Share

48. Cemburu buta

Penulis: Tari suhendri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-27 15:35:16

"Siapa dia? Apa kau mengajakku kesini untuk mengenalkan wanita barumu hah?"

Kekesalanku menjadi-jadi. Wanita itu nampak ketakutan dan berlari ke dalam rumah. Ingin sekali aku mengejar dan menjambak rambutnya. Tapi urusanku dengan James harus segera diselesaikan.

"Aku bahkan tidak mengenalnya, Alice!" elak James dengan wajah bingung.

Aku menyeringai sambil bertepuk tangan, "bagus sekali, apa kau sudah menjadi aktor hollywood belakangan? Pandai sekali kau bersandiwara!"

"Sayang," James maju hendak memelukku tapi aku mundur dan menepis tangannya dengan kekuatan penuh.

"Aduh!, sejak kapan kau berlatih beladiri sayang? Sakit sekali," keluh James memegangi tangannya yang memerah.

"Sejak kau menjadi pria brengsek!" dengusku kesal.

Keributan terdengar dari dalam rumah. Aku terus menatap James dengan pandangan mematikan. Rasanya ingin sekali aku mencari benda yang bisa kujadikan alat untuk memukulinya.

"Aku benar-benar tidak mengenalnya sayang, sumpah!" James memohon dengan wajah yang merah.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eli Nirmalasari
aku suka bnget ceritanya.makasih ka dh buat aku betah bacanya............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Paman Sahabatku   49. Hadiah-hadiah

    Frans keluar dari kamarnya dengan menyembunyikan tangan. Senyuman jahil terpancar dari wajahnya. Setelah duduk dan memasang wajah serius, dia pun menunjukkan sesuatu yang membuatku terkejut."Kau akan menikah dalam waktu dekat?" tanyaku yang entah mengapa merasa bahagia. Frans mengangguk antusias, "kau suka?""Selamat Frans!" seruku gembira.James berdecak tak suka, "ayolah sayang, apakah menurutmu undangan dari Frans merupakan kado yang bagus?" Aku mengabaikan James. Frans lalu memberikan hadiah lain dari dalam sebuah paper bag bekas. "Terima kasih kau sudah menganggap undangan itu kado yang bagus, Alice. Aku terharu," ucap Frans dengan air mata buaya. "Tapi bukan itu kadonya," Tambah Frans seraya memberikanku sebuah kotak perhiasan."Pertama, ini dariku. Dan yang ini kau bisa melihat catatannya," "Oke, terima kasih Frans," gumamku terharu memeluk kotak perhiasan itu.Sebuah gelang perak cantik dengan berbagai bandul yang lucu. Aku ingat pernah menginginkan gelang ini saat kami

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Gairah Paman Sahabatku   50. kebenaran

    "Bagaimana kabarmu?" tanyaku pada Luna yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.Sebenarnya aku masih merasa jijik melihatnya, tapi kutepis sebentar untuk menjenguknya. Setidaknya, persahabatan kami bukan kepalsuan. Entah bagi Luna begitu atau tidak.James berdiri tak sabar didekat jendela dengan wajah datar. Dia tampak tidak peduli sama sekali pada Luna yang masih memiliki luka lebam disekujur tubuhnya." Sudah lebih baik, Alice. Terima kasih masih mau menemui aku," jawab Luna dengan suara serak.Aku tidak tersenyum ataupun bersimpati. Mengingat pekerjaan yang Luna lakoni selama ini telah memakan banyak korban. Gadis-gadis yang memiliki orang-orang yang menyayangi mereka. Masa depan yang direngut secara paksa. Juga kebebasan yang dirampaa. "Ceritakan," pintaku langsung keintinya.Luna memejamkan mata seraya menghela nafas berat. Matanya mulai berkaca-kaca dengan alis yang turun. "Aku sebenarnya sangat bersyukur ada disini sekarang," kata Luna sedih, suaranya bergetar heb

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Gairah Paman Sahabatku   51. Terbawa mimpi

    Aku dan James begitu tegang saat berada didalam mobil. Setelah mengetahui kisah sebenarnya dari Luna tadi. Mereka salah, dan sudah terjerumus terlalu dalam. Hingga merasa sangat beruntung jika polisi menangkapnya. Tapi masalahnya tidak sesederhana itu. Menyerahkan Luna pada polisi tidak memberi jaminan dia akan selamat. Bisa saja Luna dibebaskan oleh bos besar mereka sebelum sidang dan itu sangat berbahaya."Sayangnya, aku tidak tau dimana markas besar itu. Aku hanya bekerja dilingkungan kerja ayahku," Begitulah kesaksian dari Luna sebelumnya. Tapi yang menjadi teka-teki dari itu semua adalah, apa hubungan semua kejadian ini dengan James yang ikut terlibat. Bahkan dia harus beradegan mesra dengan Luna untuk mendapatkan informasi. Hal itu masih mengganjal di hatiku."Jadi sayang, apakah ada yang ingin kau tanyakan padaku?" tanya James lembut sambil mengelus rambutku. Aku menggeleng lemah. Bukan tipeku untuk menginterogasi seseorang. Jika dia ingin cerita ya ceritakan saja bukan?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • Gairah Paman Sahabatku   52. Luluh

    "Dari mana kau mendapatkan ini?""Saat fashion show waktu itu," "Lalu apa yang kau tau tentangnya?'" Dia ada di mimpiku James! Ozi! Dia paman kandung Daisy!" raungku ketakutan.James langsung memelukku erat dan membopongku kekamar. Dalam keadaan begini pun aku masih bisa mempertanyakan bagaimana bisa James menggendongku sambil menaiki tangga?Setelah merebahkan aku diranjang, James memberikan ku minum. Menungguku hingga tenang dan mulai bertanya perlahan."Kau bermimpi?" tanya James lemah lembut. Aku mengangguk."Apa cerita Luna membuatmu ketakutan hingga memimpikannya?" "Ya, aku begitu ketakutan atau mungkin obsesi?" jawabku bingung. Ozi tidak ada dalam cerita Luna. "Tenanglah sayang, setidaknya kau sudah membantu menemukan salah satu petinggi mereka," "Tapi James, siapa Ozi?" "Dia salah satu pemilik perusahaan agensi amerika. Aku tidak pernah mencurigai nya sebagai salah satu tersangka," "Apakah dia menjadikan talent nya sebagai korban juga?' Tanyaku takut, karena beberapa te

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Gairah Paman Sahabatku   53. kisah James kecil

    James terus menatapku tanpa bergeming. Seolah takut aku akan menghilang seperti asap di depan matanya. Dia terlihat gigih ingin berbicara denganku.Aku masih duduk memeluk lutut, sambil menatap langit cerah penuh bintang. Setelah lama berdiam diri, akhirnya kuputuskan untuk kembali ke ranjang yang empuk dan nyaman. "Alice, bisa kita bicara sekarang? Aku sangat tersiksa," James memohon padaku dengan wajah memelas."Membicarakan apa?" tanyaku dingin. "Tentang kita,"Aku tersenyum getir, dadaku bergemuruh karena merasa situasi ini konyol dan tidak tepat. Banyak sekali rasa sakit yang aku pendam sendiri."Aku bahkan tidak tau ingin bicara apa denganmu," jawabku dengan suara rendah.James mengikutiku naik ke atas ranjang dan duduk berhadapan. Matanya menyorotkan keseriusan yang tidak dapat ditolak.Aku menghela nafas dalam sambil memejamkan mata. Sulit sekali menepis bayangan James di dalam hatiku yang merindukannya."Baiklah, mari bicara," kataku akhirnya mengalah."Maafkan aku, sungguh

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • Gairah Paman Sahabatku   54. pengakuan

    " Entahlah apa aku masih dibilang perjaka atau tidak. Karena dalam konteksnya itu benar-benar berbeda dengan apa yang aku lakukan selama ini," Sebenarnya pernyataan James itu lucu. Tapi mengingat apa yang sedang kami bahas itu tidak lucu sama sekali. satu hal yang membuatku senang, dia memang belum pernah benar-benar bercinta. " Sejak kecil, meskipun Mama sering membawaku ke psikolog anak aku masih sering memimpikan bagaimana para pria hidung belang memperlakukan wanita itu," "Bayangan itu seperti menjadi momok mengerikan di alam bawah sadarku. Dia disiksa tapi dia terlihat senang. Begitulah saat itu aku sangat keheranan,""Ketika beranjak remaja, aku bahkan tidak memiliki teman. Aku takut sekali terutama berteman dengan seorang gadis," "Apa? Jadi kau sama sekali tidak memiliki seorang teman?" tanyaku sangat terkejut. James mengangguk."Tapi kenapa? Bukankah itu akan membuatmu jadi semakin kesepian?""Ya, aku memang kesepian. Tapi ada sesuatu dalam diriku yang memberontak jika me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Gairah Paman Sahabatku   55. Scott Sporty

    Mama Rita telah pulang kemarin. sedangkan James akan pergi ke Arizona untuk perjalanan bisnis. Tinggallah aku kesepian dirumah ini."Aku akan meminta Scott untuk menjagamu. ingat! jangan percaya pada siapapun sekalipun dia orang yang kau kenal," Begitulah James berpesan sebelum kepergiannya . Aku berusaha menolak, tapi James mengingatkan aku tentang kejadian Luna dan Daisy Allen. Akhirnya aku bungkam tanpa dapat membantah lagi.Scott datang saat menjelang malam. Aku sempat terkejut karena dia ternyata lebih muda dariku."kau boleh tidur di kamar tamu, Scott," kataku berusaha bersikap ramah.Scott hanya mengangguk tersenyum, tapi dia tidak mengindahkan tawaranku. Sebaliknya, Scott malah berbaring dengan khidmat di sofa ruang tamu.Mungkin Scott sudah terbiasa tidur dengan posisi seperti itu. Aku sempat memperhatikan wajah Scoot. Garis wajah Scott membuatnya terlihat mirip dengan James. Hanya saja Scott dalam versi yang lebih muda meski dia sama kekarnya dengan James.Berkat Scott, ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Gairah Paman Sahabatku   56. Scott dan Betty

    Aku berjalan cepat sambil menutupi wajahku yang memanas melewati area parkir yang ramai sekali. Ketika mataku melihat salah seorang temanku di koridor pun aku segera berlari menghampirinya. Betty, dia seorang gadis pendiam introvert yang sangat tidak pandai bergaul . Tapi Betty jago di bidang matematika dan fisika murni. Salah satu alasan aku mendekatinya untuk dijadikan teman baik.Perasaan lega merasuk ke sarafku ketika sudah bersama Betty. Dia bukan tipe orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Jadi aku akan aman dari interogasi nya. Aku menoleh kebelakang saat merasakan ada yang mengikuti kami. Dan benar saja, itu Scott. Aku langsung berbalik dengan wajah garang. Mataku hampir keluar dari sarangnya karena memelototi Scott.Aku menghadangnya sambil berkacak pinggang, melihatnya menenteng tas? sejak kapan dia membawa tas itu?"Kenapa kau mengikuti aku sampai sini?" tanyaku sengit. Scott hanya melihatku dengan tatapan kosong. Dia malah hendak berlalu melewatiku, tapi dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13

Bab terbaru

  • Gairah Paman Sahabatku   108

    "James? Kau kenapa?" Alice yang sedang meneguk air dari botol minum tampak panik, dan menghampiri kekasihnya. "Tidak apa, " James hanya menyambut dan memeluk Alice. "Wajahmu pucat, apa kau melihat hantu?" James mendengus, sejak kapan hantu dapat menakutinya. Yang dia takutkan ada didepan matanya. "Kenapa kau pulang tidak mengabari aku?" Sekarang mata James menelisik curiga. "Oh anu," Alice melepaskan pelukannya dan berjalan mundur. "Jangan main-main denganku. Apa kau tak tau aku sudah setengah gila?" James merasa seluruh tubuhnya memanas. Alice malah menjauhinya. Tiba-tiba saja Alice berlari ke tangga dan menuju loteng. Entah apa yang ada dipikiran Alice, tapi James semakin dikuasai emosi. Bagaimana tidak? Dia pulang tanpa mengabari, itupun Scott yang memberitahunya. Saat di bandara, dia juga bersama Aldrick yang James benci. Sekarang malah berlari menjauh tanpa memberi penjelasan apapun. James berjalan dengan perasaan berang. Memijakkan kakinya dengan langkah lebar-lebar. Ha

  • Gairah Paman Sahabatku   107

    Pria paruh baya itu tidak mengatakan apapun, tapi dari tatapan matanya James langsung mengerti siapa dia. Mereka akhirnya berbagi tongkat berjalan masuk ke dalam bandara. "Bagaimana, apa kau sudah melihat kedatangannya?" Bisik James tak sabar. "Aku melihatnya , apa kau sudah mulai rabun?" "Cih, dasar tidak sopan!" ,James menggerutu tapi matanya jelalatan mencari. "Jangan lihat ke arah kirimu, nanti mereka curiga" James mengangguk, menahan kepalanya agar tidak melakukan hal sebaliknya. Sulit sekali melakukan itu karena dia benar-benar merindukan Alice. "Lihat itu, pria dengan setelan hawai yang norak?""Kenapa? Siapa mereka?"" Kau tidak mengenali mereka?" James tidak memperhatikan mereka, dia sibuk mencari-cari kesempatan menoleh ke arah Alice. Tapi mereka sudah pergi. "Ayo kita pergi saja, nanti kita tertinggal jauh" pinta James tak sabar. "Astaga! Dia pasti akan pulang kerumah, tenang saja""Darimana kau tau?" James mendelik marah. Dia takut Aldrick berlaku licik. Membawa k

  • Gairah Paman Sahabatku   106

    Baron dikurung dalam rumah sakit jiwa selama beberapa bulan, membuatnya jera dan berhenti dengan kebiasaan buruknya itu. Jadi, saat James menemuinya di bawah tanah saat ini pun, Baron sudah menjadi orang yang berbeda. Bukan Baron yang suka menculik anak-anak remaja untuk di lecehkan. "Bagaimana kabarmu, bung?" tanya James seraya duduk tepat berhadapan dengan Baron. Dengan wibawa yang berbeda, Baron menyambut hangat uluran tangan James yang menyapanya. "Aku baik, terima kasih sudah membantuku," "Justru aku yang harus berterima kasih, Baron. Kau sudah memberiku banyak informasi penting," Baron tersenyum tulus, lalu membuka laci meja kerjanya. Dia mengambil sebuah map cokelat lalu memberikannya pada James. "Informasi lain untukmu, kau akan terkejut mengetahui orang-orang yang terlibat didalamnya," Baron tampak khawatir."Apa mereka mencurigaimu?" "Tidak, aku anggota lama. Hanya saja tidak pernah aku benar-benar mengurusi data-data seperti itu. Setiap anggota jaringan berhak tau s

  • Gairah Paman Sahabatku   105

    "ayo!" Baron ditarik paksa oleh James. Mereka sudah sampai di sebuah gedung yang mirip rumah sakit. Baron mencari-cari nama rumah sakit itu tapi mereka sudah berada di halamannya. "Mau kemana kita?" tanya Baron ketakutan. Yang ada dipikirannya adalah..."Suntik mati!" Jawab James tanpa menoleh. Garis wajahnya begitu tegas dan kejam, membuat Baron semakin trauma. "Kumohon, jangan suntik mati" rengek Baron memelas, "aku akan lakukan apapun tapi jangan suntik mati aku" "Kau rupanya takut mati juga? Apa kau takut tidak dapat kesempatan mencoba obat barumu?" "Apa?""Obat baru yang kau beli dari seorang dokter kandungan" "Darimana kau tau itu?"James menghentikan langkah dan menatap tajam Baron, "tentu saja aku tau semua perbuatan mu, bahkan semua daftar psk juga gigolo yang kau sewa!" Baron bungkam, dia tidak dapat mengelak apapun lagi. Sudah pasti James bisa mendapatkan informasi apapun dari manapun. Selama ini, Baron merasa bahwa dia adalah seorang mafia yang disegani di bawah ko

  • Gairah Paman Sahabatku   104. PoV James

    Hari -hari James menjadi lebih sulit setelah dia pulang ke Boston. Terus mengecek email dan meminta semua orang untuk melapor setiap satu jam sekali. Gedeon yang paling aktif. James sempat tersedak saat sedang meneguk tehnya. Cara Gedeon cukup cerdik. Dia menggunakan media sosial untuk mengunggah setiap aktifitasnya di Farm Girl sebagai pegawai baru. Alice menyadarinya tentu saja, tapi dia terus tersenyum saat diajak ber selfie oleh Gedeon. Terkadang Alice menunjukkan sarapannya, atau melambai saat dia sedang berjalan melewati Farm Girl di petang harinya. Itu mengobati rindu James meski hanya sedikit. Sebagian besar pekerjaannya sudah di alihkan pada semua tangan kanan dan sekretasinya, namun kehadirannya di kantor sangat dibutuhkan. Pengaruh James yang cukup besar tidak hanya untuk perusahaannya saja, namun beberapa saham yang dimilikinya di beberapa negara bagian lainnya. Seperti satu hari itu, James berangkat menggunakan

  • Gairah Paman Sahabatku   103. POV James

    "Dia pergi kekawasan Notting Hill kak," Scott melaporkan situasi terkini Aldrick Beufort pada James yang sedang berjaga-jaga di dekat sebuah gedung. James terus merasa gelisah sejak kepergian Alice bersama Thomas. Dia melihat bagaimana pandainya Thomas mengatur emosi, mimik wajah juga ucapannya. Orang seperti itu sangat berbahaya jika kita tidak bertindak hati-hati. Jadi, alih-alih membiarkan Alice melakukan petualangan nya sendiri, James malah mengatur rencana untuk kekasihnya. "Cari tau apa yang dia lakukan disana, dik," titah James tegas, dia tidak mau membuang kesempatan apapun untuk Alice. "Baik," Scott mematikan sambungan .James lalu pindah ke sebuah kafe diseberang gedung itu. Mengawasi setiap gerak-gerik mencurigakan. Mendapati Alice keluar bersama Thomas dan beberapa gadis yang tampak akrab dengannya. "Apa dia mendapat teman baru?" pikir James menaikkan satu alisnya. Dia sangat tau bagaimana Alice. Dia me

  • Gairah Paman Sahabatku   102

    "ehemmmm" Aldrick langsung mengalihkan pandangan pada gadis mungil dibelakangnya. Matanya sinis juga mencela. Tapi bibirnya terkatup rapat. Alice bersikap santai, dia tersenyum lebar lalu duduk disebuah kursi dekat jendela. Angin menyibakkan rambutnya yang tergerai panjang. Ingin sekali Aldrick merapikan rambut itu. "Eh kok sudah bisa senyum? Sudah sembuh?" Celetuk Aldrick membuat Alice nyengir."Belum, tapi karena musiknya sudah mati, jadi gigiku tidak terlalu berdenyut seperti tadi," "Oh maafkan keegoisanku madam," Aldrick meminta maaf sambil membungkuk dengan sikap hormat. "Hahahah! Aku merasa jadi lebih tua," "Oh maaf, nona. Aku lupa kau belum menikah atau apakah sudah?" sindiran penuh rasa penasaran. "Tentu saja belum," Alice tersenyum manis sekali, sampai rasanya Aldrick akan membutuhkan suntik insulin. "Baiklah, aku akan mengambilkan minum untukmu" diberikannya obat pereda nyeri itu,

  • Gairah Paman Sahabatku   101. Rumah pink jadi menggoda

    Semua hal di dalam dunia menjadi indah jika kita mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Namun Aldrick hanya memiliki sebagian sebagian besar yang diinginkan kebanyakan orang. Uang bukan sesuatu yang benar-benar menggiurkan jika kau memiliki seisi Bank. Tapi Aldrick bersyukur dia memiliki Nut. Meskipun sebelum ini Aldrick tidak pernah bertanya siapa ibunya, tapi dia juga tidak menampik akan rasa penasaran terhadap sosok ibunya. Meski begitu, selera Aldrick tentang perempuan juga tidak main-main. Mungkin karena itu dipengaruhi oleh pengasuh nya sejak bayi, yaitu Bibi Sally. "Kau tau! tidak ada seorang ibu yang ingin melihat anaknya menderita. Semua ibu itu memiliki cinta yang paling besar untuk anak-anak mereka. Anak adalah hidupnya, dan dia rela menukar hidupnya untuk kebahagiaan anaknya," Dulu, Aldrick tidak mengerti ucapan yang selalu di ulang-ulang oleh Bibi Sally. Namun belakangan, Aldrick sudah mengetahui maknanya. Hingga ia memutuskan untuk

  • Gairah Paman Sahabatku   100. Chepstow Villas

    Nut terheran-heran. Sejak tadi Aldrick terus memandang ke jendela dan tersenyum seperti orang gila. Bahkan dia tidak memberi tahu Nut, siapa yang dia kunjungi di Brick Lane tadi. Namun Nut tidak ingin mengganggu apapun yang membuat tuannya tampak bahagia. Dia bersimpati pada gadis yang membuat Aldrick tampak berbeda. Binar matanya yang kelam menunjukkan cahaya meski sedikit. Mobil berhenti didepan rumah yang berdempetan rapi. Setiap rumah di cat dengan warna-warna cerah , menambah keindahan kawasan di Notting Hill itu.Aldrick membeli rumah di Chepstow Villas ini sejak tahun lalu, saat perjumpaannya dengan Alice. Dia memiliki harapan yang cerah begitu mengunjungi kawasan yang selalu ramai wisatawan itu. Rumah dengan warna cat biru pastel. Disebelah rumah berwarna pink. Dia mengira rumah itu kosong dan akan manis sekali jika yang menempatinya itu seorang gadis. Selain lingkungannya yang bagus, Chepstow dekat dengan Westbourne Grove, y

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status