Share

47. kosong

Penulis: Tari suhendri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-26 23:31:31

Sudah dapat ditebak kemana James akan membawaku. Rumah pinjamannya yang sudah aku tinggalkan selama beberapa bulan belakangan.

Tapi James tidak membawaku kesana, hanya dia yang turun lalu masuk lagi ke dalam mobil. Aku terlalu lelah dan kecewa untuk bertanya.

Mobil melaju cepat melewati jalanan Boston yang lengang. Sangking mengantuknya, aku pun tidak sadar telah tertidur dengan mata yang masih basah. Jika bisa memilih, aku rasanya tidak ingin bangun lagi.

Dalam mimpi saja aku masih bisa merasakan sakit yang teramat sangat hingga membuat nafasku sesak. Apalagi ketika aku bangun nanti, pasti akan lebih sakit.

Sempat beberapa kali terbangun, yang aku rasakan hanya hangat dan tangan berat yang memelukku. Lalu aku pun terlelap lagi.

Sebuah cahaya silau memaksaku bangun. Kehangatan menyusup dari balik selimutku yang tersingkap. Setelah mengerjapkan mata beberapa kali, aku memutuskan untuk bangun.

Benar saja, hatiku masih terasa sakit. Kali ini, rasa sakitnya berlipat ganda. Mungkin kare
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gairah Paman Sahabatku   48. Cemburu buta

    "Siapa dia? Apa kau mengajakku kesini untuk mengenalkan wanita barumu hah?" Kekesalanku menjadi-jadi. Wanita itu nampak ketakutan dan berlari ke dalam rumah. Ingin sekali aku mengejar dan menjambak rambutnya. Tapi urusanku dengan James harus segera diselesaikan."Aku bahkan tidak mengenalnya, Alice!" elak James dengan wajah bingung.Aku menyeringai sambil bertepuk tangan, "bagus sekali, apa kau sudah menjadi aktor hollywood belakangan? Pandai sekali kau bersandiwara!" "Sayang," James maju hendak memelukku tapi aku mundur dan menepis tangannya dengan kekuatan penuh."Aduh!, sejak kapan kau berlatih beladiri sayang? Sakit sekali," keluh James memegangi tangannya yang memerah."Sejak kau menjadi pria brengsek!" dengusku kesal.Keributan terdengar dari dalam rumah. Aku terus menatap James dengan pandangan mematikan. Rasanya ingin sekali aku mencari benda yang bisa kujadikan alat untuk memukulinya."Aku benar-benar tidak mengenalnya sayang, sumpah!" James memohon dengan wajah yang merah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Gairah Paman Sahabatku   49. Hadiah-hadiah

    Frans keluar dari kamarnya dengan menyembunyikan tangan. Senyuman jahil terpancar dari wajahnya. Setelah duduk dan memasang wajah serius, dia pun menunjukkan sesuatu yang membuatku terkejut."Kau akan menikah dalam waktu dekat?" tanyaku yang entah mengapa merasa bahagia. Frans mengangguk antusias, "kau suka?""Selamat Frans!" seruku gembira.James berdecak tak suka, "ayolah sayang, apakah menurutmu undangan dari Frans merupakan kado yang bagus?" Aku mengabaikan James. Frans lalu memberikan hadiah lain dari dalam sebuah paper bag bekas. "Terima kasih kau sudah menganggap undangan itu kado yang bagus, Alice. Aku terharu," ucap Frans dengan air mata buaya. "Tapi bukan itu kadonya," Tambah Frans seraya memberikanku sebuah kotak perhiasan."Pertama, ini dariku. Dan yang ini kau bisa melihat catatannya," "Oke, terima kasih Frans," gumamku terharu memeluk kotak perhiasan itu.Sebuah gelang perak cantik dengan berbagai bandul yang lucu. Aku ingat pernah menginginkan gelang ini saat kami

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Gairah Paman Sahabatku   50. kebenaran

    "Bagaimana kabarmu?" tanyaku pada Luna yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.Sebenarnya aku masih merasa jijik melihatnya, tapi kutepis sebentar untuk menjenguknya. Setidaknya, persahabatan kami bukan kepalsuan. Entah bagi Luna begitu atau tidak.James berdiri tak sabar didekat jendela dengan wajah datar. Dia tampak tidak peduli sama sekali pada Luna yang masih memiliki luka lebam disekujur tubuhnya." Sudah lebih baik, Alice. Terima kasih masih mau menemui aku," jawab Luna dengan suara serak.Aku tidak tersenyum ataupun bersimpati. Mengingat pekerjaan yang Luna lakoni selama ini telah memakan banyak korban. Gadis-gadis yang memiliki orang-orang yang menyayangi mereka. Masa depan yang direngut secara paksa. Juga kebebasan yang dirampaa. "Ceritakan," pintaku langsung keintinya.Luna memejamkan mata seraya menghela nafas berat. Matanya mulai berkaca-kaca dengan alis yang turun. "Aku sebenarnya sangat bersyukur ada disini sekarang," kata Luna sedih, suaranya bergetar heb

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Gairah Paman Sahabatku   51. Terbawa mimpi

    Aku dan James begitu tegang saat berada didalam mobil. Setelah mengetahui kisah sebenarnya dari Luna tadi. Mereka salah, dan sudah terjerumus terlalu dalam. Hingga merasa sangat beruntung jika polisi menangkapnya. Tapi masalahnya tidak sesederhana itu. Menyerahkan Luna pada polisi tidak memberi jaminan dia akan selamat. Bisa saja Luna dibebaskan oleh bos besar mereka sebelum sidang dan itu sangat berbahaya."Sayangnya, aku tidak tau dimana markas besar itu. Aku hanya bekerja dilingkungan kerja ayahku," Begitulah kesaksian dari Luna sebelumnya. Tapi yang menjadi teka-teki dari itu semua adalah, apa hubungan semua kejadian ini dengan James yang ikut terlibat. Bahkan dia harus beradegan mesra dengan Luna untuk mendapatkan informasi. Hal itu masih mengganjal di hatiku."Jadi sayang, apakah ada yang ingin kau tanyakan padaku?" tanya James lembut sambil mengelus rambutku. Aku menggeleng lemah. Bukan tipeku untuk menginterogasi seseorang. Jika dia ingin cerita ya ceritakan saja bukan?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • Gairah Paman Sahabatku   52. Luluh

    "Dari mana kau mendapatkan ini?""Saat fashion show waktu itu," "Lalu apa yang kau tau tentangnya?'" Dia ada di mimpiku James! Ozi! Dia paman kandung Daisy!" raungku ketakutan.James langsung memelukku erat dan membopongku kekamar. Dalam keadaan begini pun aku masih bisa mempertanyakan bagaimana bisa James menggendongku sambil menaiki tangga?Setelah merebahkan aku diranjang, James memberikan ku minum. Menungguku hingga tenang dan mulai bertanya perlahan."Kau bermimpi?" tanya James lemah lembut. Aku mengangguk."Apa cerita Luna membuatmu ketakutan hingga memimpikannya?" "Ya, aku begitu ketakutan atau mungkin obsesi?" jawabku bingung. Ozi tidak ada dalam cerita Luna. "Tenanglah sayang, setidaknya kau sudah membantu menemukan salah satu petinggi mereka," "Tapi James, siapa Ozi?" "Dia salah satu pemilik perusahaan agensi amerika. Aku tidak pernah mencurigai nya sebagai salah satu tersangka," "Apakah dia menjadikan talent nya sebagai korban juga?' Tanyaku takut, karena beberapa te

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Gairah Paman Sahabatku   53. kisah James kecil

    James terus menatapku tanpa bergeming. Seolah takut aku akan menghilang seperti asap di depan matanya. Dia terlihat gigih ingin berbicara denganku.Aku masih duduk memeluk lutut, sambil menatap langit cerah penuh bintang. Setelah lama berdiam diri, akhirnya kuputuskan untuk kembali ke ranjang yang empuk dan nyaman. "Alice, bisa kita bicara sekarang? Aku sangat tersiksa," James memohon padaku dengan wajah memelas."Membicarakan apa?" tanyaku dingin. "Tentang kita,"Aku tersenyum getir, dadaku bergemuruh karena merasa situasi ini konyol dan tidak tepat. Banyak sekali rasa sakit yang aku pendam sendiri."Aku bahkan tidak tau ingin bicara apa denganmu," jawabku dengan suara rendah.James mengikutiku naik ke atas ranjang dan duduk berhadapan. Matanya menyorotkan keseriusan yang tidak dapat ditolak.Aku menghela nafas dalam sambil memejamkan mata. Sulit sekali menepis bayangan James di dalam hatiku yang merindukannya."Baiklah, mari bicara," kataku akhirnya mengalah."Maafkan aku, sungguh

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • Gairah Paman Sahabatku   54. pengakuan

    " Entahlah apa aku masih dibilang perjaka atau tidak. Karena dalam konteksnya itu benar-benar berbeda dengan apa yang aku lakukan selama ini," Sebenarnya pernyataan James itu lucu. Tapi mengingat apa yang sedang kami bahas itu tidak lucu sama sekali. satu hal yang membuatku senang, dia memang belum pernah benar-benar bercinta. " Sejak kecil, meskipun Mama sering membawaku ke psikolog anak aku masih sering memimpikan bagaimana para pria hidung belang memperlakukan wanita itu," "Bayangan itu seperti menjadi momok mengerikan di alam bawah sadarku. Dia disiksa tapi dia terlihat senang. Begitulah saat itu aku sangat keheranan,""Ketika beranjak remaja, aku bahkan tidak memiliki teman. Aku takut sekali terutama berteman dengan seorang gadis," "Apa? Jadi kau sama sekali tidak memiliki seorang teman?" tanyaku sangat terkejut. James mengangguk."Tapi kenapa? Bukankah itu akan membuatmu jadi semakin kesepian?""Ya, aku memang kesepian. Tapi ada sesuatu dalam diriku yang memberontak jika me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Gairah Paman Sahabatku   55. Scott Sporty

    Mama Rita telah pulang kemarin. sedangkan James akan pergi ke Arizona untuk perjalanan bisnis. Tinggallah aku kesepian dirumah ini."Aku akan meminta Scott untuk menjagamu. ingat! jangan percaya pada siapapun sekalipun dia orang yang kau kenal," Begitulah James berpesan sebelum kepergiannya . Aku berusaha menolak, tapi James mengingatkan aku tentang kejadian Luna dan Daisy Allen. Akhirnya aku bungkam tanpa dapat membantah lagi.Scott datang saat menjelang malam. Aku sempat terkejut karena dia ternyata lebih muda dariku."kau boleh tidur di kamar tamu, Scott," kataku berusaha bersikap ramah.Scott hanya mengangguk tersenyum, tapi dia tidak mengindahkan tawaranku. Sebaliknya, Scott malah berbaring dengan khidmat di sofa ruang tamu.Mungkin Scott sudah terbiasa tidur dengan posisi seperti itu. Aku sempat memperhatikan wajah Scoot. Garis wajah Scott membuatnya terlihat mirip dengan James. Hanya saja Scott dalam versi yang lebih muda meski dia sama kekarnya dengan James.Berkat Scott, ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13

Bab terbaru

  • Gairah Paman Sahabatku   101. Rumah pink jadi menggoda

    Semua hal di dalam dunia menjadi indah jika kita mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Namun Aldrick hanya memiliki sebagian sebagian besar yang diinginkan kebanyakan orang. Uang bukan sesuatu yang benar-benar menggiurkan jika kau memiliki seisi Bank. Tapi Aldrick bersyukur dia memiliki Nut. Meskipun sebelum ini Aldrick tidak pernah bertanya siapa ibunya, tapi dia juga tidak menampik akan rasa penasaran terhadap sosok ibunya. Meski begitu, selera Aldrick tentang perempuan juga tidak main-main. Mungkin karena itu dipengaruhi oleh pengasuh nya sejak bayi, yaitu Bibi Sally. "Kau tau! tidak ada seorang ibu yang ingin melihat anaknya menderita. Semua ibu itu memiliki cinta yang paling besar untuk anak-anak mereka. Anak adalah hidupnya, dan dia rela menukar hidupnya untuk kebahagiaan anaknya," Dulu, Aldrick tidak mengerti ucapan yang selalu di ulang-ulang oleh Bibi Sally. Namun belakangan, Aldrick sudah mengetahui maknanya. Hingga ia memutuskan untuk

  • Gairah Paman Sahabatku   100. Chepstow Villas

    Nut terheran-heran. Sejak tadi Aldrick terus memandang ke jendela dan tersenyum seperti orang gila. Bahkan dia tidak memberi tahu Nut, siapa yang dia kunjungi di Brick Lane tadi. Namun Nut tidak ingin mengganggu apapun yang membuat tuannya tampak bahagia. Dia bersimpati pada gadis yang membuat Aldrick tampak berbeda. Binar matanya yang kelam menunjukkan cahaya meski sedikit. Mobil berhenti didepan rumah yang berdempetan rapi. Setiap rumah di cat dengan warna-warna cerah , menambah keindahan kawasan di Notting Hill itu.Aldrick membeli rumah di Chepstow Villas ini sejak tahun lalu, saat perjumpaannya dengan Alice. Dia memiliki harapan yang cerah begitu mengunjungi kawasan yang selalu ramai wisatawan itu. Rumah dengan warna cat biru pastel. Disebelah rumah berwarna pink. Dia mengira rumah itu kosong dan akan manis sekali jika yang menempatinya itu seorang gadis. Selain lingkungannya yang bagus, Chepstow dekat dengan Westbourne Grove, y

  • Gairah Paman Sahabatku   99. kunjungan ke Brick Lane

    " Menurutmu, apa yang membuat Thomas datang kemari?" tanya Aldrick pada Nut"Aku fikir, kita harus membiarkannya masuk untuk dapat tahu tujuannya tuan," Nut menyarankan."Benar juga, tapi bukankah sangat beresiko untuk kita?" Aldrick merasa cemas, jari-jarinya tak berhenti mengetuk-ngetuk sofa Nut mengangguk setuju, "tapi anda sudah punya bukti-bukti siapa korban sesungguhnya tuan. Anda bisa saja mati jika aku tidak ada disana saat itu," Aldrick mau tak mau harus mengambil resiko jika ingin namanya kembali bersih. Meskipun dia sendiri tidak keberatan sama sekali jika namanya tercoreng. Itu hanya masalah seorang gadis, bajingan manapun pernah mengalami hal yang lebih parah. Mengingat kembali bagaimana pertemuannya dengan Bella saat kunjungannya ke amerika, Aldrick menemukan Bella belia yang manis dan lugu. Saat itu, Bella masih menjadi salah seorang mahasiswi di Washington University, Seattle. Dia memang memiliki perawakan yang nyaris sempurna. Bella memiliki potensi yang bagus se

  • Gairah Paman Sahabatku   98. Seleksi

    "eehhh tuan?" Nut melirik Aldrick yang terlihat gugup. Tangannya menggenggam tangan Nut sangat erat. "Ada apa Nut?" tanya Aldrick kesal, "Apakah tuan gugup?" Nut masih memandangi tangan bosnya itu. Aldrick menyadari posisi itu dan langsung melepasnya. Seraya merapikan jasnya yang sudah licin, Aldrick berjalan menuruni tangga dengan sikap pongah seperti biasa. Nut mendengar Clint sedang bergosip mengenai sikap bos mereka akhir-akhir ini. Dia hanya dapat melempar pandangan mematikan pada mereka. "Bagus sekali Clint, kau bisa mengurusi pacarmu selama bos sedang sibuk hari ini," Nut berkata dengan sinis. Membuat senyum konyol Clint menghilang dari wajahnya yang bulat. Nut merasa puas dapat membungkam mulut Clint yang mirip perempuan. Bagaimana pun, Nut sangat menghormati Aldrick dan akan membelanya mati -matian. "Selamat datang Tuan Beufort!" Seru salah seorang pria berjas abu-abu dengan dasi hitam putih, perutnya tampak memberontak dalam Jas yang kesempitan itu. Al

  • Gairah Paman Sahabatku   97. Pov Aldrick Beufort

    "tuan, pesawat sudah siap" ujar seorang pria bertubuh tinggi berkulit hitam. Dia memasang wajah datar seperti biasa. "Oke, Nut?" Aldrick melirik ajudannya yang berambut ungu. "Segera tuan," jawab Nut langsung bergerak mundur. Mereka masuk kedalam pesawat jet pribadi milik Aldrick yang berinterior mewah dengan segala fasilitasnya. Dua wanita muda jangkung, mengenakan dress seksi langsung berdiri begitu melihat kedatangan Aldrick. Mereka menyambutnya dengan senyuman merekah, dihiasi bibir ungu tua , yang satunya merah cerah. Selera fashion mereka juga tampak aneh. Aldrick hanya melenggang duduk di sofa empuk, mengabaikan dua wanita aneh yang sedari tadi minta perhatiannya. "Aku heran, apa tidak ada wanita lain dengan selera yang lebih berkelas?" gerutunya dalam hati. Tapi Aldrick tidak suka mengoceh. Dia yakin, para pegawainya sudah berusaha melakukan yang terbaik. Lagi pula, dua wanita itu tidaklah jelek. Dengan perawakan montok depan belakang, kulit putih mulus, rambut tergerai

  • Gairah Paman Sahabatku   96. Puas

    "kita akan mulai dari Aldrick," kataku muram, membuat James mendesah tak senang. Wajah James berpaling dariku saat aku mencoba meminta penjelasan desahannya itu. Dia mencoba menarik nafas berat beberapa kali hingga akhirnya memusatkan perhatian ke tengah percakapan. " Kau tau aku bukan sedang minta pendapat," kataku menambahkan dengan nada mendesak. "Aku tau," jawab James tak kalah suram. " Oke, lalu apa rencanamu?" Scott tampak ingin menengahi ketegangan antara aku dan James. Tanpa pikir panjang, aku menjelaskan semua rencana yang sudah ada di kepalaku sejak beberapa minggu terakhir. Entah bagaimana tiba-tiba saja pikiranku semakin jernih, dan rencana-rencana yang semula tampak berkabut kini terlihat titik terangnya. James hanya mendengarkan dengan diam. Biasanya dia akan mengomentari dengan decakan atau gumaman tak senang, tapi kali ini dia hanya membisu. "James?" Thomas menepuk bahu James yang kelihatan sedang melamun. "Ya?""Bagaimana?" "Rencananya cukup bagus, dan untun

  • Gairah Paman Sahabatku   95. Prank

    "eh hai Thomas!" aku menyapa dengan wajah yang dibuat seceria mungkin karena bertemu dengannya lagi. "Alice, you good?" tanya Thomas dengan suara lembutnya. "Yah, aku baik saja. Sebenarnya, aku yang ngotot mau langsung pulang, bukan James," Wajah Thomas datar, sementara James menunggu reaksinya. Aku sampai keringat dingin, memikirkan rencanaku yang hancur berantakan jika sampai mereka berdua tidak bisa berbaikan. "Yeah, aku tau kau akan membelanya," jawab Thomas pahit. Aku jadi salah tingkah dan menundukkan pandangan. Tiba-tiba saja kursi rodaku bergetar. Suara cekikikan juga tercekat dari orang yang menahan geli. Benar saja, Thomas dan James sedang menertawai aku. Tentu saja gantian aku yang cemberut. Meski dalam hati senang bukan main melihat mereka berbaikan. Akhirnya, kami berada dalam satu mobil yang sama. Thomas sebagai sopir, dan James duduk disebelahnya. Aku menikmati pemandangan malam yang mulai dingin. Sebenarnya, ingin sekali aku bertanya tentang kejadian mengerika

  • Gairah Paman Sahabatku   94. Kenyataan

    AliceAliceAliceAku mendengar namaku dipanggil. Dalam kegelapan dan kehampaan aku mencoba menarik diriku dari dalam jurang itu. Rasanya sulit sekali, bernafas pun terasa berat. Seandainya saja, "Sayang, bangunlah. Aku disini," suara James yang lembut dan penuh kekhawatiran memanggil.Entah bagaimana, setiap sel di dalam tubuhku merespon suaranya. Seketika ada energi baru yang membantuku bangkit. "Hei" sentuhan lembut tangannya yang dingin memaksaku membuka mata. Aku mengerjap perlahan. Rasanya mataku lengket dan berat. Apakah itu sembab? Hingga kelopak mata pun terasa berat.Melihat senyuman indah itu, aku langsung menangis. Mencoba bangkit dari tidur yang melelahkan. Aku memeluk James teramat erat hingga aku mendengarnya mengerang. "Apa yang sakit?" tanyaku spontan saat teringat dia baru saja ditembak. James kembali memelukku, erat dan hangat. Tempat ternyaman setelah bahu ayah. Kembali aku menangis tersedu-sedu, melihat sekelilingku yang ramai. Tapi aku terlalu kalut untuk

  • Gairah Paman Sahabatku   93. past

    "jangan, tolong jangan Jamesku" raunganku semakin lemah, lebih berupa bisikan putus asa. Sementara James sedang melakukan pertukaran dengan Roran, tim medis datang untuk menjemput wanita hamil itu. Tapi Roran tidak punya belas kasih, bukannya memberikan wanita hamil itu, dia malah menembak James. Dia berteriak kesakitan, membuatku mati rasa. Pandanganku jadi kabur . Setengah mati aku menahan diri agar tetap terjaga, tapi pikiranku tak mampu menahan rasa sakit yang bergejolak. James yang tertembak, tapi aku yang lumpuh. Ingin rasanya aku berlari, tapi aku hanya dapat merangkak. Mencoba menggapai cintaku yang sedang kesakitan.***Hening dan gelap. Rasanya dingin sekali. Aku berdiri di persimpangan jalan yang suram dan dipenuhi daun berguguran. Terkejut saat sekelebatan orang-orang mulai berlarian. Aku dimana? Entahlah, pikirku lelah. James! Dimana James?Aku dengan panik berlarian kesana kemari mencari jejaknya. Berteriak sekuat tenaga memanggil namanya, tapi aku menjadi bisu.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status