"Matt, apa kau akan menjadi Maria lagi besok atau lusa?" tanya Alice iseng sambil duduk di pangkuan pacarnya di kursi ruang rias artis.Alice menggosok-gosokkan telapak tangannya di wajah Matthew yang ditumbuhi subur bakal cambang. Dia suka wajah Matthew versi Maria yang licin dan mulus, kekasihnya itu pun paham."Kau lebih suka Maria karena dia berwajah licin seperti artis-artis Korea?" balas Matthew mengangkat alisnya menatap Alice sementara lengannya dengan kokoh melingkari pinggang ramping Alice.Dengan jujur Alice menganggukkan kepalanya, para pria keluarga Indrajaya itu kebanyakan berwajah licin. Hanya papanya saja yang selalu malas bercukur, paman-pamannya penampilannya rapi semua. "Baiklah, aku akan rajin mencukur wajahku setiap pagi kalau begitu. Ohh sepertinya kita harus kembali ke backstage untuk mengetahui pengumuman siapa yang tereliminasi malam ini. Good luck, Alice Sayang!" ujar Matthew lalu menepuk bokong Alice agar beranjak dari pangkuannya."Ohh, tepukan tanganmu di
Dengan wajah babak belur dan badan luluh lantak, Leon pulang ke penthousenya. Jeffri penjaga lift Nirwana Amanjiwo Tower itu pun memberanikan diri menanyai playboy tajir penguasa tempat kerjanya itu. "Malam yang buruk, Pak Leon?" ucapnya."Begitulah, Jeffri. Mencampuri urusan orang lain terkadang berakibat buruk seperti ini," jawab Leon tersenyum tipis seraya mengendikkan bahunya."Semoga lekas pulih, Pak Leon!" balas Jeffri tanpa cerewet."Thanks, Jeffri," ucap Leon singkat.Angka di lift sudah mencapai 50, bunyi 'TING' itu pun terdengar dan pintu lift otomatis membuka."Silakan, Pak Leon," ujar Jeffri seraya menekan tombol extend door di lift.Leon pun menepuk-nepuk punggung Jeffri lalu keluar dari lift menuju ke unit penthousenya. Dia meninggalkan Evita sendirian di sana malam ini. "Aku pulang, buka pintunya, Carol!" ucap Leon yang seolah menyihir pintu itu hingga terbuka untuknya.Dari sofa depan TV, Evita melemparkan pandangannya ke arah pintu dimana suaminya masuk. Dia pun sege
Belajar dari penggerebekan yang sebelumnya, akhirnya Belvin sendiri yang menjadi tuan rumah orgy kali ini. Dia sudah terjerat dalam siklus berhubungan seks bersama banyak wanita dalam satu waktu. Siang itu matahari terasa begitu terik di atas kota Jakarta. Empat orang wanita bertubuh seksi berpakaian minimalis naik lift ke lantai 15 apartment Signature Park Grande yang ada di daerah MT. Haryono. Dua wanita bertampang Uzbekistan dan dua lainnya bertampang oriental, keempatnya sangat cantik dan menggoda iman karena bulatan-bulatan padat di bagian depan dan belakang tubuh mereka berukuran jumbo hingga pakaian yang mereka kenakan seolah sulit membungkus tubuh itu dengan benar."TING."Pintu lift itu pun membuka. Mereka berempat mencari kamar bernomor 7 lalu membunyikan bel pintu satu kali dan menunggu di depan pintu dengan sabar. Tak lama kemudian pintu itu dibukakan."Hai, ayo masuk, Ladies!" sambut Belvin dengan mata berbinar-binar lalu menepi untuk memberikan jalan keempat wanita sek
Ketika melihat id caller di layar ponselnya, Matthew mengerutkan keningnya. Ada apa gerangan kakak sulungnya yang sibuk tiba-tiba meneleponnya."Hello, Joe. Tumben kau meneleponku. Ada apa?" jawab Matthew to the point.Kakak sulungnya itu terkekeh lalu menjawab, "Hello. Dasar adik kurang ajar! Kakakmu menelepon malah kau bertanya ada apa! Ehm ... aku sebenarnya ingin bertanya kenapa kau betah sekali di Jakarta. Apa kau mendapat istri baru di sana?"Aku memiliki pacar baru di Jakarta. Sayangnya keluarganya tidak menyetujui hubungan kami," sahut Matthew seraya menghela napas berat."Oohh ... jadi apa itu yang membuatmu menguras tabunganmu, Matt? Aku mendapat laporan dari akuntan keluarga Leigh bahwa kau menarik 2 juta US$ dari rekeningmu baru-baru ini," ujar Joe Allen Leigh penasaran."Ya, bukan untuk pacarku yang ini, tetapi untuk berperang bisnis dengan paman gadis ini, Joe! Aku membuat keputusan bisnis yang buruk dengan memanipulasi harga saham Indrajaya Realty dengan aksi jual rugi
"Astogeh! Si ganteng kenapa bonyok begini?!" lengking Itang Junaedi ketika melihat wajah Matthew di kantor CEO Young Entertainment.Pria bule itu mendesah lelah sembari memutar bola matanya. Dia hanya berucap, "Bacot! Udah buruan bikin aku cantik! Maria needs a make up, Itang!""Hahaha ... subuuuurrr dong, Om! Jangan diburu-buru, ntar kubikin muka yee kayak Mak Lampir baru kapok!" sahut Itang tertawa melambhay sembari membongkar koper make up miliknya di meja CEO yang lebar itu.Matthew pun menutup rapat mulutnya sebelum memaki Itang lebih panjang lagi. Dia sudah rindu pada sugarbaby-nya yang imut-imut dan ingin segera bertemu lagi dengan Alice.Satu per satu komponen make up terpulas rapi di wajah Matthew dan merubah wajah tampannya menjadi cantik. Tangan Itang begitu sibuk memoles kelopak mata, pipi, dan bibir seksi Matthew."Aahh ... it's done, Beibeh! Coba ngaca dulu, karyanya Itang selalu cetar dan tjakeeeepp!" puji Itang pada dirinya sendiri seraya menyerahkan cermin bulat berdi
"Oughh ... Baby! Damn, you're so hot!" umpat Leon sambil bersandar di kursi massage di penthousenya ketika menatap goyangan tubuh istrinya yang mengenakan lingerie semi transparan warna fuschia.Tubuh Evita meliuk-liuk sambil menghentakkan kakinya yang mengenakan gelang berlonceng banyak dengan kedua tangan di atas kepalanya menatap Leon dengan panas. Irama musik Arabian Nights yang bertempo cepat mengiringi tarian perutnya."Apa kau suka tarianku, Hubby ... My Baby Boo?" tanya Evita manja lalu menarik tangan Leon untuk bangkit berdiri dan menari bersamanya.Leon pun bertanya dengan alis berkerut, "Apa pelatih belly dance itu seorang wanita? Aku tidak mengizinkanmu latihan lagi kalau dia seorang pria!"Mendengar nada kecemburuan suaminya yang memiliki sifat posesif tingkat dewa kepadanya itu, Evita terkikik lalu menjawab, "Ehh ... dia pria yang kelebihan hormon wanita, bagaimana aku menyebutnya?""Tetap nggak boleh selama dia memiliki burung di dalam celananya, Eve!" debat Leon keras
Bradley Hanson segera menyusun rencana dadakan yang tak terduga setibanya di Grand Indonesia Mall. Dia melumpuhkan seorang petugas cleaning service hingga pingsan di ruang perlengkapan cleaning service untuk melancarkan aksinya menculik Dokter Evita. Sayang sekali seragam petugas cleaning service itu kekecilan, jadi dia mengenakan jaketnya sendiri dan mengenakan masker penutup wajah serta topi petugas cleaning service itu. Dia mengambil tas plastik sampah yang berukuran besar lalu memasukkannya ke bak sampah dorong yang berukuran besar. Setelah semua persiapan dadakannya beres, Bradley segera mencari sosok Dokter Evita. Tidak sulit karena rambut panjang wanita itu berwarna merah menyala terurai sepanjang punggungnya. Pria bule itu menguntit wanita itu dari jarak aman karena para pengawalnya dengan siaga menjaganya dari jarak 3 meter di belakang Dokter Evita.Mereka sudah berkeliling mall hampir dua jam. "Oohh, sial. Ini tak semudah dugaanku! God please give me just one chance!" ujar
Barang pesanan Leon yang dikirim Kenzo dari Jepang sudah tiba di pelabuhan Tanjung Priok dengan kapal kontainer carteran penuh, sekali jalan. "Coba buka kain terpal penutup barang ini! Aku ingin memeriksanya dengan teliti sebelum bongkar muatan kapal," perintah Leon pada awak kapal kontainer yang berjumlah 10 orang itu.Pria-pria kekar dari perusahaan kapal kontainer itu menuruti perintah Leon dan segera membuka kain terpal lebar yang menutupi batang-batang besi dengan jaring-jaring fiber yang diproduksi oleh perusahaan milik Kenzo Watanabe.Leon memeriksa semuanya sesuai dengan isi formulir pengiriman barang. "Baiklah, bongkar muatan kapal lalu pindahkan ke truk milik Indrajaya Realty!" seru Leon lalu bergegas turun dari kapal kontainer itu agar tidak mengganggu pekerjaan awak kapal dan juga pekerjanya."Maaf, Pak Leon. Tadi ada telepon dari George, katanya sangat penting, dia meminta Anda menelepon balik bila sudah ada waktu luang" ujar Adrian cemas seraya menyerahkan tablet pc mil
Kini Leon sudah ahli mengganti popok bayi, serta merawat bayi dengan minyak telon, bedak bayi, serta losion bayi. "Diego ... jagoan Papi! Ututu cayaaangg ...," ucap Leon menimang-nimang puteranya sambil menggoda bayi yang terkekeh-kekeh itu sehabis memandikannya pagi ini.Sementara Evita sedang membuat makanan pendamping ASI karena putera pertamanya semakin bertambah usianya. Dia membuat bubur kentang dan daging salmon yang lembut dicampur wortel dan brokoli. Setelah selesai Evita mendekati ayah dan anak itu di balkon sambil membawa semangkuk bubur bayi."Eve, kurasa kali ini genetikku yang kuat mendominasi tampilan fisik Diego. Rambutnya semakin hitam dan iris matanya juga hitam. Aku bisa berbangga di depan abang-abangku, Leeray dan James yang selalu kalah genetiknya dari istri mereka," ujar Leon tertawa girang saat Evita menyuapi Diego di baby stroller.Sepertinya bayi laki-laki itu menyukai makanan pendamping ASI buatan maminya. Diego seolah menikmati buburnya dan menelannya begitu
"Hai, Matt. Tumben kau mencariku?" sapa Michael Benedict Indrajaya berjabat tangan dan merangkul menantunya.Mereka berdua pun duduk di sofa kantor CEO Tanurie Grup. Matthew pun mulai berbicara, "Mike, aku ingin melebarkan sayap ke bisnis di Indonesia. Kurasa di Jakarta belum ada kasino yang besar seperti di Singapore atau Macau atau sejenis di Las Vegas atau Atlantic City. Aku berpikir itu sebuah ide bisnis yang menarik untuk digarap. Bagaimana menurutmu?" Michael terpekur sejenak memikirkan ide itu lalu dia pun menjawab, "Bisnis yang menarik, tapi kau butuh uang banyak untuk setoran keamanan ke banyak pihak, Matt. Ini Indonesia, hanya yang memiliki sumber daya kuat yang mampu bertahan. Selama ini grup Tanurie dan grup Indrajaya berfokus di sarana prasarana bidang jasa niaga. Entertainment belum kami sentuh.""Papa Mertua, aku butuh bantuanmu untuk lebih mengenal negara ini dengan baik. Belum ada, tapi bisa dicoba. Oya, cucumu laki-laki dan aku ingin nanti dia yang meneruskan legacy
Leon memeluk Evita yang merasa cemas pasca kedatangan Joe Allen Leigh yang ingin membawa Diego. "Tenanglah, Eve! Pria itu sudah pergi dari rumah sakit," hibur Leon seraya membelai punggung Evita dengan lembut."Bagaimana bila hasil test DNA Diego mengatakan bahwa Joe adalah ayahnya, Hubby?" ucap Evita dengan jantung berdebar-debar.Helaan napas meluncur dari mulut Leon. Dia sendiri pun agak bingung dengan penampilan bayinya setelah lahir. Rambut Diego tidak merah seperti maminya, tidak hitam seperti Leon, melainkan kecoklatan gelap. Kemudian warna iris matanya juga biru begitu, tidak hijau, tidak pula hitam seperti dirinya.Genetik itu permainan kode DNA yang dominan dan resesif bisa teracak sempurna. Itu yang Leon tahu dari ilmu IPA yang pernah ia pelajari saat sekolah dulu. Sebetulnya kalau puteranya seperti maminya, Leon juga tidak keberatan. Ini malah bikin bingung karena tidak ada ciri khas papi maminya. Pusing!"Eve, kalau ternyata ayah kandung Diego adalah Joe. Apa yang harus k
"Hello, Eve!"Suara bass husky pria itu mengirimkan teror ke sekujur tubuh Evita. Dia mendadak gemetaran dan menatap nanar ke arah pria itu berjalan mendekatinya di bed pasien ruang ibu dan anak.Joe Allen menyeringai melihat Evita yang tampak ketakutan melihatnya. "Ckckckck ... kenapa harus takut kepadaku? Aku ingin melihat puteraku juga. Coba biarkan aku menggendongnya, Eve!" ujar Joe Allen mendekat ke samping ranjang."Jangan mendekat!" teriak Evita lalu menekan tombol panggilan untuk perawat.Diego ada di dekapannya dan sedang menyusu dengan tenang tanpa tahu bahwa maminya sedang tegang berhadapan dengan monster predator wanita."Bayi yang tampan dan sehat. Aku ingin menggendongnya!" Joe Allen mengangkat Diego dari dekapan Evita lalu menimang-nimang bayi berusia beberapa hari itu sambil berdiri.Perawat jaga bergegas masuk ke ruangan itu dan bertanya, "Apa Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?""Suster, pria ini berbahaya, dia mengambil puteraku!" teriak Evita histeris.Namun, Joe All
"Eve, kurasa HPL kelahiranmu sudah lewat. Kenapa anak ini tak kunjung lahir?" tanya Leon penasaran.Evita pun terpekur sejenak lalu dia berbisik di telinga suaminya, "Mungkin kau bisa membantuku kontraksi kali ini?"Dengan wajah berseri-seri Leon menjawab, "Itu keahlianku, Hot Mommy! Siap melayani dengan sepenuh hati."Perasaan bergetar saat menatap tubuh molek istrinya yang polos masih sama bagi Leon, little mermaid itu memiliki sejuta pesona yang membuatnya tak mampu berpaling. Perlahan telapak tangannya menekan perlahan bulatan indah di dada Evita. Bibirnya mencecap puncaknya yang mengalirkan susu dengan deras.Bagi Leon bercinta dengan wanita hamil memiliki sensasi istimewa tersendiri, dia sangat menyukainya. ASI dari Evita membuatnya bernostalgia dengan masa batitanya dulu yang hanya teringat samar-samar. Namun, satu yang pasti rasanya manis dan membuatnya ketagihan."Leon ... aku seperti merasa punya bayi besar," goda Evita yang membelai-belai bagian belakang kepala suaminya yan
Lisbon, Portugal.Kali ini Matthew mengajak Alice mengunjungi Lisbon Oceanarium yang terletak di perairan biru Estuary Tagus. Bangunan itu dari kejauhan tampak seperti kapal yang tinggi menjulang di atas laut yang terbuat dari kaca.Konsep tempat wisata ini mirip dengan sea world yang menampilkan kehidupan laut, ada banyak jenis ikan laut yang bisa dilihat seperti ikan hiu, ikan Puffer warna-warni, anemon laut, dan pinguin lucu yang senang berinteraksi dengan pengunjung."Matt, pinguinnya melambai kepadaku," ujar Alice terkikik geli melambai-lambaikan tangannya dengan beberapa ekor pingiun di balik kaca oceanarium.Pria itu pun tertawa geli melihat Alice dan pinguin-pinguin itu. "Wah, sepertinya kalian cocok bersahabat satu sama lain."Mereka bergandengan tangan berkeliling melihat-lihat isi oceanarium yang menarik. Ikan pari lebar melewati kaca di atas kepala mereka. Tiba-tiba ponsel Matthew berdering tanda panggilan telepon masuk. Dia segera menerimanya. "Halo?" "Halo, Boss. Saya
Sudah tiga bulan terakhir ini pria itu tak bisa menikmati hobinya berhubungan seks dengan wanita. Penyebabnya adalah alat kelaminnya mengalami radang dan bernanah bercampur darah. Ingin melakukannya, tetapi saat bergesekan atau hanya bersentuhan saja bagian yang dulu sempat jadi kebanggaannya untuk menaklukkan wanita itu tak bisa lagi digunakan karena sangat sakit.Akhirnya Belvin hanya bisa mengalihkan hasrat seksualnya dengan berhalusinasi menggunakan obat-obatan terlarang. Angel dust telah menjadi sahabatnya berfantasi. Angannya dapat terbuai melayang jauh sekalipun jiwanya sakit.Dari hari ke hari tubuhnya semakin kurus karena dia kehilangan napsu makannya dan hanya ingin berbaring dan berfantasi dalam dunia maya. Dosis obat-obatan yang dia konsumsi dari hari ke hari semakin meningkat. Awalnya hanya jenis serbuk yang dihirup melalui lubang hidung. Lama kelamaan dia menggantinya dengan jenis obat injeksi yang efeknya lebih kuat.Pergaulan yang buruk merusak tubuh, pepatah itu sung
Petang itu sebelum makan malam bersama awak kapal yacht Lady Marine, Matthew sengaja mengajak Alice ke Pastel de Belem. Bakery itu menjual Patel de Nata yang terkenal di Lisbon. Mereka memesan dua lusin makanan ringan bercita rasa manis itu untuk menjamu awak kapal.Bentuk pastel berisi krim putih bertabur bubuk kayu manis itu lebih mirip pie yang buah sebenarnya, hanya tidak menggunakan buah sebagai isiannya dan bentuknya memang seperti pastel tutup yang dipanggang.Alice menggigit sebuah Patel de Nata lalu menyuapi suaminya juga. "Aaa ... apa manis?""Manis seperti istriku!" sahut Matthew terkekeh sambil melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Alice yang sedang duduk di high chair menunggu pesanannya.Bibir Alice mendekati bibir suaminya dan langsung disambar dengan ganas. "Aahh ... I got a strike, Boy!" seru Alice terengah menata napasnya.Matthew tertawa dan bertanya, "Why?!" "I got a monster bit my lips like a Giant Traveley fish!" ("Aku mendapat monster yang menggigit bibirk
Perlahan kapal yacht Lady Marine merapat ke dermaga Lisbon. Kapten Eugene Dunn mengarahkan kapal pesiar mewah berukuran sedang itu dengan roda kemudi kapal. "Mister Leigh, tujuan Anda dan Nyonya telah tercapai. Welcome to Lisbon!" ujarnya di depan alat pengeras suara yang terhubung ke semua ruangan di kapal yacht itu.Alice bersorak gembira dan melompat ke pelukan Matthew. "Ahh ... tak sabar rasanya untuk turun ke daratan, Hubby!" seru Alice penuh semangat.Pria tampan itu tersenyum miring menatap istrinya yang imut dan membalas, "Mungkin Lisbon tak seterkenal Paris, Rome, London, atau Amsterdam, tapi aku yakin kau pasti tidak akan melupakan petualangan romantis kita di Lisbon!"Akhirnya sauh dibuang ke dalam laut dan tali tambang kapal diikat ke tonggak dermaga. Matthew membantu Alice turun dari kapal, sedangkan Calvin membawakan koper kedua majikannya."Capt. Eugene, aku akan berjalan-jalan seminggu di Lisbon. Bersenang-senanglah juga, turun dari yacht!" seru Matthew yang mendapat