai meneliti ruangan yang terasa asing baginya.Matanya menyipit, rasa takut mulai menyeruak ke dalam dirinya, “Sayang!!” Emily kembali memanggil Arion.“Yon?? Kamu dimana? Jawab aku!”Emily bersandar di headboard ranjang, dan terus memanggil nama suaminya itu. Dan saat ia hendak turun dari ranjang terdengar pintu terbuka, dan hal itu membuat Emily bernapas lega, “Kamu dari mana say—”Kedua bola mata Emily membelalak, nafas terasa berhenti melihat sosok yang baru saja masuk ke dalam kamar dan melangkah semakin dekat dengannya, “Ra… Raul! Ba… bagaimana bisa kamu disini!”“Hai Emily sayang, kamu sudah bangun?”“Pergi! Pergi! Di mana Arion? Di mana suam
Kurang lebih sudah satu jam Cecilia berada di dalam ruangan Ayahnya—Kenan. “Apa masih ada yang kamu perlukan, sayang?” tanya Kenan lembut kepada putrinya itu.Cecilia berdehem, “Apa Ayah yakin Lea pergi denganku? Lalu bagaimana si Rey?”Kenan menangangguk pelan, “Iya sayang, Ayah dan Ibumu ingin adik laki-lakimu itu bertanggung jawab dan kami ingin melihat keseriusannya.”“Apa Cecilia tahu untuk apa dia dikirim?”“Tidak, uncle Max mu hanya mengatakan jika Lea harus membuka salah satu cabang di sana, dan kamu yang akan mendampinginya. Jadi Ayah minta bantuanmu, hmm?” tanya Kenan dengan lembut.“Baiklah kalau itu keinginan Ayah.” Ucap Cecilia, dia melihat jam tangannya, “Pasti dia sudah pulang ‘kan? Tidak mungkin dia menunggu karena aku sudah terlalu lama di sini.” Batinnya.“Ada apa, Cil?” tanya Kenan yang melihat putrinya itu gelisah. Kenan yang merawat Cecilia sejak berusia dua tahun sangat mengenal putri kesayangannya itu.Ia menyayangi Cecilia layaknya anak kandungnya sendiri. Bahk
“Jadi?” tanya Felix yang melihat Cecilia masih berdiam diri.“Uhm, baiklah, aku ingin pergi ke sebuah toko minuman. Aku sempat melihatnya di insta, dan membuatku penasaran ingin mencoba begitu tiba di Berlin.”Felix tersenyum, “Katakan di mana?”Cecilia mengatakan nama Brand Coffe Shop tersebut dan arah jualannya, “Tapi sepertinya dis ana sangat ramai, aku tidak tahan kalau harus menunggu lama," ucap Cecilia dengan nada polos, “Apa gak usah, Fel.”“Hmm, aku sudah tahu yang kamu maksud, dan tidak perlu khawatir. Biar aku yang turun, kamu tunggu saja di mobil.” Ujar Felix dan melajukan kendaraannya.Setelah menempuh perjalanan yang cukup padat karena bersamaan dengan waktu jam sibuk, kurang lebih tiga puluh menit akhirnya mereka tiba di Coffee Shop yang Cecilia maksudkan. “Apa ini?” tanya Felix dan adiangguki oleh Cecilia.“Iya,”“Kamu mau yang mana? Kirim nama minumannya ke pesan chat biar gak salah.”Cecilia tersenyum canggung, “Ah itu, aku gak tahu Fel. Sorry.”“Ya sudah tunggu di s
Cecilia melangkah lebih dulu menghampiri pria yang ada di depan sana, Felix mengikuti langkah Cecilia.“Felix, kenalkan ini temanku, namanya Michael.”“Dan Michael, kenalkan teman adikku, Felix.”Michael mengulurkan tangannya kepada Felix, meskipun dada Felix saat ini rasanya ingin meledak mendengar cara Cecilia memperkenalkan dirinya, ia berusaha menahan diri. “Dari mana Cecilia mengenal pria dewasa seperti ini? Tidak mungkin pria ini teman kuliah Cecilia ‘kan?” pikiran Felix berkecamuk."Apa seperti ini selera Cecil?" Ia menerima uluran tangan pria yang bernama Michael itu.“Oh ini teman adik kamu,” seru Michael kepada Cecilia dengan santai usai berjabat tangan dengan Felix.“Hem,” jawab Cecilia singkat.“Ayo kita ke Restaurant Hello, aku sudah reservasi di atas.” Seru Michael yang ingin menarik tangan Cecilia namun dengan cepat Felix mengambil tangan Cecilia terlebih dahulu. Membuat Cecilia melihat ke arah Felix, “Sayangnya aku sudah memesan tempat lebih dulu.” Ucapnya tegas tid
“Amsterdam?” gumam ulang Felix mendengar ucapan Cecilia.“Iya, kami harus mengurus proyek baru milik Ayah.” Jawab Cecilia.“Apa ini yang membuat Reynard panik tadi siang?” batin Felix.Ia tidak dapat lagi mengatakan apa-apa untuk saat ini. Ia hanya mengangguk pelan, tanda ia mengerti.Felix ikut mendengarkan penjelasan Michael kepada Cecilia mengenai apa saja yang akan mereka lakukan begitu tiba di Amsterdam.Sedangkan Arion dan Emily saat ini tengah dalam perjalanan menuju mansion utama—Austin Harold. Arion berhasil membujuk Emily agar ikut terapi psikis untuknya, karena kejadian tadi bisa saja menjadi lebih buruk dan berbahaya bagi kesehatan janinnya.Arion sendiri ingin berbicara hal penting kepada Austin tentang keadaan keluarga Raul dan Tasha.“Semua akan baik-baik saja sayang, aku janji akan selalu mendampingimu saat terapi.” Ucap Arion lembut sembari mengecup punggung tangan istrinya itu.Emily mengangguk dan tersenyum, “Terimakasih sayang.”Ia tertunduk lemah, “Maaf sudah men
Selesai berbicara dan menghabiskan waktu bersama Bella dan Austin, Arion membawa istrinya dengan hati-hati menuju paviliun. Di perjalanan Arion yang merangkul istrinya, melihat istrinya itu terus mengulas senyum tipis, tangannya naik ke atas dan mengusap pipi Emily, “Ada apa sayang?” tanyanya lembut. Emily menoleh dan memeluk pinggang Arion dengan manja, “Aku tidak sangka Bosku yang yang selama ini aku datangi di paviliunnya menjadi suamiku.” Arion terkekeh dan memeluk balik istrinya itu, menangkup wajah cantik Emily dengan penuh cinta. “Maaf sudah membuatmu kesulitan saat itu, hmm.” Emily menggeleng pelan, “Hmmm,” Cup! Arion mengecup kening Emily, “Karena itu, aku akan menebusnya seumur hidupku dengan mencintaimu sayang.” Emily terkekeh pelan, “Aku juga hanya mencintaimu seumur hidupku!” “Yak… sayang!” Pekik Emily saat kedua kakinya sudah melayang keatas, Arion sudah menggendongnya ala bridal. Emily melingkarkan tangannya dan menciumi bibir suaminya, “Love you so much, Yon
“Berhasil? Apa yang berhasil?” tanya Arion bingung. “Coba suap dan makan lagi, sayang.” Pinta Emily semangat. Melihat sang istri menjadi semangat seperti itu, tentu saja Arion langsung kembali menyuapi dirinya, meskipun ia bingung kenapa dia tadi tiba-tiba merasa mual parah seperti tadi, dan mual itu hilang saat Emily menciumnya. Arion kembali memasukkan satu sendok suapan besar ke mulutnya, ia kembali mengerutkan wajahnya karena menahan rasa mual. Emily kembali menciumi suaminya dan memasukkan lidahnya, ia kembali memindahkan setengah makanan dari mulut suaminya ke mulutnya. Dengan mulut penuh ia berkata, “Coba kunyah sayang.” Lalu ia juga ikut mengunyah makanan yang ada dimulutnya. Arion mengikuti kata Emily, ia perlahan mengunyah dan rasa aneh yang tadi membuatnya mual tiba-tiba hilang. “Rasa mualnya hilang ‘kan sayang?” tanya Emily semringah melihat wajah Arion. Arion mengangguk pelan, “Kamu juga?” “Hu’um. Nih aku makan.” Ujarnya setelah menelan makanan yang ada di mulutny
Di pagi yang cerah di taman mansion mereka, Emily berdiri mengawasi dua buah hatinya, Asher dan Aria, yang tengah berlari-lari dengan riang. Suara tawa mereka membahana di udara yang masih terasa dingin."Asher, Aria, hati-hati sayang!" seru Emily dengan nada lembut, memastikan mereka tetap aman.Di balik jendela, Arion memperhatikan pemandangan itu sambil tersenyum. Ia baru saja selesai membuat secangkir coklat hangat, tak ingin istrinya kedinginan, ia mengambil cardigan, kemudian ia berjalan menuju Emily, yang masih terpaku melihat kedua anak mereka bermain.Dengan penuh kehangatan, Arion meletakkan cardigan di pundak Emily dan memeluknya lembut dari belakang dengan satu tangannya. "Di luar masih dingin, sayang," bisiknya sambil menyodorkan segelas coklat hangat yang baru saja ia buat.Emily tersenyum manis, menerima coklat hangat itu, “Thank you, sayang.”Kehangatan tidak hanya datang dari minuman di tangannya, tetapi juga dari pelukan suaminya yang selalu penuh kasih.Arion kemudi
Bab 258Malam ini, hotel bintang lima milik Harold Grup terlihat sangat ramai. Di depan pintu masuk, mobil-mobil mewah berjejer rapi, memberikan kesan glamor dan elegan. Pengamanan tingkat tinggi juga diperlihatkan oleh kehadiran banyak pria berkemeja hitam di sekeliling hotel, memastikan semua tamu merasa aman dan nyaman. Tidak sembarang orang bisa keluar masuk hotel malam ini, karena ada sebuah acara istimewa yang diselenggarakan di salah satu ballroom mewahnya.Di ballroom yang luas dan penuh dekorasi ceria itu, tiga pasangan suami istri berkumpul untuk merayakan momen yang telah mereka nantikan. Anak-anak mereka, yang semuanya lahir di hari yang sama setahun yang lalu, akan merayakan ulang tahun pertama mereka bersama. Balon berwarna-warni dan hiasan berbentuk bintang dan bulan menghiasi setiap sudut ruangan, sementara lampu-lampu gantung kristal memberikan kesan mewah yang tak terlupakan. Di tengah hiruk-pikuk tawa dan senyum, ketiga pasangan ini, Arion dan Emily, Reynard dan Ele
Bab 257Emily tertawa mendengar cerita Eleanor dan Cecilia, ia tidak menyangka ada kejadian lucu seperti itu.Tentu saja cerita bagian ranjang baik Cecilia maupun Eleanor skip, karena mereka terlalu malu untuk cerita terang-terangan di depan suami mereka.“Lalu bagaimana denganmu, Em?”“Ah, kalau aku tahu saat Check up terakhir kali itu,” ujar Emily dengan senyum merekahnya.Eleanor dan Cecilia memeluk Emily, “Kami sangat bahagia mendengarnya, Em.”Emily dengan mata berkaca-kaca mengangguk, “Aku juga turut bahagia buat Kak Cecil dan kamu Lea.”“Ck pantas saja baumu seperti perempun, Fel!” celutuk Reynard melihat ke arah Felix.“Sial!”Suara tawa menghiasi ruangan.“Eh tapi Kak Cecil tidak masalah dengan parfum nya Rey atau Arion kan?” tanya Eleanor cepat.Cecilia mengerutkan keningnya, “Uhm sedari tadi tidak ada masalah sih, bahkan gak ada perasaan mual.”“Sa-sayang? Jangan bilang hanya aku?”Cecilia mengangguk mantap, “Sepertinya sayang…”“Mau coba bro?” ujar Arion kepada Felix.Felix
Bab 256Berbeda pula dengan cerita lucu Cecilia dan Felix, sehari sebelum keberangkatan ke Jerman, Cecilia dan Felix yang baru pulang dari kantor.Tetiba kepala Cecilia terasa pusing dan ia mual saat mencium berjalan di sisi Felix, “Sayang, kenapa bau kamu sangat aneh.”Felix mengerutkan keningnya, ia mengangkat kedua tangannya bergantian, mencium aroma tubuh di bagian lipatan lengannya, bahkan ia mencium jasnya.“My smells good, lova.” Protes Felix yang memang merasa aroma tubuhnya tidak ada yang aneh.Ia menarik lembut tangan Cecilia agar mencium aroma tubuhnya, “No, serius itu gak enak banget.” Tolak Cecilia yang menjauh dari Felix.“Oh my Cecil!” Ia segera memutar arah tujuannya.“Mau kemana sayang?” tanya Cecilia begitu melihat suaminya memutar jalur.“Kamu yang bantu pilihkan parfum, dan aku akan pakai parfum yang kamu pilih sayang,” ujar Felix mengalah, mengganti parfum kesukaannya selama dua tahun ini.Apalah parfum jika ia tak bisa memeluk istrinya bukan?Cecilia tersenyum da
Bab 255Sontak ke empatnya menoleh dan menatap Arion dan Emily, “Aku juga bakal jadi Ayah Bro!!!” seru Reynard dan Felix bersamaan.“What....???”Bukan hanya Arion dan Emily yang terkejut, bahkan Reynard dan Eleanor pun terkejut, begitu juga Felix dan Cecilia.Ketiga pasangan pengantin baru ini saling melihat satu sama lain, dan akhirnya tertawa bersama-sama, “What’s going on Bro!” seru Reynard tak percaya. Merasa takjub dengan kabar luar biasa ini.“Oh my!” Emily, Cecilia dan Eleanor saling menatap, kedua tangan mereka saling mengulur, seolah mereka saling berpegangan tangan dari jauh.Bagaimana bisa mereka bisa hamil secara bersamaan seperti ini?“Kapan kamu tahu kalau kamu mengandung, Em?” tanya Eleanor kepada sahabatnya itu.“Tiga hari lalu, kalau kamu, Lea? Kak Cecil juga kapan tahu kalau kak Cecil hamil?” Emily bertanya dengan mata berbinar-binar.“Dua hari yang lalu, Em...” jawab Eleanor yang lalu menceritakan kejadian lucu saat ia mengetahui dirinya hamil.“Kalau aku kemarin,
Bab 254Di mansion milik Arion dan Emily terlihat meja panjang yang sudah di penuhi dengan hidangan yang mengugah selera, mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama hingga pencuci mulut.Hari ini beberapa koki terkenal Arion panggil untuk menyajikan hidangan hari ini, hal itu pun karena sang istri keras kepala ingin ikut terjun langsung ke dapur. Mau tidak mau Emily mendengar apa kata Arion, dia hanya menjadi mandor dan bertugas untuk mencicipi makanan yang akan di hidangkan.Bersyukur morning sick seperti kehamilan pertamanya tidak muncul sama sekali atau belum? Entahlah. Tapi selama beberapa hari ini, Emily tidak merasakan mual sama sekali.Tentu saja, Arion dengan keras melarang Emily untuk mengerjakan hal yang melelahkan, “Lihat sayang, semua beres ‘kan?” uajr Arion puas melihat seluruh hidangan yang tersaji.“Iyah... Terima kasih sayang.” Emily memeluk sang suami dengan perasaan bahagia. Arion sendiri mengecup puncak kepala Emily.“No problem, sayang.”Drrzzz DrzzzPonsel Emily
Tiga hari pun berlalu, saat ini Felix dan Cecilia sudah berada di private jet, tepatnya di private room, kedua pasangan suami istri ini sedang berbagi peluh di atas langit.“Oh Fel... Geli sayang...” desis Cecilia saat Felix memainkan klit nya dan meremas kedua payudaranya.Erangan Cecilia membuatnya semakin bersemangat, pria tampan itu berhenti menyesap area intim Cecilia dan kembali berlutut, menghujam liang kewanitaan Cecilia.“Ah! Fel!” Cecilia kembali menjerit dan mendesah kuat saat Felix berpacu dengan dengan cepat. Menghujam inti tubuhnya dengan dalam dan kuat. Wanita cantik melengkungkan pinggangnya.Felix kembali melepaskan penyatuan mereka, kemudian kembali menyesap inti tubuh Cecilia yang basah dengan cairan cinta mereka.“Euhm, Ngh... Fel... Sayang...” Cecilia meremas rambut lebat Felix dan menaikkan bokongnya, bukannya berhenti, felix memasukkan lidahnya jauh kedalam dan memainkan liang kewanitaan sang istri, bergerak keluar masuk, dan jarinya memainkan klit Cecilia.“Sa-s
Bab 252Malamnya di Jerman, pasangan suami istri yang tengah berbahagia itu mendatangi mansion utama keluarga Harold.“Hai sayang, kamu terlihat makin cantik,” Bella menyambut putri menantunya dengan begitu antusias.Emily tersenyum dan membalas pelukan hangat mama mertuanya yang begitu menyayanginya, “Thank you mom, mommy juga selalu cantik!”Austin pun menyambut putri menantunya itu dengan pelukan ringan, mengusap puncak kepala Emily penuh sayang.Arion memeluk sang mommy dengan wajah berbinar-binar, “Sepertinya wajahmu menyilaukan mata mommy, Yon!” goda Bella kepada sang putra.“Hmm, benar love, lihat putraku ini! Semenjak masuk dia terus tersenyum lebar!”Emily tertawa kecil dan memeluk suaminya dari samping, “Bagaimana yank?”Arion mengusap punggung sang istri lalu melihat kedua orang tuanya, “Ayo mom, dad kita ke dalam, ada sesuatu yang ingin Arion dan Emily katakan.”“Hahh... Kamu buat mommy penasaran!”“Ayo sayang,” Austin merangkul sang istri dan berjalan masuk, di susul Ario
Felix dan Cecilia membersihkan sisa percintaan mereka, dengan lembut Felix membersihkan area intim sang istri dan membantu Cecilia mengenakan pakaian, “Aku bisa sendiri sayang.”Cecilia mengecup pipi Felix penuh cinta, perasaan gundah gulana dan kesepiannya kini lenyap, ia memang masih terlalu gengsi untuk melontarkan apa yang ada di dalam hatinya, tapi melihat Felix yang seperti ini, membuat dirinya merasa bersalah.“Setelah ini kita sama-sama cari penggantimu, hmm?” ujar Felix sembari memasang kancing terakhir di kemeja Cecilia.“Iya sayang.”Sepuluh menit Cecilia merapikan kembali make up nya, ia memoles cusion dan lip cream di bibirnya yang ranum, warna glossy yang membuat efek bibir nya terlihat semakin seksi.Sedangkan Felix sendiri sudah rapi sedari tadi, ia saat ini duduk dengan santai di sofa sambil membaca kembali curiculum vitae para pelamar.Pria tampan itu tersenyum menyambut Cecilia yang datang dengan secangkir cappucinno hangat di tangannya, “”Thank you, lova.”“You’re