Di dalam mobilnya, Matthew Leigh memutar otaknya bagaimana cara untuk memberi pelajaran si bajingan kecil itu. Sayang sekali ini di Indonesia, seandainya Leon berada di Amerika, Matthew merasa sangat mudah menghancurkan bisnis pria itu.Namun, di sisi lain dia pun cemas dengan hubungannya dengan Alice. Gadis yang dia sukai itu separuh tubuhnya mengalir darah klan Indrajaya. Dan dia malah merongrong paman keempat Alice. Ahh, pusing!Matthew mulai merindukan gadis mungilnya. Maka dia menelepon Belvin, "Halo, Belvin. Kirimkan jadwal kegiatan idol di rumah karantina ke ponselku." Mendengar permintaan pamannya itu, Belvin pun tertawa. Dia menyahut, "Baik, Paman Matthew. Oya, bagaimana semalam apa seru?"Pertanyaan Belvin membuatnya teringat kejadian semalam dan mendadak naik pitam. "Dasar keponakan kurang ajar! Apa maksudmu mencekoki Alice dengan obat perangsang?!" damprat Matthew kasar."Aku membuatnya mudah untuk Paman. Dia pasti seperti kucing minta kawin 'kan semalam?" goda Belvin den
Bersama Alice, dia selalu merasa ringan untuk tertawa. Selalu ada saja yang membuat Matthew geli dengan kepolosan sifat gadis mungil dari Indonesia itu. Seolah-olah segala amarah di hatinya sirna dan perasaannya seperti mengalami musim semi yang penuh bunga. Pria bule itu membelai rambut panjang Alice. "Jadi apa kegemaran papamu, Alice?" tanya Matthew berusaha mencari kelemahan untuk mendekati mertuanya itu.Dengan tersipu malu Alice menjawab, "Emm ... papa suka bermain games Free Fire di waktu luangnya dan papa suka mencoba vape dengan aroma-aroma menarik."Matthew tak menyangka papa Alice memiliki kegemaran seperti bocah remaja, seorang CEO perusahaan nasional yang childish. Dia tertawa kering lalu berkata, "Hahaha ... aku akan mendownload game Free Fire sepulang dari sini, Alice."Hari pun semakin petang dan Alice belum mandi sejak mengikuti senam Zumba sore tadi. Jadi Matthew memutuskan untuk berpamitan dengan pacar kecilnya itu. "Kamu mandi ya, Baby girl. Aku pamit pulang dulu,
"Ciiiittttt!" Suara ban mobil sport menggasak jalan beraspal di halaman parkir gedung pusat Young Entertainment dimana sebuah Audi S6 hitam dan sebuah Lamborghini Aventador gold terparkir bersebelahan, sementara kedua pengemudinya turun dengan bergaya. Kedua pria gagah itu mengenakan kaca mata hitam yang sekilas membuat mereka mirip artis yang bernaung di managemen Young Entertainment. Leon dan Michael Indrajaya melangkah dengan penuh percaya diri memasuki lobi gedung berlantai 12 itu lalu bertanya ke resepsionis dimana kantor Matthew Leigh."Tuan Matthew Leigh berada di kantornya yang ada di lantai 12. Apa Anda berdua ingin bertemu beliau? Bisa sebutkan nama identitas Anda?" ujar pegawai di bagian resepsionis itu dengan simpatik.Michael yang menjawab pertanyaan itu, "Iya, kami memiliki hal yang perlu dibicarakan langsung dengan Matthew Leigh. Katakan saja Michael Indrajaya dan adiknya ingin bertemu dengan atasan Anda.""Baik, tolong tunggu sebentar, akan saya hubungi sekretaris be
Sedari tadi Leon menahan dirinya untuk tidak berbicara. Namun, melihat abang keduanya seolah kehilangan kata-kata di hadapan Matthew Leigh, dia tidak terima."Kini aku ingin bicara. Kalau kau menyukai Alice, kenapa kau mengejar-ngejar Evita, istriku?" tuntut Leon dengan nada tinggi menatap tajam Matthew Leigh.Mendengar ucapan adik bungsunya, Michael terkejut dan menjadi hilang rasa simpati pada pria bule Amerika yang mengatakan dia menyukai Alice. Dengan tatapan galak dia memandangi Matthew.Mendadak Matthew salah tingkah di hadapan kakak beradik Indrajaya itu. Dia memang menyukai Alice dan Evita yang sama-sama menarik di matanya. Namun, pada akhirnya memang dia harus memilih salah satu."Kuakui tadinya aku menyukai Evita, tapi itu sebelum aku bertemu Alice. Namun, sekarang aku yakin bahwa Alice lebih cocok untukku," jawab Matthew jujur. Jantungnya berdebar-debar menantikan reaksi papa dan paman keempat Alice.Leon tertawa satir lalu berdiri dari sofa. Dia menunjuk-nunjuk wajah Matth
"Alice, ada tamu yang mencarimu! Dia menunggumu di taman samping rumah," panggil Idrus di ruang santai idol.Alice yang tadinya sedang bercanda bersama rekan-rekannya sesama idol segera berdiri dan berpamitan dengan mereka. "Ehh, udahan dulu ya, nanti disambung lagi!" ujar Alice seraya melambaikan tangannya ke Andrew, Mely, Shinta, Sharron, dan Beverly yang sedang duduk bersila di atas karpet menonton film di TV channel berlangganan.Dengan langkah ringan Alice berjalan mengenakan sandal jepitnya menuju ke taman samping rumah. Ketika dia melihat sosok wanita cantik berambut panjang yang modis itu, dia bertanya-tanya dalam hatinya siapakah wanita itu?Maria alias Matthew tersenyum manis menatap kedatangan Alice. Dia lalu berkata, "Hello, Baby girl. Apa kau mengenali suaraku?"Mata Alice membulat terperangah seraya telapak tangannya menutupi mulutnya sebelum menjerit. Dia pun mendekati wanita jadi-jadian itu lalu meraba-raba wajahnya. Sembari mendongak karena wanita abal-abal itu bertu
"Abang kenapa lunak banget sih sama si Matthew Leigh?!" protes Leon saat duduk bersama abang nomor duanya di sofa kantor CEO Indrajaya Realty.Michael mendesah lelah lalu mengusap wajahnya, dia pun menjawab, "Kamu kalau sudah punya anak gadis lagi ngerti, Dek! Nggak bisa segampang itu aku intervensi hubungan Alice sama si bule Amrik itu. Tadi sudah dengar sendiri 'kan jawaban Alice?""Hmm ... mungkin Abang benar. Aku kurang pengalaman soal anak karena belum jadi ayah. Tapi Matthew buatku agak mengerikan, dia menyiksa wanita yang jadi partner ranjangnya. Aku cuma jagain Alice aja jangan sampai kejadian dihajar mpe babak belur, takut kenapa-kenapa ...," sahut Leon mendebat abangnya itu."Yang jelas kita mesti nunggu acara Idol itu selesai, Leon. Jangan sampai Alice patah semangat karena kita nggak dukung dia," jawab Michael berusaha mengerti masalah ini dari sisi Alice."Ya udah kalau begitu. Aku akan kirim pengawal buat jagain Alice aja kalau lagi konser, Bang. Lusa 'kan ada konser Top
"Matt, apa kau akan menjadi Maria lagi besok atau lusa?" tanya Alice iseng sambil duduk di pangkuan pacarnya di kursi ruang rias artis.Alice menggosok-gosokkan telapak tangannya di wajah Matthew yang ditumbuhi subur bakal cambang. Dia suka wajah Matthew versi Maria yang licin dan mulus, kekasihnya itu pun paham."Kau lebih suka Maria karena dia berwajah licin seperti artis-artis Korea?" balas Matthew mengangkat alisnya menatap Alice sementara lengannya dengan kokoh melingkari pinggang ramping Alice.Dengan jujur Alice menganggukkan kepalanya, para pria keluarga Indrajaya itu kebanyakan berwajah licin. Hanya papanya saja yang selalu malas bercukur, paman-pamannya penampilannya rapi semua. "Baiklah, aku akan rajin mencukur wajahku setiap pagi kalau begitu. Ohh sepertinya kita harus kembali ke backstage untuk mengetahui pengumuman siapa yang tereliminasi malam ini. Good luck, Alice Sayang!" ujar Matthew lalu menepuk bokong Alice agar beranjak dari pangkuannya."Ohh, tepukan tanganmu di
Dengan wajah babak belur dan badan luluh lantak, Leon pulang ke penthousenya. Jeffri penjaga lift Nirwana Amanjiwo Tower itu pun memberanikan diri menanyai playboy tajir penguasa tempat kerjanya itu. "Malam yang buruk, Pak Leon?" ucapnya."Begitulah, Jeffri. Mencampuri urusan orang lain terkadang berakibat buruk seperti ini," jawab Leon tersenyum tipis seraya mengendikkan bahunya."Semoga lekas pulih, Pak Leon!" balas Jeffri tanpa cerewet."Thanks, Jeffri," ucap Leon singkat.Angka di lift sudah mencapai 50, bunyi 'TING' itu pun terdengar dan pintu lift otomatis membuka."Silakan, Pak Leon," ujar Jeffri seraya menekan tombol extend door di lift.Leon pun menepuk-nepuk punggung Jeffri lalu keluar dari lift menuju ke unit penthousenya. Dia meninggalkan Evita sendirian di sana malam ini. "Aku pulang, buka pintunya, Carol!" ucap Leon yang seolah menyihir pintu itu hingga terbuka untuknya.Dari sofa depan TV, Evita melemparkan pandangannya ke arah pintu dimana suaminya masuk. Dia pun sege
Kini Leon sudah ahli mengganti popok bayi, serta merawat bayi dengan minyak telon, bedak bayi, serta losion bayi. "Diego ... jagoan Papi! Ututu cayaaangg ...," ucap Leon menimang-nimang puteranya sambil menggoda bayi yang terkekeh-kekeh itu sehabis memandikannya pagi ini.Sementara Evita sedang membuat makanan pendamping ASI karena putera pertamanya semakin bertambah usianya. Dia membuat bubur kentang dan daging salmon yang lembut dicampur wortel dan brokoli. Setelah selesai Evita mendekati ayah dan anak itu di balkon sambil membawa semangkuk bubur bayi."Eve, kurasa kali ini genetikku yang kuat mendominasi tampilan fisik Diego. Rambutnya semakin hitam dan iris matanya juga hitam. Aku bisa berbangga di depan abang-abangku, Leeray dan James yang selalu kalah genetiknya dari istri mereka," ujar Leon tertawa girang saat Evita menyuapi Diego di baby stroller.Sepertinya bayi laki-laki itu menyukai makanan pendamping ASI buatan maminya. Diego seolah menikmati buburnya dan menelannya begitu
"Hai, Matt. Tumben kau mencariku?" sapa Michael Benedict Indrajaya berjabat tangan dan merangkul menantunya.Mereka berdua pun duduk di sofa kantor CEO Tanurie Grup. Matthew pun mulai berbicara, "Mike, aku ingin melebarkan sayap ke bisnis di Indonesia. Kurasa di Jakarta belum ada kasino yang besar seperti di Singapore atau Macau atau sejenis di Las Vegas atau Atlantic City. Aku berpikir itu sebuah ide bisnis yang menarik untuk digarap. Bagaimana menurutmu?" Michael terpekur sejenak memikirkan ide itu lalu dia pun menjawab, "Bisnis yang menarik, tapi kau butuh uang banyak untuk setoran keamanan ke banyak pihak, Matt. Ini Indonesia, hanya yang memiliki sumber daya kuat yang mampu bertahan. Selama ini grup Tanurie dan grup Indrajaya berfokus di sarana prasarana bidang jasa niaga. Entertainment belum kami sentuh.""Papa Mertua, aku butuh bantuanmu untuk lebih mengenal negara ini dengan baik. Belum ada, tapi bisa dicoba. Oya, cucumu laki-laki dan aku ingin nanti dia yang meneruskan legacy
Leon memeluk Evita yang merasa cemas pasca kedatangan Joe Allen Leigh yang ingin membawa Diego. "Tenanglah, Eve! Pria itu sudah pergi dari rumah sakit," hibur Leon seraya membelai punggung Evita dengan lembut."Bagaimana bila hasil test DNA Diego mengatakan bahwa Joe adalah ayahnya, Hubby?" ucap Evita dengan jantung berdebar-debar.Helaan napas meluncur dari mulut Leon. Dia sendiri pun agak bingung dengan penampilan bayinya setelah lahir. Rambut Diego tidak merah seperti maminya, tidak hitam seperti Leon, melainkan kecoklatan gelap. Kemudian warna iris matanya juga biru begitu, tidak hijau, tidak pula hitam seperti dirinya.Genetik itu permainan kode DNA yang dominan dan resesif bisa teracak sempurna. Itu yang Leon tahu dari ilmu IPA yang pernah ia pelajari saat sekolah dulu. Sebetulnya kalau puteranya seperti maminya, Leon juga tidak keberatan. Ini malah bikin bingung karena tidak ada ciri khas papi maminya. Pusing!"Eve, kalau ternyata ayah kandung Diego adalah Joe. Apa yang harus k
"Hello, Eve!"Suara bass husky pria itu mengirimkan teror ke sekujur tubuh Evita. Dia mendadak gemetaran dan menatap nanar ke arah pria itu berjalan mendekatinya di bed pasien ruang ibu dan anak.Joe Allen menyeringai melihat Evita yang tampak ketakutan melihatnya. "Ckckckck ... kenapa harus takut kepadaku? Aku ingin melihat puteraku juga. Coba biarkan aku menggendongnya, Eve!" ujar Joe Allen mendekat ke samping ranjang."Jangan mendekat!" teriak Evita lalu menekan tombol panggilan untuk perawat.Diego ada di dekapannya dan sedang menyusu dengan tenang tanpa tahu bahwa maminya sedang tegang berhadapan dengan monster predator wanita."Bayi yang tampan dan sehat. Aku ingin menggendongnya!" Joe Allen mengangkat Diego dari dekapan Evita lalu menimang-nimang bayi berusia beberapa hari itu sambil berdiri.Perawat jaga bergegas masuk ke ruangan itu dan bertanya, "Apa Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?""Suster, pria ini berbahaya, dia mengambil puteraku!" teriak Evita histeris.Namun, Joe All
"Eve, kurasa HPL kelahiranmu sudah lewat. Kenapa anak ini tak kunjung lahir?" tanya Leon penasaran.Evita pun terpekur sejenak lalu dia berbisik di telinga suaminya, "Mungkin kau bisa membantuku kontraksi kali ini?"Dengan wajah berseri-seri Leon menjawab, "Itu keahlianku, Hot Mommy! Siap melayani dengan sepenuh hati."Perasaan bergetar saat menatap tubuh molek istrinya yang polos masih sama bagi Leon, little mermaid itu memiliki sejuta pesona yang membuatnya tak mampu berpaling. Perlahan telapak tangannya menekan perlahan bulatan indah di dada Evita. Bibirnya mencecap puncaknya yang mengalirkan susu dengan deras.Bagi Leon bercinta dengan wanita hamil memiliki sensasi istimewa tersendiri, dia sangat menyukainya. ASI dari Evita membuatnya bernostalgia dengan masa batitanya dulu yang hanya teringat samar-samar. Namun, satu yang pasti rasanya manis dan membuatnya ketagihan."Leon ... aku seperti merasa punya bayi besar," goda Evita yang membelai-belai bagian belakang kepala suaminya yan
Lisbon, Portugal.Kali ini Matthew mengajak Alice mengunjungi Lisbon Oceanarium yang terletak di perairan biru Estuary Tagus. Bangunan itu dari kejauhan tampak seperti kapal yang tinggi menjulang di atas laut yang terbuat dari kaca.Konsep tempat wisata ini mirip dengan sea world yang menampilkan kehidupan laut, ada banyak jenis ikan laut yang bisa dilihat seperti ikan hiu, ikan Puffer warna-warni, anemon laut, dan pinguin lucu yang senang berinteraksi dengan pengunjung."Matt, pinguinnya melambai kepadaku," ujar Alice terkikik geli melambai-lambaikan tangannya dengan beberapa ekor pingiun di balik kaca oceanarium.Pria itu pun tertawa geli melihat Alice dan pinguin-pinguin itu. "Wah, sepertinya kalian cocok bersahabat satu sama lain."Mereka bergandengan tangan berkeliling melihat-lihat isi oceanarium yang menarik. Ikan pari lebar melewati kaca di atas kepala mereka. Tiba-tiba ponsel Matthew berdering tanda panggilan telepon masuk. Dia segera menerimanya. "Halo?" "Halo, Boss. Saya
Sudah tiga bulan terakhir ini pria itu tak bisa menikmati hobinya berhubungan seks dengan wanita. Penyebabnya adalah alat kelaminnya mengalami radang dan bernanah bercampur darah. Ingin melakukannya, tetapi saat bergesekan atau hanya bersentuhan saja bagian yang dulu sempat jadi kebanggaannya untuk menaklukkan wanita itu tak bisa lagi digunakan karena sangat sakit.Akhirnya Belvin hanya bisa mengalihkan hasrat seksualnya dengan berhalusinasi menggunakan obat-obatan terlarang. Angel dust telah menjadi sahabatnya berfantasi. Angannya dapat terbuai melayang jauh sekalipun jiwanya sakit.Dari hari ke hari tubuhnya semakin kurus karena dia kehilangan napsu makannya dan hanya ingin berbaring dan berfantasi dalam dunia maya. Dosis obat-obatan yang dia konsumsi dari hari ke hari semakin meningkat. Awalnya hanya jenis serbuk yang dihirup melalui lubang hidung. Lama kelamaan dia menggantinya dengan jenis obat injeksi yang efeknya lebih kuat.Pergaulan yang buruk merusak tubuh, pepatah itu sung
Petang itu sebelum makan malam bersama awak kapal yacht Lady Marine, Matthew sengaja mengajak Alice ke Pastel de Belem. Bakery itu menjual Patel de Nata yang terkenal di Lisbon. Mereka memesan dua lusin makanan ringan bercita rasa manis itu untuk menjamu awak kapal.Bentuk pastel berisi krim putih bertabur bubuk kayu manis itu lebih mirip pie yang buah sebenarnya, hanya tidak menggunakan buah sebagai isiannya dan bentuknya memang seperti pastel tutup yang dipanggang.Alice menggigit sebuah Patel de Nata lalu menyuapi suaminya juga. "Aaa ... apa manis?""Manis seperti istriku!" sahut Matthew terkekeh sambil melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Alice yang sedang duduk di high chair menunggu pesanannya.Bibir Alice mendekati bibir suaminya dan langsung disambar dengan ganas. "Aahh ... I got a strike, Boy!" seru Alice terengah menata napasnya.Matthew tertawa dan bertanya, "Why?!" "I got a monster bit my lips like a Giant Traveley fish!" ("Aku mendapat monster yang menggigit bibirk
Perlahan kapal yacht Lady Marine merapat ke dermaga Lisbon. Kapten Eugene Dunn mengarahkan kapal pesiar mewah berukuran sedang itu dengan roda kemudi kapal. "Mister Leigh, tujuan Anda dan Nyonya telah tercapai. Welcome to Lisbon!" ujarnya di depan alat pengeras suara yang terhubung ke semua ruangan di kapal yacht itu.Alice bersorak gembira dan melompat ke pelukan Matthew. "Ahh ... tak sabar rasanya untuk turun ke daratan, Hubby!" seru Alice penuh semangat.Pria tampan itu tersenyum miring menatap istrinya yang imut dan membalas, "Mungkin Lisbon tak seterkenal Paris, Rome, London, atau Amsterdam, tapi aku yakin kau pasti tidak akan melupakan petualangan romantis kita di Lisbon!"Akhirnya sauh dibuang ke dalam laut dan tali tambang kapal diikat ke tonggak dermaga. Matthew membantu Alice turun dari kapal, sedangkan Calvin membawakan koper kedua majikannya."Capt. Eugene, aku akan berjalan-jalan seminggu di Lisbon. Bersenang-senanglah juga, turun dari yacht!" seru Matthew yang mendapat