Bersama Alice, dia selalu merasa ringan untuk tertawa. Selalu ada saja yang membuat Matthew geli dengan kepolosan sifat gadis mungil dari Indonesia itu. Seolah-olah segala amarah di hatinya sirna dan perasaannya seperti mengalami musim semi yang penuh bunga. Pria bule itu membelai rambut panjang Alice. "Jadi apa kegemaran papamu, Alice?" tanya Matthew berusaha mencari kelemahan untuk mendekati mertuanya itu.Dengan tersipu malu Alice menjawab, "Emm ... papa suka bermain games Free Fire di waktu luangnya dan papa suka mencoba vape dengan aroma-aroma menarik."Matthew tak menyangka papa Alice memiliki kegemaran seperti bocah remaja, seorang CEO perusahaan nasional yang childish. Dia tertawa kering lalu berkata, "Hahaha ... aku akan mendownload game Free Fire sepulang dari sini, Alice."Hari pun semakin petang dan Alice belum mandi sejak mengikuti senam Zumba sore tadi. Jadi Matthew memutuskan untuk berpamitan dengan pacar kecilnya itu. "Kamu mandi ya, Baby girl. Aku pamit pulang dulu,
"Ciiiittttt!" Suara ban mobil sport menggasak jalan beraspal di halaman parkir gedung pusat Young Entertainment dimana sebuah Audi S6 hitam dan sebuah Lamborghini Aventador gold terparkir bersebelahan, sementara kedua pengemudinya turun dengan bergaya. Kedua pria gagah itu mengenakan kaca mata hitam yang sekilas membuat mereka mirip artis yang bernaung di managemen Young Entertainment. Leon dan Michael Indrajaya melangkah dengan penuh percaya diri memasuki lobi gedung berlantai 12 itu lalu bertanya ke resepsionis dimana kantor Matthew Leigh."Tuan Matthew Leigh berada di kantornya yang ada di lantai 12. Apa Anda berdua ingin bertemu beliau? Bisa sebutkan nama identitas Anda?" ujar pegawai di bagian resepsionis itu dengan simpatik.Michael yang menjawab pertanyaan itu, "Iya, kami memiliki hal yang perlu dibicarakan langsung dengan Matthew Leigh. Katakan saja Michael Indrajaya dan adiknya ingin bertemu dengan atasan Anda.""Baik, tolong tunggu sebentar, akan saya hubungi sekretaris be
Sedari tadi Leon menahan dirinya untuk tidak berbicara. Namun, melihat abang keduanya seolah kehilangan kata-kata di hadapan Matthew Leigh, dia tidak terima."Kini aku ingin bicara. Kalau kau menyukai Alice, kenapa kau mengejar-ngejar Evita, istriku?" tuntut Leon dengan nada tinggi menatap tajam Matthew Leigh.Mendengar ucapan adik bungsunya, Michael terkejut dan menjadi hilang rasa simpati pada pria bule Amerika yang mengatakan dia menyukai Alice. Dengan tatapan galak dia memandangi Matthew.Mendadak Matthew salah tingkah di hadapan kakak beradik Indrajaya itu. Dia memang menyukai Alice dan Evita yang sama-sama menarik di matanya. Namun, pada akhirnya memang dia harus memilih salah satu."Kuakui tadinya aku menyukai Evita, tapi itu sebelum aku bertemu Alice. Namun, sekarang aku yakin bahwa Alice lebih cocok untukku," jawab Matthew jujur. Jantungnya berdebar-debar menantikan reaksi papa dan paman keempat Alice.Leon tertawa satir lalu berdiri dari sofa. Dia menunjuk-nunjuk wajah Matth
"Alice, ada tamu yang mencarimu! Dia menunggumu di taman samping rumah," panggil Idrus di ruang santai idol.Alice yang tadinya sedang bercanda bersama rekan-rekannya sesama idol segera berdiri dan berpamitan dengan mereka. "Ehh, udahan dulu ya, nanti disambung lagi!" ujar Alice seraya melambaikan tangannya ke Andrew, Mely, Shinta, Sharron, dan Beverly yang sedang duduk bersila di atas karpet menonton film di TV channel berlangganan.Dengan langkah ringan Alice berjalan mengenakan sandal jepitnya menuju ke taman samping rumah. Ketika dia melihat sosok wanita cantik berambut panjang yang modis itu, dia bertanya-tanya dalam hatinya siapakah wanita itu?Maria alias Matthew tersenyum manis menatap kedatangan Alice. Dia lalu berkata, "Hello, Baby girl. Apa kau mengenali suaraku?"Mata Alice membulat terperangah seraya telapak tangannya menutupi mulutnya sebelum menjerit. Dia pun mendekati wanita jadi-jadian itu lalu meraba-raba wajahnya. Sembari mendongak karena wanita abal-abal itu bertu
"Abang kenapa lunak banget sih sama si Matthew Leigh?!" protes Leon saat duduk bersama abang nomor duanya di sofa kantor CEO Indrajaya Realty.Michael mendesah lelah lalu mengusap wajahnya, dia pun menjawab, "Kamu kalau sudah punya anak gadis lagi ngerti, Dek! Nggak bisa segampang itu aku intervensi hubungan Alice sama si bule Amrik itu. Tadi sudah dengar sendiri 'kan jawaban Alice?""Hmm ... mungkin Abang benar. Aku kurang pengalaman soal anak karena belum jadi ayah. Tapi Matthew buatku agak mengerikan, dia menyiksa wanita yang jadi partner ranjangnya. Aku cuma jagain Alice aja jangan sampai kejadian dihajar mpe babak belur, takut kenapa-kenapa ...," sahut Leon mendebat abangnya itu."Yang jelas kita mesti nunggu acara Idol itu selesai, Leon. Jangan sampai Alice patah semangat karena kita nggak dukung dia," jawab Michael berusaha mengerti masalah ini dari sisi Alice."Ya udah kalau begitu. Aku akan kirim pengawal buat jagain Alice aja kalau lagi konser, Bang. Lusa 'kan ada konser Top
"Matt, apa kau akan menjadi Maria lagi besok atau lusa?" tanya Alice iseng sambil duduk di pangkuan pacarnya di kursi ruang rias artis.Alice menggosok-gosokkan telapak tangannya di wajah Matthew yang ditumbuhi subur bakal cambang. Dia suka wajah Matthew versi Maria yang licin dan mulus, kekasihnya itu pun paham."Kau lebih suka Maria karena dia berwajah licin seperti artis-artis Korea?" balas Matthew mengangkat alisnya menatap Alice sementara lengannya dengan kokoh melingkari pinggang ramping Alice.Dengan jujur Alice menganggukkan kepalanya, para pria keluarga Indrajaya itu kebanyakan berwajah licin. Hanya papanya saja yang selalu malas bercukur, paman-pamannya penampilannya rapi semua. "Baiklah, aku akan rajin mencukur wajahku setiap pagi kalau begitu. Ohh sepertinya kita harus kembali ke backstage untuk mengetahui pengumuman siapa yang tereliminasi malam ini. Good luck, Alice Sayang!" ujar Matthew lalu menepuk bokong Alice agar beranjak dari pangkuannya."Ohh, tepukan tanganmu di
Dengan wajah babak belur dan badan luluh lantak, Leon pulang ke penthousenya. Jeffri penjaga lift Nirwana Amanjiwo Tower itu pun memberanikan diri menanyai playboy tajir penguasa tempat kerjanya itu. "Malam yang buruk, Pak Leon?" ucapnya."Begitulah, Jeffri. Mencampuri urusan orang lain terkadang berakibat buruk seperti ini," jawab Leon tersenyum tipis seraya mengendikkan bahunya."Semoga lekas pulih, Pak Leon!" balas Jeffri tanpa cerewet."Thanks, Jeffri," ucap Leon singkat.Angka di lift sudah mencapai 50, bunyi 'TING' itu pun terdengar dan pintu lift otomatis membuka."Silakan, Pak Leon," ujar Jeffri seraya menekan tombol extend door di lift.Leon pun menepuk-nepuk punggung Jeffri lalu keluar dari lift menuju ke unit penthousenya. Dia meninggalkan Evita sendirian di sana malam ini. "Aku pulang, buka pintunya, Carol!" ucap Leon yang seolah menyihir pintu itu hingga terbuka untuknya.Dari sofa depan TV, Evita melemparkan pandangannya ke arah pintu dimana suaminya masuk. Dia pun sege
Belajar dari penggerebekan yang sebelumnya, akhirnya Belvin sendiri yang menjadi tuan rumah orgy kali ini. Dia sudah terjerat dalam siklus berhubungan seks bersama banyak wanita dalam satu waktu. Siang itu matahari terasa begitu terik di atas kota Jakarta. Empat orang wanita bertubuh seksi berpakaian minimalis naik lift ke lantai 15 apartment Signature Park Grande yang ada di daerah MT. Haryono. Dua wanita bertampang Uzbekistan dan dua lainnya bertampang oriental, keempatnya sangat cantik dan menggoda iman karena bulatan-bulatan padat di bagian depan dan belakang tubuh mereka berukuran jumbo hingga pakaian yang mereka kenakan seolah sulit membungkus tubuh itu dengan benar."TING."Pintu lift itu pun membuka. Mereka berempat mencari kamar bernomor 7 lalu membunyikan bel pintu satu kali dan menunggu di depan pintu dengan sabar. Tak lama kemudian pintu itu dibukakan."Hai, ayo masuk, Ladies!" sambut Belvin dengan mata berbinar-binar lalu menepi untuk memberikan jalan keempat wanita sek