Share

Masih terasa nyeri.

Penulis: Tetesan air
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tanpa terasa 2 Minggu telah berlalu, Amel semakin sering melamun dan menyendiri. Hal itu membuat Bram bertanya-tanya dan curiga.

"Sayang, kamu di sini?" Bram melangkah menghampiri Amel yang duduk di balkon.

"Eh, Papah sudah pulang?" Amel mencium punggung tangan Bram.

"Mah, sebaiknya kita periksa ke rumah sakit. Soalnya wajah Mamah terlihat pucat, aku takut Mamah kenapa-kenapa!" ucap Bram dengan rasa khawatir.

"Papah, jangan berlebihan deh! Orang sehat kok dibawa ke rumah sakit?" bantah Amel.

Tentu Amel menolak, jika Bram sampai membawanya ke rumah sakit! Pria tampan itu akan mengetahui tentang kehamilannya.

"Tapi wajah Mamah memang pucat. Tania aja yang lagi hamil gak pucat seperti Mamah, padahal Tania sering mual-mual setiap hari," bantah Bram dengan membandingkan wajah Tania dan Amel.

"Udah deh Pah, enggak usah bahas yang aneh-aneh. Lebih baik Papah mandi, biar aku buatkan kopi." Amel berusaha mengakhiri perbincangan mereka.

Bram masuk ke kamar mandi, sedangkan Amel membuatkan satu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rosni
amel kasian
goodnovel comment avatar
Bunda Pelaminan
cerita nya seru,,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Ranting tidak jauh jatuh dari pohonnya.

    "Berusaha lah agar Om Bram tidak menceraikan kamu," sahut Amel."Hanya kamu yang bisa melakukan itu Amel, jika kamu ingin melihat keponakanmu mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya! Pergilah dari kehidupan Bram, izinkan bayi ini merasakan kehangatan dari ayahnya. Aku mohon kepadamu Amel." Tania mengatakan itu sambil berurai air mata."Baiklah, tapi berjanji lah! Kamu tidak akan mengecewakan Om Bram untuk kedua kalinya," ucap amel.Tania meraih tangan Amel, menggenggamnya dengan erat, "Aku berjanji," ucapnya dengan wajah meyakinkan."Aku percaya padamu," balas Amel.Tania memeluk Amel dengan erat, bibirnya tidak berhenti mengucapkan terima kasih kepada Amel."Kamu sudah membantuku, aku juga harus membantumu," ucap Tania setelah melepaskan pelukannya dari Amel."Terima kasih, kamu tidak perlu membantuku karena aku tidak butuh uang atau apapun itu. Kamu cukup menyayangi Om Bram dan tidak mengecewakannya, itu sudah cukup bagiku.""Itu sudah pasti kulakukan," jawab Tania, "Tapi aku

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Saya melihatnya ke luar dari apotek, Pak.

    "Iya Bram, aku berpikir seperti itu. Bukankah Amel meninggalkan kediaman Wijaya setelah menjenguk Tania ke rumah sakit?" ucapnya seraya bertanya.Bram terdiam sambil berpikir, ia kembali membuka mulut setelah diam beberapa menit, "Iya, kenapa aku tidak berpikir ke sana ya?" ucapnya.Keduanya membuat kesepakatan untuk mencari Amel dan mencari tahu yang sebenarnya. Bahkan Bram sampai membuat berita tentang orang hilang. Di sana terpampang wajah cantik Amel dengan tulisan [Bagi siapa yang menemukannya, akan mendapat imbalan seratus juta rupiah, cash]Sedangkan di tempat lain, Amel sedang menagis melihat kondisi Ibu kandungnya. Wanita yang sudah melahirkannya 20 tahun yang lalu, mengalami stroke sehingga tidak bisa bergerak dan bicara.Wanita paruh baya itu hanya meneteskan air mata saat mengetahui Amel adalah putri kandungnya. Ini bukanlah pertama kalinya mereka bertemu, tetapi sudah kedua kalinya. Namun pertemuan pertama saat di rumah sakit waktu itu! Mereka tidak saling mengenal......

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Pergi, pergi.

    Setibanya di Jakarta, Amel bergegas menuju pemakaman. Ia mengikuti arah yang dikirimkan Bryan kepadanya. Amel berdiri di tengah keramaian agar Bram tidak melihatnya, ia mengenakan masker, kaca mata hitam, kerudung hitam dan cadar.Walaupun Amel tidak melihat wajah Maria, tetapi hatinya sedikit lega karena masih melihat kain putih yang membalut tubuh wanita malang itu."Selamat jalan Ibu, terima kasih telah merawat dan membesarkan aku dengan penuh kasih sayang. Walaupun aku tidak terlahir dari rahimmu, tetapi kamu memperlakukan aku sebagai anak kandung," ucap dalam hati Amel sambil berurai air mata.Seiring berjalannya waktu, pelayat satu persatu meninggalkan pemakaman. Mau tidak mau Amel juga harus segera pergi, sebelum ada yang mengenalinya.Dari balik kaca mata hitam, Amel tidak berhenti menatap wajah tampan Bram. Ingin rasanya memeluk pria tampan itu, melepaskan rindu yang sudah terpendam selama 3 bulan ini."Awas, ada batu Mbak." Seseorang mengingatkan Amel, yang membuat Bram terp

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Apa? Mereka status suami istri?

    "Nyonya," teriak Mbok Inem sambil berlari menghampiri Amel yang tergeletak di bawah tangga."Tolong...tolong....tolong..." Mbok Inem berteriak sekuat tenaga karena panik.Tentu dia panik, karena cairan kental berwarna merah sudah mengalir di lantai dan membasahi gaun hamil yang dikenakan Amel saat ini.Untung saja pintu utama tidak tertutup rapat, sehingga security yang sedang berkeliling komplek bisa mendengarnya, lalu segera membawa Amel ke rumah sakit terdekat."Maaf, apa Ibu keluarga pasien?" tanya suster yang baru ke luar dari ruangan UGD."I..i..iya Mbak," jawab Mbok Inem gugup."Bisa hubungi suami pasien untuk segera datang kemari? Ada surat yang harus ditandatangani, karena pasien harus dioperasi secepatnya.""I...i....i.iya Mbak, tunggu sebentar." Mbok Inem meraih ponsel dari dalam tasnya, lalu menghubungi Bryan."Tu...tu..Tuan, Nyonya, Nyonya." Mbok Inem gugup, sehingga sulit untuk bicara."Nyonya kenapa? Bicaralah yang jelas." Suara Bryan dari seberang sana terdengar tegas.

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Terus bagaimana dengan nasib putraku?

    Kedua pria tampan itu segera meninggalkan Riau dan kembali ke Jakarta. Bram dan Lukas menaiki pesawat pribadi, sedangkan Bryan menaiki pesawat umum.Mereka tiba di kediaman Wijaya tepat pukul 7 lewat 30 menit. Mobil yang membawa Bram beriringan dengan taksi yang membawa Bryan."Pah, Papah, tolong dengarkan aku," ucap Bryan sambil mengikuti langkah Bram masuk ke dalam rumah.Pria tampan itu sama sekali tidak menghiraukan putranya, rasa sakit dan kecewa membuatnya tidak bersemangat untuk hidup. Bahkan Bram sudah bertekad untuk hidup sendiri tanpa wanita ataupun istri."Pah...." panggil Bryan."Cukup Bryan, jangan buat Papah semakin kesal," sentak Bram. Ia menghentikan langkahnya, menatap Bryan dengan tatapan marah."Tapi Pah......""Jangan bicara lagi, atau Papah mengusir kamu dari rumah ini," sela Bram, yang membuat Bryan berhenti bicara."Aku tidak takut Papah mengusirku dari rumah ini, tapi Papah harus tahu yang sebenarnya! Kalau bayi itu adalah adikku bukan anakku," ucap Bryan denga

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Mamah sudah pengen, ya!

    Alangkah terkejutnya Bram saat mengetahui Friska tidak bisa bicara dan bergerak. Padahal dulu wanita paruh baya itu hanya memiliki riwayat sakit jantung.Bram yang tidak dapat jawaban dari Friska! Lantas kembali ke kamar dan bertanya langsung kepada Amel."Sayang, kenapa Mama Friska bisa tinggal denganmu?" tanya Bram yang duduk di sisi ranjang.Pria tampan itu sama sekali tidak tahu kalau Amel lah putri kandung Friska. Karena dari wajah dan kulit, Amel tidak memiliki kemiripan dengan Friska, justru Amel mirip dengan almarhum Maria."Ceritanya panjang Om," jawab Amel."Bukan Om, tapi Papah." Bram melarat panggilan Amel."Maaf," sahut wanita cantik itu sambil tersenyum malu."Apa sebelumnya kamu sudah mengenal Mama Friska?" Bram kembali bertanya.Amel menggeleng, "Aku bertemu dengannya lima bulan yang lalu, disitulah pertama kalinya aku melihat wajah wanita yang telah melahirkanku ke dunia ini," ucapnya dengan wajah sedih dan tatapan kosong."Ha...." Bram terkejut mendengar ucapan Amel,

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Enak banget ya jadi bayi?

    "Aku tahu kamu pasti ingin membicarakan tentang perceraian kita," ucap Tania saat Bram tiba di ruang tamu.Sebelum menjawab Tania, Bram terlebih dahulu mendaratkan bokongnya di atas sofa. Bibirnya tersenyum sinis sambil menatap Tania dengan tatapan yang sulit diartikan."Kamu benar," jawab Bram."Tapi aku tidak mau bercerai, apapun yang terjadi aku tetap tidak mau berpisah darimu, Bram." Tania menolak dengan tegas.Air matanya bercucuran membasahi kedua pipi mulusnya, namun sayang! Air mata itu tidak sanggup menyejukkan hati Bram, pria tampan itu sama sekali tidak tersentuh. Niatnya sudah bulat untuk berpisah dari Tania, lalu menikahi Amel secara sah dan memulai hidup baru."Apa alasanmu untuk menolak bercerai denganku?" tanya Bram dengan santai."Karena aku masih mencintaimu dan aku tidak ingin mengecewakan Bryan," jawab Tania dengan percaya diri.Bram tersenyum seribu arti, ia meraih sesuatu dari saku celana lalu menaruhnya di atas meja, "Coba kamu baca," ucapnya.Tania memutar mata

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Ada apa Nyonya? Apa yang terjadi?

    Tiga hari telah berlalu, di mana saat ini Bram sedang bersiap-siap menuju kantor pengadilan agama. Begitu juga dengan Tania, keduanya sudah sepakat untuk bercerai dengan catatan, Tania masih bisa tinggal di kediaman Wijaya."Mah, aku pergi dulu ya?" Bram mengecup kening Amel, lalu pergi meninggalkan kediaman Wijaya.Sementara Amel bergegas menuju ruang tamu, dibantu oleh Mbok Inem dan pelayan Mina. Selama tiga hari di dalam kamar membuat Amel bosan seperti dipenjara."Hem...."Suara itu terdengar dari pintu utama, Amel yang baru tiba di ruang tamu refleks memutar kepala. Ia melihat Bryan sedang melangkah ke arahnya. Wajah pria tampan itu terlihat dingin, sambil menatap Amel dengan tajam setajam silet."Apa kita bisa bicara?" ucap Bryan.Amel menjawab hanya dengan anggukan kepala. Mbok Inem dan Mina segera meninggalkan ruang tamu menuju dapur."Apa ada hal penting?" Akhirnya Amel membuka mulut setelah hening beberapa menit."Iya, itu sudah pasti," jawab Bryan dengan angkuh, "Bagaimana

Bab terbaru

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Aku hanya merasa tidak asing dengan kamar ini.

    Ramel tidak membuka mulut, rasa terharu sekaligus sedih membuat bibirnya kaku."Jadi untuk sementara waktu...." Melisa belum selesai bicara, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari lantai dua. Sontak membuat keduanya refleks meninggalkan ruang tamu menuju arah datangnya suara."Tidak, tidak, tidak." Teriakan itu menyambut Ramel dan Melisa."Ibu, ibu, ada apa ibu?" Melisa merangkul ibunya, wajahnya terlihat khawatir.Begitu juga dengan Ramel, pria tampan itu menarik Bella lalu memeluknya dengan erat. Menungkupkan wajah wanita cantik itu di dada bidangnya, sambil mengecup ujung kepala Bella dengan penuh kasih sayang.Setelah Bella sedikit tenang, Ramel mengajaknya duduk di sisi ranjang. Memberinya air mineral sambil berbicara dengan lembut."Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, aku merasakan sesuatu saat memasuki kamar ini," ucap Bella dengan wajah bingung.Ramel tersenyum tipis, "Apa kamu mengingat sesuatu?"Bella menggeleng, "Aku hanya merasa tidak asing dengan kamar ini, padahal

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Suruh mereka pergi.

    Dua hari telah berlalu, Ramel dan Tania sedang bersiap-siap untuk menemui wanita itu. Selama ini ayah satu anak itu benar-benar sibuk karena kliennya datang dari Singapura. "Kenan, kamu gak jadi ikut?" tanya Ramel saat tiba di meja makan.Dua hari yang lalu pria tampan berusia 17 tahun itu berjanji untuk ikut. Namun pagi ini ia masih terlihat mengenakan baju santai."Enggak Pah," jawab Kenan."Kenapa?" Tentu Ramel bertanya, apa alasan putranya tidak ikut!"Kenan merasa tidak enak badan Pah, kepalaku sedikit pusing.""Yasudah, kamu istirahat aja di rumah." Kali ini Tania yang membuka mulut.Ruangan itupun seketika hening, semua sibuk menikmati sarapannya masing-masing. Setelah itu Ramel dan Tania meninggalkan kediaman Wijaya bersama Lukas sopir kepercayaan keluarga Wijaya.Setelah menempuh perjalanan selama 7 jam, akhirnya mereka tiba. Tania memperhatikan rumah sederhana yang berdiri kokok di hadapannya. "Ayo Oma," ajak Ramel.Keduanya melangkah secara bersamaan, Ramel mengangkat sat

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Dia istriku Oma.

    Tepat pukul satu siang, Ramel dan teman-temannya sudah bersiap-siap untuk meninggalkan Villa dan kembali ke kota. Sebenarnya mereka masih memiliki satu tujuan lagi, tetapi Ramel tiba-tiba ada urusan mendadak. Kliennya dari Singapura besok pagi sudah tiba di Indonesia."Mel, dari tadi Melisa kok gak kelihatan ya? Apa dia gak kerja?" tanya Alex sambil membantu Ramel memasukkan barang-barang ke dalam mobil."Dia shift malam, jadi udah pulang tadi pagi," jawab Ramel dengan jujur."Oh, pantas itu anak gak kelihatan," sahut Alex, "Oh iya, kamu tahu dari mana?" lanjutnya."Tadi aku yang mengantarnya pulang." Ramel menceritakan semuanya kepada Alex, ia juga mengatakan merasakan sesuatu saat melihat ibunya Melisa berdiri di depan jendela."Kenapa kamu gak singgah dulu?" Tentu Alex bertanya!"Segan sama tetangganya, soalnya di rumah itu gak ada laki-laki," dalih Ramel."Iya juga sih, tapi Melisa dan ibunya kapan ke Jakarta? Bukannya kamu menawarinya untuk jadi asisten rumah tangga di kediaman W

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Bagaimana Om? Mau nikah dengan saya?

    "Kamu baru lulus sekolah ya?" Ramel kembali bertanya."Iya Om," sahut singkat Melisa."Kalau baru lulus sekolah jangan langsung nikah, lanjut kuliah dulu. Pernikahan itu tidak seindah yang dibayangkan." Ramel seketika menjadi seorang ayah yang sedang menasehati putrinya."Untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya jadi tukang masak, lebih baik cari laki-laki yang mapan lalu nikah." Jawaban melihat membuat Ramel dan teman-temannya tercengang.Melisa bicara dengan wajah polos tanpa sedikitpun tersenyum. Wanita cantik berusia 18 tahun itu sungguh-sungguh ingin menikah, terlihat dari sorot matanya saat menatap Ramel.Entah apa yang membuatnya ingin segera menikah, padahal usianya masih sangat muda."Gimana Om? Mau nikah dengan saya?" lanjut Melisa sembari bertanya.Ramel tersenyum mengejek, "Anak zaman sekarang selalu bertindak tanpa berpikir dulu. Kamu pikir pernikahan itu mainan? Lagipula aku tak mungkin menikah denganmu.""Kenapa gak mungkin Om? Yang penting kan, suka sama suka," p

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Aku mau dong jadi istrinya.

    Tujuh belas tahun telah berlalu, selama itu juga Ramel hidup dalam kesendirian, ia membesarkan Kenan bersama Tania yang saat ini sudah menginjak usia 67 tahun. Wanita tua itu sudah sering kali meminta Ramel untuk menikah, tetapi permintaannya selalu ditolak.Tania sudah mencoba menjodohkan beberapa wanita dari golongan atas kepala Ramel, tetapi pria tampan itu sama sekali tidak tertarik. Ia masih berharap Bella hidup dan kembali ke pelukannya."Ken," panggil Ramel yang duduk di ruang tamu bersama Tania.Kenan yang melangkah menuju pintu utama, terpaksa memutar langkah menghampiri ayah dan buyutnya."Iya Pah," sahut Kenan sambil menjatuhkan bokongnya di samping Tania."Besok pagi Papah mau touring ke luar kota, tolong jaga Buyut dan jangan pulang larut malam," pesan Ramel kepada putranya."Baik Pah, Kenan gak diajak Pah?" jawab Kenan sembari balik bertanya."Fokus dengan sekolahmu." Setelah mengatakan itu, Ramel bergegas meninggalkan ruang tamu.Kenan pun berpamitan kepada buyutnya, an

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Mimpi itu benar-benar nyata.

    "Pantas saja ini tempat favorit mas Ramel, selain pemandangannya yang indah, suasananya juga terasa tenang," ucap Bella dengan nada lembut dan nyaris tak terdengar.Wanita satu anak itu memejamkan mata, menghirup udara dalam-dalam lalu mengeluarkannya dari hidung dengan lembut, sambil menikmati sejuknya hembusan angin."Bella."Bella refleks membuka mata saat mendengar seseorang memanggil namanya, ia baru saja akan memutar kepala untuk melihat orang yang memanggilnya, tetapi dua telapak tangan sudah terlebih dahulu mendorong punggungnya dari belakang."Aaaaaahh...." teriak Bella yang terguling ke jurang hingga jatuh ke aliran air terjun.Saat itu juga Ramel terbangun dari tidurnya, seluruh kening pria tampan itu terlihat mengkilat akibat tetesan keringat, sehingga membuat Tania bingung dan terkejut ketika melihatnya ke luar dari kamar."Ramel, kamu kenapa?" tanya Tania yang sedang memberikan susu formula pada Kenan."Bella di mana Oma?" Bukannya menjawab, Ramel justru balik bertanya.

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Apa Mas akan menikah lagi?

    Setelah melepas hasrat sebanyak dua kali, Ramel dan Bella meninggalkan rumah pohon dan kembali ke Villa. Setibanya di sana, Tania langsung mengajak mereka untuk makan siang bersama. Wanita tua itu sudah menyiapkan beberapa menu di atas meja bersama pelayan.Makan siang kali ini sedikit berbeda, biasanya suasana di meja makan pasti akan hening karena tak ada yang boleh berbicara. Tetapi saat ini Ramel, Bella dan Tania menikmati makan siangnya sambil berbincang-bincang."Mel, Bel, malam ini Kenan biar tidur sama Oma aja ya?" ucap Tania sambil mengunyah makanannya.Iya, Ramel dan Bella menamai putranya Kenan Alexander Wijaya."Kenan setiap malam sering minta susu, nanti Oma jadi terganggu," sahut Bella."Enggak apa-apa, Oma gak merasa terganggu kok," ucap Tania.Wanita tua itu sengaja meminta Kenan tidur di kamarnya, agar Bella dan Ramel bisa berduaan menikmati liburannya. Dari awal Tania sudah menolak untuk ikut ke Villa, tetapi Bella memaksa."Yaudah, terserah Oma aja." Kali ini Ramel

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Mas udah gak kuat lagi.

    Empat puluh hari telah berlalu, hari ini keluarga Wijaya sedang bersiap untuk liburan. Ramel akan memboyong keluarganya ke villa, seperti permintaan Bella waktu itu. Rencananya mereka akan menginap di sana selama satu Minggu."Mas," panggil Bella.Ramel yang melangk menuju pintu, menghentikan langkahnya lalu berputar menghadap Bella."Iya sayang," sahut Ramel dengan lembut."Sebabnya ada yang ingin aku bicarakan, Mas," ucap Bella dengan wajah serius.Ramel melangkah menghampiri istrinya yang duduk di sisi ranjang tepat di samping wanita cantik satu anak itu."Bicara apa sayang? Apa tentang liburan kita?" todong Ramel.Bella menggeleng, "Tidak mas, aku ingin bicara tentang pak Bara dan Mbok Inem," ucapnya.Ramel menghela napas, ia meraih tangan Bella lalu menggenggamnya dengan erat. Walupun Bella belum mengatakan apapun, Ramel sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh istrinya itu.Tentu tentang kejadian beberapa bulan yang lalu, di mana pak Bara dan Mbok Inem tiba-tiba mengkhianatinya

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Delapan, ya ampun.

    "Kenapa sayang?" tanya Ramel yang langsung memeluk Bella."Mas tega," bisik Bella."Bukan tega sayang, tapi Mas hanya mengikuti saran dari dokter," sahut Ramel yang juga berbisik.Akhirnya Bella mengikuti kemauan suaminya, ia mengijinkan dokter untuk melakukan tugasnya. Bella menggigit ujung baju Ramel untuk menahan rasa sakit yang luar biasa, bahkan lebih sakit dari melahirkan."Sudah Dok, saya gak kuat lagi," keluh Bella, akhirnya wanita cantik itu menyerah."Sebentar lagi ya Bu, tinggal satu jahitan lagi," sahut dokter. Wanita berjubah putih itu sengaja mengajak Bella bicara, untuk mengalihkan rasa sakitnya.Setelah 60 menit berlalu, Bella dipindahkan ke ruang inap begitu juga dengan bayi mungilnya. Wanita cantik itu sudah pasti menempati kamar President Suite.Ramel tak sedetikpun meninggalkan istri dan anaknya. Tatapnya tak lepas dari wajah tampan putranya, bayi mungil itu benar-benar mirip dengannya. Sungguh Ramel tak menyangka memiliki anak diusianya yang masih sangat muda, ia

DMCA.com Protection Status