Tepat pukul 10 pagi, Amel sudah tiba di Jakarta. Ia singgah di Apartemen untuk mengganti pakaian, lalu bergegas menuju kantor Pratama Grup.Tentu Rani memberinya hukuman karena terlambat. Wanita bertubuh tinggi itu, meminta Amel untuk membersihkan seluruh kamar mandi, dari lantai 35 sampai lantai 40."Ayo cepat, ini baru 4 lantai masih ada 1 lantai lagi," desak Rani."Iya Bu." Amel segera menyelesaikan tugasnya di lantai 39, lalu bergegas ke lantai empat puluh.Saat pintu lift terbuka, Amel melihat Bram melangkah menuju lift khusus Direktur, bersama dua pria."Kamu lihat apa?" Tiba-tiba Rani bertanya."Um..tidak lihat apa-apa Bu," dalih Amel.Rani tersenyum sinis sambil melangkah ke luar dari lift, dan diikuti oleh Amel menuju kamar mandi."Apa kamu menyukai Pak Direktur?" Rani kembali bertanya.Wanita cantik itu berdiri di depan pintu, sambil memperhatikan Amel yang sedang membersihkan kamar mandi."Tidak Bu, aku tidak mungkin menyukai Bapak Direktur," jawab Amel."Kamu tidak menyuka
Sepanjang perjalanan menuju kampus, Amel tidak berhenti menatap wajah Bram yang sedang menyetir mobil. Ia tidak menyangka akan jatuh cinta kepada pria tampan satu anak itu. Awalnya dia sangat membenci Bram, tetapi seiring berjalannya waktu! Benci itu berubah menjadi cinta. Bahkan Amel tidak menyesal menyerahkan kesuciannya kepada Bram."Jangan terus memandangku, nanti kamu benar-benar jantung cinta," ucap Bram.Amel tersenyum manis, "Aku memang sudah jatuh cinta.""Kalau kamu jatuh cinta padaku, kenapa kamu memberikan nomor ponselmu kepada pria lain?" sindir Bram.Amel semakin tersenyum puas, "Om cemburu ya?" todong Amel."Ye... siapa yang cemburu?" sahut Bram sambil mengedikkan bahu."Hm... yasudah. Kalau begitu gak ada salahnya aku dekat dengan kak Bryan. Mana tahu, setelah habis kontrak dengan Om! Kami bisa berjodoh."Bram tiba-tiba menginjak rem mobilnya, "Gak boleh, kamu gak boleh dekat-dekat dengan pria lain sebelum kontraknya berkahir. Apa kamu mendengarnya?" tegas Bram, bahka
Dua hari telah berlalu, selama dua hari ini Bram dan Tania tidak berhenti berdebat. Wanita cantik berambut pendek itu, meminta Bram untuk memecat Amel dari perusahaan Pratama Grup.Semua itu karena Tania sudah mengetahui tentang status Amel, yang menjadi Surga Baby. Tentu Tania dengan mudah mengetahuinya, sebab ia meminta beberapa orang untuk mengikuti Bram dan Amel. Ia juga menjadikan Rani sebagai mata-matanya saat di kantor."Sayang, itu tidak benar," bantah Bram."Apa yang tidak benar sayang? Bahkan kamu memberikan Apartemen dan mobil untuknya! Kurang bukti apa lagi?" protes Tania."Sekarang, terserah kamu. Pilih aku atau wanita itu?" lanjut Tania.Bram bangkit dari sisi ranjang, melangkah menghampiri Tania yang berdiri di depan jendela. Kedua tangan kekarnya melingkar di pinggang istrinya."Sayang, aku minta maaf," ucap Bram dengan setengah berbisik."Tidak semudah itu sayang, kamu sudah membohongiku selama ini. Padahal aku selalu setia kepadamu, aku tidak bisa menemanimu setiap h
Suara ketukan pintu membangunkan Bram di pagi hari. Ia membuka mata dengan malas dan refleks bangkit dari tidurnya, setelah menyadari kalau ia berada di Apartemen. "Kenapa aku bisa di sini?" tanya Bram kepada dirinya sendiri.Ia menurunkan kedua kaki dari tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Tania," ucap Bram setelah membuka pintu, dan melihat orang yang mengetuk pintu adalah istrinyaTania tidak menjawab, ia menerobos masuk lalu mencari Amel ke setiap ruangan. Namun wanita cantik itu tidak terlihat di sana, bahkan lemari yang biasa dipakai Amel sudah kosong."Kamu mau ngapain, sayang?" tanya Bram yang berdiri di pintu kamar."Memastikan kalau wanita murah itu sudah pergi," jawab Tania.Bram bergegas menghampiri Tania, matanya membulat melihat pakaian Amel sudah tidak ada lagi di sana. Lemari kosong, menandakan kalau Amel sudah meninggalkan Apartemen.Di satu sisi, Bram bersyukur Amel meninggalkan Apartemen sebelum Tania datang ke sana. Di sisi lain, Bram sedih karena tidak
"Iya, aku baru mengetahuinya tadi pagi," tegas Friska."Mama tahu dari mana?" Bram semakin penasaran."Mama bertemu dengan dokter yang membantu Mama saat persalinan 20 tahun yang lalu. Dokter itu mengatakan kalau anak yang aku lahir berjenis kelamin perempuan, dengan kondisi sehat. Tetapi Tania mengatakan, kalau anakku sudah tiada sejak di dalam kandungan." Friska menjelaskan semuanya kepada Bram.Sungguh Bram tidak menyangka, kalau wanita yang paling ia cintai adalah seorang iblis yang tidak punya hati. Bram juga tidak kalah terkejut saat Friska mengatakan, Tania tidak pernah menemaninya di rumah sakit dan tidak pernah membayar tagihan rumah sakit.Friska membayar tagihan rumah sakit, hasil dari penjualan semua hartanya, yaitu rumah, kebun dan properti. "Mama berharap kamu bisa menemukan putriku. Aku mohon kepadamu Bram, tolong jaga dia dan jauhkan dari Tania." Friska memohon sambil berurai air mata. Setelah mengatakan itu, Friska langsung tidak sadarkan diri.Sebelum meninggalkan r
Amel terkejut, bagaimana dia tidak terkejut! Wanita cantik itu sedang meraih selimut dari lemari, tiba-tiba dua tangan kekar melingkar di pinggangnya."Lepaskan aku Om," ucap Amel dengan lembut.Bram bukannya melepaskan pelukannya, ia justru memutar tubuh Amel menghadap kepadanya. Kaki jenjangnya menuntun Amel melangkah mundur, hingga terjatuh di atas tempat tidur.Kini pria tampan itu mengungkung tubuh mungil Amel di bawah tubuh kekarnya. Bram menatap Amel sambil tersenyum seribu pesan."Apa kamu ingin lari dariku?" ucap Bram dengan lembut.Amel memalingkan wajah untuk menghindari tatapan Bram, "Tidak," jawab Amel."Terus kenapa kamu pergi tanpa memberitahuku?" Bram kembali bertanya."Untuk apa aku memberitahu Om, kita kan sudah tidak memiliki hubungan lagi," jawab Amel."Enak saja, emang kamu sudah menandatangani surat pembatalan kontrak?"Amel menggeleng, "Belum," jawab singkat Amel."Berarti kamu masih Suga Baby Bram Pratama Wijaya," ucap Bram."Tapi Om....."Amel tidak melanjutka
Alex menghidupkan semua lampu, dan meminta para wanita penghibur untuk ke luar dari sana."Bram, aku tahu perasaanmu saat ini. Tapi bukan berarti kamu mabuk-mabuk kan seperti ini!" ucap Alex dengan lembut."Aku kecewa Bro, kurang apa lagi aku?" jawab Bram dengan nada khas mabuk."Kamu tidak memiliki kekurangan, tetapi Tania lah yang tidak bersyukur memiliki suami seperti kamu.""Aku sangat mencintainya Bro, dia menghancurkan hidupku," ucap Bram."Sejak awal aku sudah katakan, jangan terlalu percaya kepada Tania. Tetapi kamu tidak pernah mendengarkan ucapanku, bahkan kamu selalu menuruti semua permintaan Tania." "Aku hancur, Tania benar-benar menghancurkan hatiku." Bram meraih botol, lalu memecahkannya. Dengan sigap ia menggoreskan pecahan botol ke tangannya, untung saja Alex segera menepis tangan Bram, sehingga lukanya tidak terlalu dalam. Namun pria tampan itu langsung pingsan dan terjatuh ke atas sofa.Bahkan ia sampai tidak sadar, Alex membawanya pulang ke Apartemen dan meminta
Suara dering ponsel membangunkan Amel di pagi hari. Tubuhnya sedikit gentar saat melihat nama yang muncul di sana, dengan sigap Amel mengusap layar ponselnya."Iya Tia," ucap Amel setelah sambungan teleponnya terhubung."Kak, Ibu tiba-tiba pingsan, sekarang dalam perjalanan menuju rumah sakit."Tanpa menjawab, Amel langsung memutuskan sambungan teleponnya. Ia membangunkan Bram yang tertidur di sampingnya, lalu meminta izin untuk pulang kampung."Loh, kok pulang kampung lagi?" tanya Bram sambil bangkit dari tidurnya.Tentu Bram bertanya! Karena mereka baru dua hari tiba di Jakarta."Ibuku tiba-tiba pingsan Om," jawab Amel."Ha... kenapa bisa pingsan?" Bram kembali bertanya."Aku juga tidak tahu Om." "Yasudah, biar Om antar kamu ke kampung." Bram menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya."Enggak usah Om, biar aku pulang sendiri."Bram menghentikan langkahnya, kepalanya berputar untuk melihat Amel, "Kenapa? Apa kamu takut? Ata